25 - Antara Dia Dan Jonas

40 4 0
                                    

One Café Music & Lounge, Jakarta Selatan...


SEJAK bertemu Aurora sebulan yang lalu, Grey sudah mencanangkan sebuah kejutan untuk gadis itu.

Kini suasana dan penampilan panggung kafe sudah berbeda sejak beberapa jam yang lalu. Cahaya dengan lampu sorot warna warm untuk menerangi bagian tengah hingga warna biru dan merah di kedua sisi panggung kafe ini sudah menyala. Backdrop merah di tengah panggung yang biasa tertutup ikut dibuka dan memperlihatkan perlengkapan band seperti drum set dan amplifier yang terletak di depan panggung. Sebuah standing microphone yang diletakkan di antara amplifier di sisi depan panggung, serta keyboard, gitar listrik, bass, dan beberapa speaker juga telah diletakkan di kedua sisi panggung.

Beberapa jurnalis dan orang-orang yang berkecimpung dalam dunia musik yang dikenal Fargo dan Grey telah datang untuk menyaksikan pertunjukan di kafe.

Grey memerhatikan dari jendela ruang kaca yang ada di lantai dua. Semua tamu undangan yang telah memenuhi setiap kursi yang disediakan sudah nggak sabar menanti musisi baru yang telah dijanjikan akan tampil malam ini.

Tak lam, Grey hanya bisa melayangkan pandangannya ke arah hpnya, juga pintu masuk kafe yang bisa terlihat dari ruangan ini. Ia masih sangat berharap Aurora akan datang malam ini. Seharian ini pikirannya nggak henti-hentinya tertuju pada gadis itu walau bayangannya tentang gadis itu selalu membuat perasaannya kian bercampur aduk. Ia terus memikirkannya.

Seketika lamunan Grey buyar saat Fargo masuk ke ruangannya. "Grey," sapanya.

"Ya?"

Fargo sempat termenung seolah masih ada rasa penasaran yang mengganjal dalam benaknya. "Ada seseorang yang mencari kamu. Sepertinya ada hal serius yang ingin dibicarakannya sampai ia begitu mendesak untuk bisa menemui kamu."

Grey mengarahkan matanya ke arah lain seraya mencerna ucapan Fargo dan membayangkan siapa yang ingin menemuinya malam ini. Bukankah ia sudah membuat temu janji pada siapa pun setelah acara malam ini selesai? Semua tamu undangannya sudah tahu akan hal itu.

"Katanya, ini menyangkut seorang gadis yang kamu kenal. Entahlah, siapa yang dimaksud. Dia menunggu di West Corridor. Is it fine?"

Grey kembali menatap Fargo. "Iya. Thanks, Go. Aku akan menemuinya."

Fargo mengangguk, juga sekilas memberikan senyumnya yang lebar. "Okay! Anytime, bro... Oh, ya! Berapa menit lagi kita mulai, Grey?" tanyanya sudah nggak sabar.

"Sebentar lagi."

"Ok... Aku jadi penasaran siapa yang akan kamu undang malam ini."

"Kamu tahu kok," sahut Grey sambil tersenyum.

"Really? Wah! Kamu diam-diam punya penyanyi hebat sampai mengundang banyak wartawan dan orang-orang media lain, Grey? Aku kira cuma Aurora yang akan menyanyi hari ini."

Grey hanya kembali mengukir senyum melihat raut heran Fargo. Wajar, jika rekannya itu nggak tahu. Karena acara malam ini memang bukan rencana pria itu. Ia hanya mengatakan ada salah satu tamu spesial yang akan datang untuk menyanyi dan mereka harus mengundang beberapa rekan dari berbagai media.

Setelah pria berkebangsaan Jawa-Amerika yang mengaku telah dibesarkan di Jakarta itu tersenyum sejenak dan keluar dari ruangannya, Grey perlahan menghela napasnya dan beranjak dari ruangan itu.


***


Sambil melangkah, Grey memerhatikan ke sekeliling kafe. Tapi ia belum melihat Aurora. Kalau gadis itu nggak datang malam ini, itu artinya ia harus menghadapi semua rasa kecewa orang-orang yang telah menanti penampilannya. Kepalanya benar-benar penat sekali sekarang. Semoga musisi lain yang telah mengisi acara malam ini, bisa cukup mengisi keheningan panggung di kafe ini, harapnya.

AurorabiliaWhere stories live. Discover now