24. Pengakuan

1.1K 56 0
                                    

Setelah mendengarkan cerita Erlangga tentang kecelakaannya dan dirinya yang sudah tak bisa kembali memiliki anak membuat Liam memiliki ketakutan jika suatu saat Erlangga melanggar janjinya dan tak ingin melepaskan Cempaka bersamanya.

Liam menatap Erlangga yang menundukkan kepalanya setelah bercerita. "Lalu apa Larissa mengetahuinya?" tanya Liam membuat Erlangga kembali mendongakkan kepalanya.

Erlangga menggeleng pelan sebagai jawaban. "Belum, aku masih takut memberitahunya. Aku takut Larissa meninggalkanku"

Entah kenapa Liam sedikit bernafas lega. Dari jawaban Erlangga, jelas pria itu masih mencintai Larissa dan tak ingin melepaskannya. Yang itu artinya Cempaka masih bisa bersama Liam.

"Aku tak peduli dengan masalahmu. Yang terpenting ceraikan Cempaka setelah dia melahirkan. Seperti janjimu yang akan mengembalikan Cempaka padaku," tegas Liam.

"Liam tap--"

"Sama sepertimu yang tak ingin kehilangan Larissa, aku juga tak ingin kehilangan Cempaka," potong Liam sebelum Erlangga menyelesaikan perkataannya.
....

Larissa datang ke rumah sakit untuk menemui Erlangga dan melihat keadaan Cempaka. Di depan ruangan, Larissa melihat Erlangga menundukkan kepalanya dengan Liam yang memberikan tatapan tajam pada Suaminya itu.

Menyadari kehadiran Larissa, Liam melirik sekilas wanita itu dengan tatapan sinis sebelum masuk ke dalam ruangan dan membiarkan Larissa berdua bersama Erlangga.

Erlangga mengusap wajahnya kasar, ia mendudukkan dirinya di kursi tunggu tanpa melihat ke arah Larissa yang mendekat ke arahnya.

"Er--" lirih Larissa memanggil Suaminya.

"Duduklah," pinta Erlangga tanpa menatap Larissa.

Larissa menurut, mendudukan diri di samping Erlangga yang masih enggan untuk menatapnya.

"Maaf,," ucap Larissa berusaha menurunkan ego dengan mengakui kesalahannya.

"Aku juga akan meminta maaf pada Cempaka nanti," lanjutnya kali ini membuat Erlangga menoleh.

Erlangga mengghela napas pelan. "Jangan seperti itu lagi Lar," peringatnya dengan lembut diangguki oleh Larissa.

"Aku juga minta maaf," lirih Erlangga terdengar tulus.

Erlangga meraih tangan Larissa dan meletakkannya di atas pangkuannya.

"Sebenarnya ini kesalahanku. Maaf, seharusnya aku jujur dan menjelaskannya padamu waktu itu"

Larissa masih diam, menunggu Erlangga melanjutkan perkataannya.

"Aku'lah yang telah memaksa Cempaka. Saat itu aku mabuk, aku marah karena melihatmu bertunangan dengan orang lain," jelas Erlangga masih membuat Larissa diam.

"Jika kamu tidak bisa menerima anak it---"

"Aku menerimanya," potong Larissa membuat Erlangga terkejut.

"Bukankah kau membencinya?" tanya Erlangga digelengi oleh Larissa.

"Mana mungkin aku membenci anakmu. Dia juga akan menjadi anakku_" Larissa menjeda ucapannya. Ia meneguk kasar ludahnya dan berusaha meyakinkan dirinya sendiri untuk mengatakan yang sebenarnya mengenai keadaannya.

"Aku tak bisa memiliki anak"

Erlangga terkejut, pria itu menatap tak percaya pada Larissa yang baru saja berbicara.

"Saat aku memeriksakan diri ke Dokter kandungan, Dokter itu mengatakan aku tak bisa memiliki keturunan," lirih Larissa kini sudah meneteskan air matanya.

Dua Tahun Tersulit [END]Where stories live. Discover now