9 - Ini Mimpi Atau Kenyataan?

78 6 0
                                    

AURORA baru saja diantar oleh Grey. Setelah mobil Grey meninggalkan pekarangan rumahnya, hpnya tiba-tiba berdering. Dari Milla. "Iya, Mil?"

"Ra. Gimana tadi? Sori ya, gue grogi banget tahu tadi! Makanya gue pengin pulang aja daripada gue pipis di celana. Dia nggak marah, kan?"

"Hihihi... Nggak ada masalah kok, Mil. Gue baru sampai rumah nih!"

"Kapan-kapan gue beraniin diri lagi deh, buat lihat kalian manggung. Lo tahu, kan, siapa Grey?"

"Iya, Mil. Santai aja ya. Masih ada hari lain kok."

"Iya, Ra. Gue belajar dulu ya. Sampai besok, Ra!"

"Bye, Mil."

Setelah teleponnya ditutup, Aurora menggeleng heran kalau dugaannya kali ini tepat lagi. Milla memang lebih tahu dunia para artis daripada dirinya yang hanya bisa membuat lagu sendiri di rumah. Apalagi internet di rumah juga terbatas oleh kuota yang harus ia beli sendiri.

"Malam, Om Garra... Malam Tante."

"Malam, sayang," seru Om Garra dan Tante Shakila bersamaan. Melihat perubahan Aurora, keduanya mulai penasaran. Karena wajah keponakan mereka cukup berseri-seri malam ini. Selain itu, Aurora juga selalu jarang memakai make up dan hanya ingin membelinya saja karena bentuk, warna, atau kotaknya yang lucu-lucu. Kini, warna pipinya sedikit merona merah dan matanya yang besar terlihat sedikit lebih tegas dengan mascara, eyeliner hitam, dan eyeshadow cokelat tua yang sedikit diberi sentuhan glitter. Bibirnya yang sudah terlahir berwarna merah muda juga dibubuhi oleh lipstik yang warnanya sedikit lebih merah.

"Kok cantik banget sih keponakan Tante?"

Aurora hanya tersipu malu.

"Kamu dari mana, Ra?" tanya Om Garra

"Dari kafe, Om. Sama Milla," jawab Aurora semringah.

Om Garra dan Tante Shakila mengangguk.

Aurora beralih melihat meja makannya yang masih kosong, Sontak ia berubah pikiran untuk makan di rumah. Satu hal yang ia sukai dari Tante Shakila adalah masakannya selalu pas di lidah. Jadi, ia lebih suka makan di rumah. Meski nggak pernah memakai bumbu penyedap, rasa masakannya nggak kalah dari koki terkenal. Tapi sekarang ia nggak bisa berharap ada masakan enak malam ini. Ia benar-benar lupa kalau kulkas di rumah ini telah kosong semenjak kemarin. Seringkali Tante Shakila juga hanya berbelanja yang cuma cukup untuk masak sekitar tiga hari.

Tante Shakila kini menyadari ke mana arah mata Aurora mengorbit. "Aduh, maaf ya, sayang. Tante belum belanja. Jadi nggak ada makanan deh... Tante pikir kamu juga mau makan bareng Milla di luar."

"Oh... Iya, nggak apa-apa, Tante. Kita beli pizza aja ya? Aku juga mau beli bubur aja untuk makan malam ini," ujar Aurora sambil langsung memesan dua kotak pizza dan bubur ayam lewat aplikasi online di hpnya.

"Wah! Kok tiba-tiba beli pizza? Nggak usah repot-repot, Ra. Kami nggak lapar kok."

"Jangan gitu, Tante. Aku memang lagi pengin traktir makan pizza malam ini."

"Ada angin apa nih?" Om Garra yang baru keluar dari toilet ikut menghampiri Tante Shakila yang tengah duduk dan bersandar di gazebo kecil –yang terbuat dari kayu, di ruang tengah rumahnya ini.

"Kamu habis nyanyi lagi?" tebak Tante Shakila semakin heran.

"Iya. Tapi kali ini aku nggak nyanyi di jalan, Tante," Aurora menjawabnya setengah-setengah dan tak bermaksud membuat keduanya mati penasaran.

Mendengarnya, Om Garra langsung melirik ke Tante Shakila dengan penasaran sebelum mereka kembali menatap Aurora.

"Trus, kamu abis pergi ke mana tadi?" tanya Tante Shakila semakin penasaran.

AurorabiliaWhere stories live. Discover now