2. Kehilangan

1.2K 71 0
                                    

Saat ini Cempaka bersama dengan Erlangga berada dibandara untuk mengantarkan kedua orang tua mereka yang akan memulai bisnis bersama diluar negeri.

"Janji langsung pulang kalau pekerjaannya udah selesai," kata Cempaka kembali memeluk Mamanya untuk kesekian kalinya, sedangkan Mamanya hanya tersenyum lembut sambil mengusap sayang kepala putrinya.

"Iya sayang, jangan kangen sama Mama Papa ya," jawabnya lalu mengecup singkat kepala Cempaka.

Sedangkan Erlangga bersikap seperti biasa. Pria itu menyalimi kedua orang tuanya lalu menatap kedua orang tuanya sebelum naik pesawat. "Ibu sama Ayah jaga diri disana," pesannya diangguki oleh Ibunya.

"Kamu juga. Jangan lupa jagain Cempaka, jangan sakiti atau jahili dia selama orang tuanya gak ada. Anggap dia sebagai orang penting dihidup kamu," pesan Ibunya diangguki malas oleh Erlangga, melihat itu Ayahnya langsung memukul pelan pundak putranya.

"Dengerin Ibu kamu. Selama kami pergi, kamu yang bertanggung jawab buat jagain Cempaka," omel Ayahnya.

"Iya Ayah, lagian Cempaka bukan anak kecil lagi," balas malas Erlangga.

Setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya, dan melihat orang tuanya menaiki pesawat, Erlangga merangkul pundak Cempaka yang langsung menatapnya garang sambil melepaskan rangkulannya.

"Apa yang kau lakukan?" kesal Cempaka membuat Erlangga tertawa pelan sambil mengacak rambut wanita itu.

"Ayo pulang, Liam sama Larissa udah nunggu dicafe biasa," kata Erlangga membalik paksa tubuh Cempaka lalu mendorongnya untuk berjalan.

"Bukankah seharusnya Larissa masih ada disekolah untuk mengajar?" tanya Cempaka diberi jitakan pelan dikepalanya oleh Erlangga.

"Ini tanggal merah,"jawabnya membuat Cempaka membulatkan mulutnya membentuk huruf O, gadis itu baru teringat jika hari ini tanggal merah.
......

Sedangkan dicafe, Larissa sibuk menanyai Liam soal hubungannya dengan Cempaka. Gadis itu melontarkan begitu banyak pertanyaan saat tahu jika kedua sahabatnya ternyata telah lebih dulu menjalin asmara tanpa dirinya dan Erlangga ketahui.

"Bagaimana bisa kalian saling jatuh cinta?" pertanyaan kesekian yang Larissa lontarkan membuat Liam mendecak lelah.

"Sama seperti bagaimana kau dan Erlangga saling jatuh cinta," jawabnya malas.

"Tentu berbeda! Kau dan Erlangga itu berbeda jauh. Erlangga itu sosok yang baik dan pengertian, beda denganmu yang hanya bisa membuat orang emosi," sarkas Larissa membuat Liam menggeleng tak percaya.

"Wah, bagaimana bisa kau menyakiti perasaanku saat baru satu hari jadian dengan Erlangga," ucap Liam tak percaya.

"Apa yang sedang kalian bicarakan?"tegur Erlangga yang baru saja datang bersama Cempaka.

"Kami membicarakan hubungan Cempaka dan Liam," jawab Larissa membuat Cempaka merasa terpanggil.

"Tak usah urusi masalah percintaan kami, urus saja percintaanmu sendiri," sarkas Cempaka langsung diberikan dua jempol oleh Liam, sedangkan Larissa hanya mendecak kesal.

"Sudahlah, bukankah kita sudah berjanji jika sedang berkumpul berempat kita adalah teman, bukan pasangan. Jadi berhentilah membicarakan hal tersebut," kata Erlangga diangguki setuju oleh Liam.

"Pacarmu yang memulai," jawab Cempaka tak mau kalah.

"Aku hanya penasaran," elak Larissa yang juga tak mau disalahkan.

"Berhentilah kalian!" bentak Liam dan Erlangga secara bersamaan membuat kedua wanita itu diam.
......

Sepulang dari cafe Cempaka memilih diantarkan oleh Liam, beda dengan hari-hari biasanya yang diantar oleh Erlangga karena rumah mereka berdekatan. Kali ini Cempaka ingin diantar oleh Liam sekalian menghabiskan waktu berdua.

"Berapa lama orang tuamu pergi?" tanya Liam disela menyetirnya untuk perjalanan pulang setelah mengajak Cempaka mendatangi tempat-tempat yang biasa mereka kunjungi.

"Kenapa memangnya?"tanya Cempaka membuat Liam terdiam sesaat sebelum meminggirkan mobilnya ditempat yang sepi.

"Aku ingin segera melamarmu dan menikahimu. Tentu saja aku memerlukan restu orang tuamu, apalagi selama ini mereka tak mengetahui hubungan kita. Bolehkan?"tanya Liam membuat tubuh Cempaka menegang ditempat. Gadis itu meneguk kasar ludahnya susah payah sebelum mengerjapkan matanya yang tiba-tiba saja memanas.

"Kau-- serius?"tanya Cempaka tak percaya, tapi pria dihadapannya justru tersenyum dan perlahan menganggukkan kepalanya, hal itu sontak membuat air mata Cempaka jatuh bebas sebelum menerjang tubuh pria yang ia cintai itu.

"Aku kira kau tidak serius untuk hubungan kita," cicit Cempaka dengan suara bergetar. Liam tersenyum tipis sambil mengusap sayang kepala Cempaka.

"Aku tak pernah bercanda dalam hubungan kita. Percayalah, jika bukan kamu, mungkin aku tak akan pernah merasakan cinta ataupun menikah dengan wanita lain," balas Liam bersungguh-sungguh. Pria yang selalu melontarkan candaan dan menjadi pemecah suasana itu kini mengucapkan suatu hal yang menggelikan dengan begitu kerennya.

"Sekalipun kau tak mencintaiku lagi ataupun orang lain yang memilikimu, aku akan tetap selalu mencintaimu dan menerimamu kapanpun kau membutuhkanku," lanjutnya membuat Cempaka menggeleng pelan. Gadis itu berpikir jika kekasihnya hanya melontarkan kata-kata agar bisa membuatnya semakin jatuh cinta semata. Sedangkan Liam berpikir jika ucapannya barusan serius, tak ada unsur menggoda atau menghibur, karena apa yang barusan ia ucapkan berasal dari dalam lubuk hatinya.

"Kita akan segera menikah begitu Mama dan Papaku kembali," balas Cempaka melepaskan pelukannya dan menatap Liam dengan tatapan penuh cinta, begitupula sebaliknya.

"Terimakasih,"kata Liam meraih tangan Cempaka dan menciumnya dengan penuh perasaan.
.......

Pagi-pagi sekali Cempaka terbangun karena panggilan dari Mbak yang bekerja dirumahnya mengatakan jika saat ini Erlangga sudah berada diruang tamu. Entah apa yang membuat pria itu sampai datang kerumahnya dipagi buta seperti ini.

"Hoam--"Cempaka menguap sambil mengucek matanya yang masih mengantuk.

Erlangga yang mendengar langkah kaki seseorang mendekat ke arahnya pun segera berdiri dan berjalan tergesa menghampiri Cempaka dengan raut wajah panik dan sedih.

Bruk...
Cempaka membulatkan matanya bingung saat pria dihadapannya itu tiba-tiba menerjang tubuhnya dengan bahunya yang sedikit bergetar dan nafas yang tak beraturan.

Cempaka menyentuh pelan pundak Erlangga dan berusaha menanyai apa yang terjadi.

"Er--"ucapan Cempaka terpotong saat Erlangga membuka mulutnya.

"Pesawat yang ditumpangi orang tua kita jatuh Ka--"lirihnya.

DEG...
Cempaka menggeleng tak percaya, tapi air matanya sudah menetes tanpa mau berhenti.

"Gak mungkin--" tolak Cempaka hampir limbung jika saja Erlangga tak menahan tubuhnya.

"Kemungkinan besar seluruh penumpang meninggal dunia, pencarian korban masih dilaksanakan sampai sekarang. Kecelakaannya kemarin jam tiga sore,"jelas Erlangga membuat Cempaka memejamkan matanya pedih. Sungguh, ini terlalu cepat. Tak ada yang menduga hal ini akan terjadi sebelumnya.

"Papa-- Mama--"lirih Cempaka disela isakannya membuat Erlangga kembali memeluk tubuh wanita itu. Sama seperti Cempaka yang menangis karena merasa kehilangan, Erlangga pun merasakannya juga sekarang.

"Kita kerumah sakit sekarang, untuk melihat apakah jenazah mereka sudah ditemukan--"

"PAPA MAMAKU BELUM MENINGGAL !"teriak Cempaka memotong perkataan Erlangga.

"Sstt-- Cempaka, kau harus mengikhlaskannya,"bisik Erlangga sambil mengusap pelan kepala Cempaka untuk menenangkan dan memberi perhatian gadis tersebut.

"Hiks--Mama, Papa,"Cempaka kembali menangis dipelukan Erlangga yang juga merasakan kehilangan.

........
Cerita yang saya buat semata-mata hanya untuk menghibur dan tidak untuk menyinggung pihak manapun. Maaf jika ada salah yang tidak saya sengaja ataupun tidak saya ketahui.
......
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK !
☞ ☆ ☜

Dua Tahun Tersulit [END]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें