Bab 8 - Belajar Menjadi Orang Tua

1.4K 192 25
                                    

Belajar Menjadi Orang Tua

Pagi itu, Talitha dan Nathan pergi ke rumah Tante Nenny ketika Jia masih tidur untuk meminta tolong. Namun, Tante Nenny justru tertarik akan kehadiran Nathan.

"Aku tidak tahu jika kau sudah bertunangan," ucap Tante Nenny pada Talitha sembari mengawasi Nathan dari atas ke bawah. "Nania dan Juna tak pernah mengatakan apa pun tentang ..."

"Aku sengaja merahasiakannya dari mereka untuk memberi kejutan," Talitha beralsan. "Aku berencana mengundang mereka langsung di hari pesta pertunanganku. Tapi ternyata, kejadiannya malah seperti ini dan ..."

Tante Nenny menatap Talitha dengan simpati. "Gadis malang. Hidupmu benar-benar berat belakangan ini. Aku lega mendengar kau sudah bertunangan. Setidaknya, kau tidak akan benar-benar sendirian setelah ini." Wanita itu tersenyum menatap Talitha dan Nathan.

Meski merasa tidak nyaman karena harus membohongi Tante Nenny juga, Talitha berusaha tersenyum.

"Kapan kalian akan mengadakan pesta pertunangannya?" Tante Nenny tampak antusias.

"Dua belas hari lagi," ucap Talitha. "Tapi, bukan itu yang kami khawatirkan."

Tante Nenny mengerutkan kening tak mengerti.

"Jia ... kami tak pernah berpikir tentang mengurus Jia sebelumnya, padahal kami sama sekali tak ada pengalaman mengurus bayi. Aku mungkin tahu sedikit, tapi jika dibandingkan dengan Kak Nania ..."

Tante Nenny mendesah pelan. "Benar. Ada Jia yang harus kalian pikirkan sekarang."

Talitha mengangguk. "Karena itu, aku ingin meminta tolong pada Tante untuk mengajari kami, bagaimana cara merawat Jia dengan baik, seperti yang dilakukan Kak Juna dan Kak Nania," pintanya.

Tante Nenny tersenyum sendu seraya mengangguk. "Juna dan Nania pasti sangat bahagia jika mereka tahu apa yang kalian lakukan. Jika Jia bersama kalian, mereka pasti tidak khawatir lagi."

Talitha meringis dalam hati. Sebenarnya, justru itulah kekhawatiran terbesar Talitha saat ini. Ia ataupun Nathan sama sekali tak banyak tahu tentang cara mengurus bayi. Bahkan mungkin saat ini, Juna dan Nania pastilah menyesal karena menyerahkan tanggung Jia pada Talitha.

***

Sementara Nathan pergi ke atas untuk mengecek Jia yang menangis, Tante Nenny mengajak Talitha ke dapur. "Kau sudah sering melihat Nania menyiapkan makanannya, kan?" tanya Tante Nenny.

Talitha meringis. "Hanya ... yang instan seperti bubur bayi."

"Jia sudah bisa makan seperti orang dewasa, hanya kau harus membuat porsi lebih sedikit. Beri dia nasi dengan sayur, ayam, daging, dan makanan bergizi lainnya, tapi kau harus memotongnya kecil-kecil. Jika dia rewel, selain susu, berikan camilannya. Jia sangat menyukainya. Oh, dan ... yang paling utama, susunya. Kau harus menyiapkannya setiap waktu," terang Tante Nenny seraya menunjukkan tempat-tempat Nania menyimpan keperluan makanan Jia.

"Aku bahkan tak pernah tahu di mana Kak Nania menyimpan semua itu sebelumnya," gumam Talitha menyesal.

Tante Nenny menatap Talitha dan tersenyum lembut. "Nania juga tak pernah tahu dia akan harus menyerahkan tanggung jawab seperti ini padamu. Dia sudah menyiapkan dirinya untuk mengurusmu seumur hidupnya, bukan membebanimu dengan semua tanggung jawab ini."

Talitha menunduk, mengusap sudut matanya. "Aku tidak merasa terbebani, hanya saja ... aku tahu aku tidak bisa melakukan ini dan ..."

Tepukan lembut Tante Nenny di bahunya membuat Talitha akhirnya mengangkat wajah. Tante Nenny tersenyum tanpa penghakiman. "Nania percaya padamu. Dia tahu kau akan merawat Jia dengan baik."

The Baby's ProjectWhere stories live. Discover now