17 - Apa Yang Dia Lakukan?

55 4 0
                                    

PULANG sekolah, Aurora melihat Novia dan teman-temannya sudah menunggu di luar kelasnya. Sementara itu, Milla sudah pulang lebih cepat karena perutnya nggak enak karena kebanyakan makan pedas di kantin. Firasatnya mendadak jadi jelek kuadrat.

Gara-gara harus menghapus papan tulis, Aurora terpaksa melihat teman-temannya pulang lebih dulu. Ia bisa terkurung di kelas sendirian kalau nggak cepat-cepat merapihkan buku-bukunya dan menyampirkan tasnya ke pundak. Sambil menelan salivanya, ia melenggang keluar kelas dan berusaha nggak melihat Novia dan teman-temannya.

"Heh, pengamen!" panggil Novia.

Ya Tuhan! Aurora terpaksa menghentikan langkahnya danmendengar cekikikan Bianca serta Dion di belakang Novia. Sepertinya dugaan Milla kurang tepat kali ini. Karena ternyata Novia dan teman-temannya masih belum jera untuk mengganggunya.

"Gimana sih caranya supaya bisa nyanyi di kafe itu? Setahu gue, ijinnya itu susah banget," seru Novia penasaran. Kali ini ia benar-benar heran karena ia masih ingat ketika Aurora bisa menyanyi di kafe One.

Aurora terpaksa menoleh dan menatap mereka. Rasanya ia nggak bisa menghindar dari mereka kali ini.

"Heh! Lo budek ya?"

"Nggak, Nov. Waktu itu gue memang nggak sengaja ketemu salah satu karyawannya."

"Oh... Trus, lo bisa kenal Jonas di mana?"

Jonas? Apa mereka serius ingin menanyakan soal itu? Aurora meringis nggak percaya. "Rumah sakit," jawabnya singkat. Ia sendiri bingung persisnya di mana.

Novia dan gengnya sekejap tersentak sebelum ia menahan tawa gelinya seraya menatap Aurora. "Oh... sekarang lo penyakitan rupanya?"

Aurora tertohok, tapi ia nggak ingin membalas sikap Novia. Bahkan kali ini Dion malah menyikut lengan gadis itu. Mungkin dia juga merasa celotehan gadis itu terdengar berlebihan dan menyebalkan.

Setelah melirik heran ke Dion acuh tak acuh, Novia kembali menatap Aurora. "Trus, dia ngapain di sana?" tanyanya masih ingin tahu.

"Gue nggak tahu, Nov. Gue kan nggak kenalan sama dia waktu itu."

"Anak ini bikin gue darah tinggi mulu deh!" seru Novia geram.

"Cepat, Nov. Kelamaan lo!" pekik Bianca memberanikan diri.

"Iya, Nov! Gue kan, lapar," timpal Dion ogah-ogahan.

"Bilang aja lo jealous ya kalau gue nanya-nanya tentang Jonas?" sembur Novia.

"Nggak. Buat apa gue cemburu sama dia? Memang lo kenal?" tanya Dion balik.

Seketika Novia menginjak sepatu Dion hingga cowok itu mengaduh kesakitan.

"Aduh! Sori, Nov... Sori! Duh! Sakit tahu! Lo nggak perlu iri gitu kalau dia kenal pengusaha, gue juga bisa jadi pengusaha suatu hari nanti!"

Novia mencibir mendengar bisikan Dion, dan kembali menatap Aurora hingga wajah mereka saling berdekatan.

Aurora terpaksa mundur dari posisi berdirinya karena Novia sudah membusungkan dadanya dengan raut wajah seperti hari-hari sebelumnya. Angkuh, sok cantik, dan nggak peduli dengan orang-orang di sekitarnya. Sepertinya dia memang sudah kebal dengan hukuman-hukuman yang diterimanya di sekolah ini. Sekarang ada apa lagi? tanyanya dalam hati.

"Akh!" Aurora memekik ketika Novia menggamit lengannya hingga mereka melangkah ke halaman di belakang kelas kosong. "Lo mau ngomong apa lagi sih, Nov?"

"Ikut aja, Ra. Gue nggak bakal nyakitin lo kok," seru Novia sambil terus berjalan sejajar dengan Bianca dan Dion. Ia memang nggak ingin percakapan mereka didengar anak-anak yang hendak pulang atau masih berkeliaran di lorong.

AurorabiliaWhere stories live. Discover now