Part 8

2.3K 241 31
                                    

Telah terhitung satu bulan lebih Yuri berada di rumah sakit. Kini ia benar-benar sembuh bahkan telah keluar rumah sakit hari ini.



Loid mengurus semua administrasi dan keperluan lainnya sebelum mengajak Yuri pulang bersama ke apartemen pemuda tersebut. Loid awalnya ingin membawa Yuri ke apartemen miliknya namun Yuri bersikeras agar pulang ke apartemennya sendiri.



"Kau yakin benar-benar telah pulih Yuri? bukankah lebih baik kau di apartemen kami saja agar ada yang merawatmu?" ucap Loid.



"Aku disini saja." ucap Yuri tanpa mau menatap Loid.



Loid menatap pemuda itu cukup lama sampai ia pada akhirnya menghela nafas mendapati keheningan ini cukup mengganggu. "Yuri ada apa denganmu hari ini? bukannya harusnya kau senang setelah keluar dari rumah sakit?" ucap Loid.



"Aku bahkan tidak pernah menginginkan ini terjadi. Karena hal ini aku hampir kehilangan pekerjaanku dan..."



"... dan apa?"



Yuri kemudian menatap Loid. Sorot matanya menajam dan ia pun mendorong Loid hingga kini Loid terpojokkan ke dinding.



"Yuri..."



"Andai saja ini tak pernah terjadi aku akan tetap menanamkan kebencian padamu, andai saja ini tidak pernah terjadi kau tetaplah aku anggap sebagai perebut kak Yor..." Yuri menunduk, ia mencengkram kerah baju Loid dan menyenderkan dahinya di dada pria tersebut. "... andai saja ini tak pernah terjadi aku tidak akan menghianati kak Yor seperti ini, aku tidak akan jatuh cinta padamu setelah apa yang telah kau korbankan untukku."



Loid perlahan melingkarkan tangannya ke bahu Yuri lalu memeluk pemuda tersebut. "Maafkan aku.."



"Untuk apa kau meminta maaf?"



Dengan tangan yang mengelus surai hitam Yuri, Loid pun menjawab pertanyaan pemuda tersebut. "Maaf karena aku memiliki perasaan seperti ini, jika saja perasaan ini tidak muncul aku tidak akan berbuat sejauh ini sampai menumbuhkan perasaan yang sama yang kini kau rasakan."



Yuri menggertakan giginya kemudian berucap dengan lirih. "Ayo kita akhiri ini Loid. Hilangkan perasaan yang seharusnya tidak boleh ada."



Ucapan Yuri tidak membuat Loid terkejut sama sekali. Ia tahu cepat atau lambat ini pasti akan terjadi. Perasaan yang tumbuh ini pada akhirnya harus mereka kubur dalam-dalam karena dinding yang harus mereka lalui terlalu tinggi dan kokoh.



"Kau tahu Yuri, sebenarnya halangan terbesarnya bukanlah Yor melainkan ada hal yang lebih besar dari itu." ucap Loid.



"Apa itu?"



Loid menggeleng sebelum makin mempererat pelukannya pada Yuri. "Suatu saat nanti kau mungkin akan mengetahuinya Yuri."



"Tak bisakah kau terbuka padaku Loid?"



"Jika waktunya telah tiba aku akan memberitahumu segalanya Yuri. Untuk sekarang kita harus mulai menghilangkan perasaan masing-masing dulu dan bersikap layaknya kakak dan adik ipar."



Walau dalam hati masing-masing menginginkan kebersamaan namun akan ada banyak yang dikorbankan karena hal ini. Setidaknya jika mereka hanya mengorbankan perasaan mereka, semua akan berjalan seperti biasa dan semua akan baik-baik saja. Bukankah pekerjaan juga mengharuskan mereka berkorban banyak? dan tidak banyak yang tahu pengorbanan mereka. Kini masalah perasaan pribadi saja mereka tetap harus berkorban.



My LottieWhere stories live. Discover now