32 - Menerima Kenyataan

80 5 0
                                    

BEBERAPA hari ini, Aurora ingin sekali bolos sekolah. Karena ia harus terbiasa dengan memakai kacamata, topi kupluk, dan tas yang berbeda setiap mau pergi atau pulang sekolah.

Kalau bukan karena ada para pemburu berita yang masih penasaran dengan pendapatnya tentang pengakuan Grey, hidup Aurora nggak akan diliputi kecemasan setiap waktu. Apalagi ia sudah digosipkan telah menjadi simpanan seorang pengusaha yang belum diketahui namanya, karena Jonas membantunya mengirimkan supir untuk mengantar dan menjemputnya pulang sekolah.

"Capek ya, Ra?"

"Iyalah, Mil." Aurora mengangguk. Ini memang sungguh melelahkan! Tapi aku harus membiasakan diri dengan kehidupan baruku, batinnya. Ia juga melihat netizen di media sosial bahkan ikut mengincar berita tentang identitas dan masa lalunya dengan Grey. Kehidupannya yang tenang, aman, dan damai sudah berubah drastis. Ia nggak bisa merasa aman kalau gosip itu terus merebak seperti bunga yang rontok di musim semi.

Kata-kata Tante Shakila saat memberitahu Jaslene hanya memberikan kebutuhan materi semata masih terngiang-ngiang dalam benak Aurora. Ia sebal sekali mendengarnya. Ditambah betapa besarnya jumlah uang di rekening barunya di salah satu bank swasta di Jakarta ini membuat jantungnya tersengat listrik ribuan volt. Ia masih syok sampai sekarang. Karena jumlahnya sudah hampir 700 juta. Ya Tuhan! Ini benar-benar sulit dipercaya sekali kenapa Jaslene sampai harus berpisah dengan ayahku. Berita simpang siur yang tersebar di berbagai media sungguh membuat kepalaku pusing untuk memilah informasi yang benar dan salah.

Sampai sore ini, Aurora masih nggak bisa mengira-ngira apa yang harus ia lakukan ataupun katakan pada sosok ibu yang sudah belasan tahun bahkan nggak pernah mau menemuinya. Kepalanya ini sudah hampir terbelah dua walau hanya memikirkan rencana kalau ia bertemu ibunya. Ia nggak tahu bagaimana harus bersikap kalau tiba-tiba Jaslene muncul di hadapannya. Apa ia akan mencakar wajahnya dan mengatakan kalau dia bukan ibu yang baik? Entahlah. Ia pusing.

"Lo nyaman dengan keadaan kayak gini, Ra?" tanya Milla yang ikut-ikutan memakai topi, kacamata yang nggak minus, dan bahkan mereka sudah membeli beberapa wig untuk dipakai berganti-ganti setiap hari. Jelas mereka harus melepas semua aksesoris itu ketika di kelas. Karena jadi sahabatnya, dia juga nggak bisa langsung pulang.

Mobil Milla terpaksa ditinggal sampai lapangan parkir sekolahnya benar-benar sepi. Karena teman-temannya yang terkadang masih ingin bercengkerama dengan Aurora selalu berhasil mengundang perhatian para pencari berita. Merepotkan saja! pikirnya. Ini gara-gara wajahnya juga pernah terliput oleh salah satu media sebagai sahabat Aurora saat ia berbincang-bincang dengan Grey di depan sekolah dan sewaktu mereka ada di kafe.

Aurora hanya mengangkat bahunya sambil melebarkan senyumnya. "Yang gue rasakan sekarang ... sekencang apa pun langkah kaki berlari, kenyataan akan terus ada di depan mata. Kalau mata dan kaki ini nggak bisa melihatnya, mereka harus bisa menghadapinya dengan caranya sendiri. Perasaan lemas dan perih ini hanya sementara. Gue akan baik-baik saja tanpa mereka, Mil."

"Gue senang banget bisa kenal sama lo, Ra." Milla sontak memeluk Aurora.

Apa Grey dan Jaslene juga akan baik-baik saja tanpa dirinya? Aurora mencelos. Tentu saja, pikirnya. Apa aku harus bicara pada Milla tentang ketidakpedulian Jaslene dan Steven? Tapi untuk apa? Ya. Untuk apa aku memikirkan mereka lagi? gerutu Aurora dalam hati. Setelah Grey mengatakan tentang keluarganya pada beberapa pers, nggak ada satu pun yang menghubungi atau ingin menemuinya. Mungkin semua berita ini akan tenggelam dengan sendirinya dan kehidupan normalnya akan kembali lagi.

"Ra, lo mikirin apa? Jemputan dari Jonas belum datang ya?" tanya Milla ketika masih duduk di perpustakaan dan mengintip dari jendelanya.

Aurora meringis mendengarnya. Terakhir kali ia mengembalikan pakaian yang dipinjamkan Jonas ke sekretaris di kantornya yang megah itu, ia sempat bertemu dan berkenalan dengan Meril. Katanya Jonas kembali disibukkan dengan pekerjaannya dan akan sulit ditemui.

AurorabiliaWhere stories live. Discover now