Bab 22 - Kekasih Tak Sengaja

494 51 2
                                    

Kekasih Tak Sengaja


"Kau bukannya tadi bersama Miko?" tanya Talitha ketika Evita masuk sendiri ke rumah itu, oh, dengan sepiring cupcake di tangannya, sementara Talitha berada di ruang tamu bersama Nathan. Sepertinya mereka memang menunggu Evita dan Miko. Sementara, orang tua Nathan tak kelihatan ada di mana.

Maka, Evita menjawab, "Sudah pulang. Ah, dia titip pamit pada kalian."

"Sudah pulang? Begitu saja?" Talitha terbelalak tak percaya.

"Kenapa? Kau ingin dia menginap di sini atau apa?" timpal Nathan, jelas-jelas terdengar cemburu.

Duh, Cousin, kenapa tidak sekalian saja menyatakan perasaan pada Talitha?

"Bukan begitu," tepis Talitha. "Tapi, tak biasanya dia pergi begitu saja setiap kali dia datang ke rumah ini. Dia selalu menggunakan setiap kesempatan saat datang kemari untuk mengomeliku panjang-lebar."

"Dia secerewet itu?" Giliran Evita yang terbelalak tak percaya.

"Um ... apa itu menjadi masalah untukmu?" tanya Talitha ragu.

Evita teringat rencananya tentang menjauhkan Miko dari Talitha, lalu segera memasang ekspresi riang.

"Tidak juga. Toh, dia kan, memang seorang pengacara. Dia tidak akan bisa membela kliennya jika dia diam sepanjang waktu, kan?" Evita membalas.

Talitha tersenyum geli dan mengangguk. "Tapi, Miko benar-benar orang yang baik," ucap Talitha.

Evita harus menahan diri untuk tidak melempar sepatu ke wajah Nathan yang menunjukkan ketidaksukaan dengan terlalu jelas atas pernyataan Talitha barusan. Sementara, Evita harus terpaksa menanggapi pernyataan Talitha tadi dengan senyuman.

Orang yang baik, huh? Dia tampak seperti playboy di mata Evita. Bagaimana bisa dia tiba-tiba menyatakan mereka sepasang kekasih padahal jelas perhatian pria itu hanyalah untuk Talitha? Evita sendiri menawarkan kencan pada pria itu untuk menjauhkannya dari Talitha, tak ada maksud lain. Pun di kencan itu, ia hanya akan menjadikan Miko sopirnya. Kekasih, apanya?

"Oh, Miko menelepon," ucap Talitha tiba-tiba sembari mengangkat teleponnya.

Evita tak sempat protes akan ekspresi tak suka Nathan yang super duper jelas ketika mendengar kata-kata Talitha kemudian,

"Siapa? Evita? Kau ingin bicara dengannya? Sekarang?"

Ha! Playboy itu langsung bermain tanpa ragu bahkan di depan Talitha, eh?

"Apa? Nomormu?" Talitha mengerutkan kening. "Tidak, dia belum memintanya."

Hell, pria itu menagih Evita menghubunginya, tapi yang benar saja! Evita baru saja masuk rumah! Tak bisakah pria itu setidaknya tidak mengganggu momen manis Evita dengan sepiring cupcake di tangannya ini?

"Kalian ... apa?" Talitha terbelalak tak percaya menatap Evita kemudian. "Kekasih, katamu?"

Evita melesat menghampiri Talitha dan menyambar ponsel di tangannya untuk bicara dengan Miko,

"Ini Evita."

"Oh, senang mendengar suaramu. Kupikir kau sudah lupa tentang rencana kencan kita..."

"Ha ha ..." Evita tertawa kering. "Mana mungkin aku lupa? Kan, sudah kubilang, aku akan menghubungimu. Kau tidak perlu merepotkan Talitha seperti ini."

"Baiklah. Kau bisa menyebutkan nomormu, aku akan menyimpan nomormu dan menghubungimu langsung setelah ini," ucap pria itu dengan santainya.

Evita nyaris mendengus mendengar itu, tapi ia menahannya karena Talitha sedang menatapnya lekat, masih dengan tak percaya. Pria itu tak banyak bicara ketika mereka bertemu tadi, tapi lihat sekarang. Evita pun mengerti kenapa Talitha menganggap pria ini begitu cerewet. Karena, ya, dia luar biasa cerewet.

Evita lantas menuruti Miko dan mendiktekan nomor ponselnya. Detik berikutnya, ada chat masuk di ponselnya. Dari Miko.

'Kapan kencan pertama kita?'

'Malam ini aku ada waktu.'

'Bagaimana jika malam ini?'

'Aku akan memesan tempat.'

"Kenapa kau tidak menjawab chat-ku?" tanya Miko di telepon.

Ini benar-benar serangan brutal. Bagaimana bisa pria itu langsung memberondong Evita dengan serangan seperti ini ketika Evita tak siap? Tak ingin lagi menghabiskan waktu dengan pria ini dan membuat Talitha curiga, Evita menjawab,

"Ya, ya. Malam ini kau bisa menjemputku di rumah Talitha."

"Baiklah. Sampai jumpa nanti malam."

Akhirnya telepon yang membuat Evita tertekan itu berakhir. Evita meringis ketika Talitha menatapnya dengan alis terangkat, menuntut penjelasan.

"Well ... kami sebenarnya memutuskan untuk berkencan dulu," Evita menjelaskan.

"Jadi, kalian benar-benar sudah menjadi kekasih?" kaget Talitha. "Secepat itu?"

"Kau dan Kak Nathan juga akan segera menikah. Secepat itu." Evita mengedik cuek.

"Tapi, situasi kita berbeda," tandas Talitha.

Evita menghela napas. "Aku juga tidak tahu bagaimana aku berada di situasi seperti ini, tapi aku juga tak bisa mengelak. Semua sudah menjadi seperti ini." Evita menyempatkan melemparkan tatapan kesal pada Nathan yang hanya meringis.

"Oh, Nathan bilang, kau ingin punya pacar pengacara," sebut Talitha.

Evita tak bisa menahan gelaknya mendengar itu, seketika teringat betapa absurdnya kakak sepupunya itu jika itu menyangkut Talitha. Evita kemudian mengangguk. "Ya. Aku sangaaat ingin punya pacar pengacara. Terutama, ketika pengacara itu adalah Miko," jawabnya.

Oh Dear, pria itu berutang banyak pada Evita untuk ini. Dia benar-benar harus menjadi suami terbaik bagi Talitha, demi perjuangan Evita ini. Well, Evita juga harus memberitahu Nathan apa yang dia lakukan itu tadi sangat cute untuk ukuran seorang Nathan yang kaku seperti robot. Dia bahkan lebih kaku daripada robot vacuum cleaner.

***

Talitha sebenarnya ikut senang mendengar kabar tentang Miko dan Evita. Ia tadinya berpikir Evita hanya bercanda. Namun, ketika tahu sahabatnya itu serius, ia sedikit khawatir. Karena Miko ...

Ah, sudahlah. Itu urusan mereka. Talitha tak berniat menanyakan apa pun pada Evita sampai Evita bertanya sendiri padanya. Toh, sepertinya mereka masih di tahap perkenalan. Dan Evita adalah tipikal yang to the point, terkadang impulsif. Ini mungkin hanya ketertarikan sementara.

Pun jika nanti sahabatnya itu serius dengan Miko, dia pasti akan mulai bertanya-tanya tentang Miko pada Talitha. Saat itu, Talitha bisa menceritakannya pada Evita. Tentang Miko yang tidak banyak orang tahu. Tentang rahasia Miko yang hanya diketahui Talitha, kakaknya, dan kakak iparnya.

Sejujurnya, Talitha sedikit berharap pada hubungan baru Evita dan Miko ini. Karena Talitha tak pernah melihat Miko yang seperti ini sebelumnya. Mungkin Evita yang menampakkan ketertarikan dan mengumumkan ketertarikannya, tapi Miko yang justru tampak mengejar Evita. Padahal, selama ini Miko tak pernah menanggapi siapa pun itu yang mencoba mendekatinya.

Talitha diam-diam tersenyum kecil, lega. Mungkin saja ini bisa menjadi jalan baru untuk Miko. Talitha sudah cukup merasa tak enak karena semua bantuan pria itu. Bahkan setelah kakak dan kakak ipar Talitha tiada.

Miko juga mungkin masih mengkhawatirkan Jia. Karena itu, Talitha harus melakukan yang terbaik agar Miko tidak khawatir lagi. Dengan begitu, dia bisa terbebas dan melanjutkan hidupnya sendiri. Karena bagi Talitha, Miko sudah seperti keluarganya sendiri. Dan ia berharap kebahagiaan pria itu.

Mungkin, itu jugalah alasan Talitha tak mencari Miko ketika ia membutuhkan calon suami. Karena ia tidak sanggup membebani Miko lebih dari ini. Tidak, ketika ia tahu luka yang harus ditanggung pria itu sendiri setelah kepergian kakak dan kakak ipar Talitha.

***

The Baby's ProjectWhere stories live. Discover now