Part 6

2.5K 288 38
                                    

Pemuda dua puluh tahun tersebut menatap bosan pada vas bunga yang ada di dalam ruangan. Hari ini begitu membosankan baginya karena sedari pagi sampai sore tidak ada satupun yang datang menjenguk. Yor tidak bisa datang karena pekerjaan yang mengharuskannya lembur hari ini. Yor bahkan membiarkan Anya berada di rumah temannya karena harus kerja lembur. Dominic juga tidak bisa datang karena ia harus keluar kota dan Loid, Yuri tidak tau dimana pria itu sekarang. Sudah beberapa hari ini Loid absen menjenguknya dan jujur saja ia cukup kesepian ketika pria itu tidak datang.



'Sebenarnya kemana Lottie itu? apa dia bosan harus mengurusku ya?' batin Yuri dalam hati. 'Atau mungkin dia benar-benar sibuk ya? mungkin besok dia akan datang.'



Namun sampai enam hari setelah itu Loid belum menampakkan batang hidungnya ke rumah sakit. Ketika Yuri bertanya pada Yor lewat note miliknya Yor hanya menjawab Loid sibuk dengan pekerjaan dan sering pulang larut.



'Dia pulang ke rumah tapi tidak sempat kesini?' Yuri memasang wajah murung. Yor yang menyadari hal itu kemudian mengusap kepala adiknya tersebut.



"Kenapa Yuri?" tanya Yor.



Yuri hanya menggeleng pelan sebagai jawaban. Reaksi Yuri kali ini biasa saja padahal biasanya ia pasti senang ketika Yor memberi perhatian lebih.



"Maaf ya Yuri kakak harus pulang dan menjemput Anya juga. Yuri tidak apa-apa kan ditinggal?"



*tidak apa-apa kak, kakak pulang saja dan istirahat.* tulis Yuri pada note miliknya. Note itu masih tersisa beberapa lembar saja sekarang.



Yor pun meninggalkan Yuri sehingga Yuri kembali merasa bosan. Pemuda itu kemudian berusaha menggerakkan tangan dan kakinya namun hanya bisa ia gerakkan sedikit saja. Sebelumnya Yuri telah bisa menggerakkan tangannya tapi kenapa sekarang tidak bisa digerakkan lagi? padahal Yuri ingin cepat sembuh, ia ingin kembali bisa beraktivitas dan bekerja seperti biasanya. Disaat ia ada harapan kenapa harapan itu harus pupus dan berakhir ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya lagi? Yuri benar-benar lelah dengan keadaannya saat ini.



Tes

Tes

Tes



Yuri bahkan tidak bisa mengusap air matanya yang perlahan mengalir membasahi pipi. Rasa bosan dan kesepian membuat ia depresi. Jika ia bisa menggerakkan tangannya mungkin saja ia telah membanting apa saja saat ini tapi yang bisa ia lakukan hanya menangisinya, menangisi kemalangannya.



"Yuri?!"



Yuri membulatkan matanya ketika sosok yang seminggu lebih absen kini masuk ke ruangan. Air matanya semakin banyak mengalir sehingga sosok tersebut segera menghampiri Yuri.



"Kenapa Yuri? ada yang sakit? kau perlu sesuatu?" tanya Loid seraya memegang kedua bahu Yuri.



Yuri ingin menghindar, Yuri ingin mengumpat pada pria di depannya ini dan ia ingin melayangkan pukulan namun apa daya tubuhnya tidak bisa bergerak bebas dan bibirnya tidak bisa berucap.



"Tenanglah." Loid menarik Yuri kepelukannya. "Semuanya akan baik-baik saja Yuri, tenanglah." Loid mengusap-usap kepala Yuri mencoba menenangkan pemuda itu. Dari buku yang ia baca ini salah satu cara untuk menenangkan pasien yang mengalami depresi. Loid tentu harus mempelajari ini untuk mendalami karakternya.



Yuri perlahan tenang, ekspresinya tidak setegang tadi namun air matanya tidak mau berhenti mengalir.



"Maaf aku seminggu ini tidak datang. Aku berusaha mencari tau tentang racun yang digunakan padamu. Kebetulan salah satu temanku memiliki lab untuk menguji racun itu dan sekarang masih tahap mencari penawarnya."



Yuri hanya terdiam tidak bereaksi apa-apa.



"Di rumah sakit ini hanya bisa meringankan efeknya tapi tidak bisa benar-benar menghilangkan efek dari racun tersebut karena itu aku meminta bantuan temanku untuk menemukan penawar racun itu."



'Jadi selama ia tidak datang dia  melakukan sesuatu untukku?'



Loid perlahan melepas pelukannya pada Yuri lalu menghapus air mata pemuda tersebut. "Kau kesepian?" tanya Loid.



Yuri mengangguk dengan pelan. Wajah dan matanya merah sehabis menangis, jujur Yuri terlihat menggemaskan di mata Loid dengan wajah memerah begitu.



"Kau mau keluar? ayo aku akan mengajakmu keluar, untuk duduk kau masih bisa di kursi roda kan?"



Yuri mengangguk dengan mata berbinar dan seakan muncul ekor dan telinga anjing imajiner jika Loid menatap pemuda itu sekarang.



'Imut seperti anak anjing.' gumam Loid dalam hati.



Loid pun mengajak Yuri ke taman dibagian samping rumah sakit. Beberapa jenis bunga tumbuh disana dan Yuri cukup menikmati pemandangan tersebut. Loid menatap Yuri, tangannya kemudian meraih kepala Yuri. "Kau menyukai tempat ini?" tanya Loid.



Yuri membalas dengan senyuman manis.



"Jika kau mau, kau bisa memintaku untuk menemanimu keluar seperti ini."



Yuri melirik note yang Loid pegang. Loid pun mendekatkan note itu ke tangan Yuri.



*terima kasih Lottie*



Loid membulatkan matanya membaca tulisan Yuri. Pemuda itu berterima kasih adalah suatu hal yang mustahil, terkhusus untuk seorang Loid Forger yang ia cap sebagai orang yang merebut kakak perempuannya. Walaupun ada selipan nama panggilan khusus Yuri yang menurut Loid aneh, Loid cukup terkesan ketika pemuda itu berterima kasih.



'Aku berusaha keras mencari penawar racun untuknya lalu setelah itu apa? jika sampai identitasku terbongkar dia tetap akan mengeksekusiku.' batin Loid. Ia masih bingung akan perasaannya terhadap Yuri, apakah ia jatuh cinta pada pemuda tersebut?



Pluk



Kelopak bunga jatuh di kepala Yuri, Loid langsung saja menyingkirkannya darisana. Wajah Yuri jadi merah ketika Loid melakukan itu.



Jika ini drama romanca mungkin saja akan tumbuh benih cinta diantara keduanya namun mengingat status mereka saat ini membuat semua hal itu sangatlah tidak mungkin terjadi.



Yuri adalah polisi rahasia yang memburu mata-mata dari Barat dan Loid adalah salah satu mata-mata yang diburu oleh Yuri. Jika ia tertangkap hukuman mati akan senantiasa menanti. Loid tidak masalah jika ia mati namun jika ia mati tanpa menyelesaikan apapun maka semua usaha kerasnya akan sia-sia, Loid tidak mau hal itu terjadi.



'Sebenarnya apa yang kau pikirkan? aku beberapa kali melihat matamu ingin menangis Loid.' ucap Yuri dalam hati. Melihat bagaimana Loid memperhatikan dan mengurusnya membuat hati Yuri perlahan luluh sehingga ia yang merasa dulunya Loid adalah sosok yang ia benci menjadi sosok yang cukup berarti baginya setelah apa yang Loid lakukan.



"Yuri kita kembali saja ya, terlalu lama di luar juga akan mempengaruhi kondisimu. "



Yuri menurut saja ketika Loid mendorong kursi rodanya untuk kembali ke kamar rawat.



'Tetaplah disisiku Yuri/Loid.'



Yuri berharap Loid selalu disisinya semenjak pria itu selalu memperhatikannya.



Loid berharap Yuri selalu berada disisinya walaupun di kemudian hari Yuri tahu identitas Loid yang sebenarnya.






T
B
C

My LottieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang