Part 13

1.6K 163 22
                                    

Setelah beberapa hari berada di rumah sakit, pada akhirnya Loid dinyatakan boleh pulang siang ini. Yor yang beberapa hari ini izin dari tempatnya bekerja pun mengurus segala sesuatu yang diperlukan (sebenarnya rekan mata-mata Loid ikut membantu karena Yor  kurang mengerti tentang hal ini sebelum diarahkan)


"Aku masih menyesalkan kenapa dulu takdir tidak menginzinkanku menjadi istri palsumu senior. Kau pasti cukup kerepotan dengan wanita itu bersamamu." ucap rekan kerja wanita sesama mata-mata pada Loid.


"Fiona jangan sampai Yor mendengar ucapanmu. Yor memiliki nilai plus yang tidak kau miliki." balas Loid.


"Oh ya? Lalu nilai plus dari adiknya apa sampai kau bisa sedekat itu dengan adiknya?"


Loid tersentak untuk beberapa saat. Ia kemudian menatap tajam Fiona. "Sejauh mana kau mengetahuinya?" tanya Loid.


"Sejauh yang kau tahu senior." wanita itu tetap memasang ekspresi datar padahal dalam hatinya puluhan umpatan telah ia ucapkan. "Awalnya aku mengira harus membereskannya karena merupakan ancaman bagimu tapi tindakanku malah membuat perasaan cinta tumbuh diantara kalian."


Loid membulatkan matanya sebelum tatapan tajam kembali ia layangkan. "Jangan bilang kau yang merencanakan saat Yuri terkena racun waktu itu Fiona."


"Bukankah hama seperti itu harus dibereskan senior? Aku kecewa kau benar-benar dilemahkan sekarang oleh perasaanmu. Dulu kakaknya, sekarang adiknya pun melemahkanmu. Kau bahkan menyelamatkan musuh terbesarmu senior."


"Fiona cukup, jangan bertindak terlalu jauh--"


"Bukankah menyelamatkan polisi rahasia yang tengah memburumu juga termasuk? kau yang sebenarnya bertindak terlalu jauh senior."


Loid sukses terdiam. Perkataan Fiona memang ada benarnya, ialah yang bertindak terlalu jauh pada saat itu, untunglah atasannya di organisasi memaafkan tindakan tersebut.


"Sebentar lagi wanita ceroboh itu akan tiba, aku akan pergi sekarang." ucap Fiona lalu ia pun meninggalkan ruangan Loid.


Beberapa saat kemudian Yor benar-benar datang bersama Anya. Mereka akan bersiap-siap mengajak Loid pulang.


"Maaf Loid aku agak lama tadi karena tidak terlalu mengerti bagaimana mengurus sesuatu di rumah sakit. Aku sempat minta bantuan Yuri tapi dia bilang sedang sibuk dengan pekerjaannya." ucap Yor.


'Yuri menolak perrmintaan Yor? Sesibuk itukah?' gumam Loid dalam hati.


Anya yang mampu membaca pikiran Loid pun mencari cara agar ayahnya menaruh curiga pada Yuri yang kini mencurigainya sebagai Twilight. Seakan mendapat pencerahan anak itu tersenyum.


"Ayah mungkin paman Yuri benar-benar sibuk. Saat ayah masuk rumah sakit Anya melihat orang yang mirip paman Yuri berjalan tergesa-tesa dan ada darah di bajunya. Tapi mungkin saja Anya salah lihat." ucap Anya.


"Ah benarkah? tapi kenapa ibu tidak tahu ya?" ucap Yor karena memang benar saat itu hanya Anya yang kebetulan melihat Yuri sementara Yor karena panik tidak melihat keberadaan adiknya tersebut.


'Apa benar yang dikatakan Anya? Apa jangan-jangan Yuri yang membawaku kemari? mungkin saja itu terjadi karena polisi rahasia juga pasti menyelidiki rencana bom bunuh diri ini.'


Anya tersenyum setelah membaca pikiran sang ayah. Ayahnya pasti bisa lebih berhati-hati sekarang.


"Lagipula sudah selesai kan urusan administrasinya? Tak apa jika Yuri tidak bisa datang mungkin dia benar-benar sibuk." ucap Loid. 'Mungkin dia sekarang sibuk mencari bukti bahwa aku adalah mata-mata.' tambah Loid dalam hati.


Karena masa pemulihan juga, Loid meminta pada atasannya untuk memberinya cuti sementara dan meminta agar misi-misi untuknya diserahkan ke mata-mata lain dulu. Jika misi itu dibiarkan karena bukan dia sendiri yang menanganinya pasti Yuri makin curiga. Loid cuti sementara tidak ada pergerakan sama sekali saat ia cuti, Yuri sudah pasti makin mencurigainya sebagai mata-mata.



.



"Sepertinya kau ingin sekali menjadi penghuni tempat ini ya? kenapa tidak sekalian saja kau masuk sel?" tanya pria berambut pirang itu pada Yuri.


"Bisa diam tidak?" balas Yuri.


Pria itu menghela nafas, ia pun duduk disebelah Yuri. "Jika ingin menghindar carilah penginapan jangan malah berdiam diri disini. Kau bahkan tidak tidur dengan teratur."


"Kau cukup perhatian juga ya." balas Yuri dengan sarkas.


"Aku hanya tidak ingin kau menghambat karena kondisimu yang mengenaskan. "


"Kau tidak perlu cemas, aku tidak selemah itu."


"Baiklah aku tidak akan menganggumu setelah ini, aku bawakan minuman untukmu." Pria itu memberi segelas minuman pada Yuri. "Tadi dibagikan di ruangan sebelah, sekalian aku ambilkan untukmu."


Yuri menerima minuman tersebut, meneguknya sampai habis.


"Sialan, apa yang kau campurkan disini huh?" ucap Yuri ketika tiba-tiba ia merasa pusing setelah meminum minuman tersebut.


"Hanya obat tidur."


Pluk


Tubuh Yuri ambruk ke pangkuan pria pirang tersebut.


"Caramu cukup ampuh, akhirnya aku bisa melihatnya tidur." ucap pria berambut hitam yang kini juga dapat giliran bertugas disana.


"Sekuat apapun orang, kalau dia kurang makan, minum dan tidur akan berpengaruh pada kinerjanya nanti." Pria itu melepaskan seragam Yuri sehingga hanya menyisakan kemeja miliknya. "Ambilkan coatnya di loker, aku akan mengantarnya pulang." ucap pria pirang itu.


Setelah memakaikan coat, pria itupun menggendong Yuri di punggungnya untuk kemudian ia antar pulang.



.



Pria itu sampai di apartemen Yuri dan melihat pria lain tengah celingak celinguk di depan apartemen Yuri.


Pria yang tak lain adalah Dominic itupun menoleh ketika menyadari ada orang yang datang. Ia membulatkan matanya melihat Yuri berada di punggung pria lain yang ia ingat adalah rekan kerja Yuri. "Ada apa dengannya?!" seru Dominic.


"Yuri beberapa hari ini tidak tidur teratur di tempat kerja karena itu aku memberinya obat tidur." balas pria itu. "Bisa kau bantu aku membukakan pintu?" tambah pria itu.


Dominic pun mencari kunci apartemen Yuri lalu membukakan pintu. Mereka pun masuk ke kamar Yuri.


"Aku tidak tahu sampai kapan Yuri akan tidur. Aku akan pergi sekarang."


"Tunggu, kau yakin dosis obat tidurnya tidak tinggi kan?" tanya Dominic.


"Justru harus memakai dosis tinggi untuk membuatnya tidur, hanya racun paling mematikan yang bisa menumbangkannya karena dari kecil ia terlatih dengan masakan beracun kakaknya." ucap pria tersebut sebelum beranjak pergi.


Setelah kepergian pria itu Dominic membenarkan selimut Yuri. Melihat perhatian pria itu pada Yuri membuat Dominic kesal, belum selesai dengan Loid kini ada pria lain yang menaruh perhatian pada Yuri.


Dominic menatap wajah tidur pemuda tersebut. Melihat nafas teratur dari pemuda itu dengan wajah manisnya ketika tidur, membuat Dominic tidak bisa menahan diri untuk tidak mencicipi bibir Yuri. Ia pun mendekatkan wajahnya pada Yuri dan bibir mereka hampir bersentuhan sampai ada seruan dari orang lain yang memasuki kamar Yuri.


"Dominic?!" seru wanita berambut pirang yang baru saja memasuki ruangan. Wanita yang tak lain adalah kekasih Dominic, ia melihat kekasihnya masuk ke apartemen Yuri dan mengikutinya namun pemandangan seperti ini yang ia dapatkan.





T
B
C

My LottieWhere stories live. Discover now