Part 9

2K 222 39
                                    

Yuri kini telah tiba di bar yang direkomendasikan oleh rekan kerjanya. Rekan kerjanya tersebut tidak tahu bahwa Yuri tidak terlalu bisa minum, minum sedikit saja ia akan melantur. Jika pria berambut pirang itu tahu tidak mungkin ia akan mengajak Yuri minum.



"Kau pesan apa Yuri?"



"Sama saja denganmu."



Pria itu mengangguk lalu memesan cocktail dengan campuran minuman kadar alkohol cukup tinggi. Tidak memerlukan waktu lama minuman yang mereka pesan telah tersedia di meja.



"Kau bisa kan minum dengan kadar alkohol tinggi?" tanya rekan kerjanya itu.



"Tentu saja bisa." jawab Yuri dengan entengnya.



Namun setelah minum seteguk pemuda berambut hitam itu langsung menelungkupkan kepalanya di meja.



"Sepertinya aku salah mengajakmu kesini."



"Apanya yang salah hah?! Aku tidak akan mabuk hanya dengan ini, hic.. "



Pria berambut pirang itu menghela nafas. Ia menikmati kembali cocktail pesanannya dengan tenang dan membiarkan Yuri kembali meminum bagiannya sendiri. Ia larang pun percuma karena sepertinya Yuri kali ini tidak bisa diganggu.



"Lottie sialan! Kau muncul terus di kepalaku hic.."



Ketika Yuri ingin minum lagi rekan kerjanya langsung menjauhkan gelas tersebut dari tangan Yuri. Mendengar Yuri kini meracau membuat pria tersebut memutuskan lebih baik menghentikan pemuda itu sekarang.



"Huh? Kenapa kau ambil minumanku Lottie?! Kembalikan!"



Pria itu makin menjauhkan tangannya yang memegang gelas berisi minuman milik Yuri. "Kau itu mabuk, kau bahkan tidak bisa membedakan wajah orang."



Pria dengan bekas luka di wajah itu pun membayar minuman mereka lalu menyeret Yuri menjauh dari bar. Yuri tentu saja terus memberontak sehingga pria itu pada akhirnya menghentikan langkah di sebuah taman yang kebetulan mereka lewati. Ia mendudukkan Yuri di kursi kayu yang ada di taman.



"Lain kali aku tak akan pernah mengajakmu minum lagi."



Yuri menatap pria itu cukup lama sampai pada akhirnya pemuda itu tiba-tiba menangis.



"Yuri.. kau kenapa?"



"Kenapa bersamamu begitu sulit Lottie? Aku selalu berusaha melupakanmu tapi tidak bisa. Apa yang harus kulakukan?" ujar Yuri yang masih menganggap rekan kerjanya adalah Loid.



Yuri kemudian menarik kerah baju rekan kerjanya dan mendekatkan wajahnya pada pria tersebut. Pria itu sendiri hanya terdiam membiarkan Yuri berbuat semaunya.



Bibir mereka sebentar lagi akan bersentuhan. Ciuman tidak langsung pun terjadi dikarenakan mereka kini sama-sama mencium tangan seseorang yang membekap mulut Yuri dari belakang. Tangan itu tak lain adalah tangan Loid. Kalau saja ia tidak cepat berlari kearah Yuri mungkin saja Yuri telah berciuman dengan orang lain. Setidaknya tangan Loid menjadi pemisah ciuman mereka, posisi Loid membekap mulut Yuri dengan tangan kanan sementara tangan kirinya memeluk Yuri. Bibir rekan kerja Yuri menempel di punggung tangan Loid yang menjadi pemisah antara bibir pria tersebut dan Yuri.



"Maaf tuan, Yuri memang begini kalau sedang mabuk. Aku sebagai kakak iparnya akan membawa Yuri pulang." Loid menarik Yuri agar menjauh dari pria tersebut.



"Lepaskan aku sialan!"



Loid membawa Yuri kembali ke apartemennya dengan membopong Yuri bak karung beras. Walaupun terus memberontak Loid tetap tidak peduli, bahkan ketika orang yang mereka lewati menatapnya.



My Lottieحيث تعيش القصص. اكتشف الآن