11. Jadi Yang Kedua

875 39 0
                                    

Pagi ini Erlangga tak ke kantor, pria itu datang ke apartemennya untuk menemui Larissa dan menepati janjinya yang akan bicara dengan Yoga soal permasalahan yang tengah ia alami.

"Nggak makan dulu nak Erlangga?" tanya Bibik saat Erlangga melewati meja makan, dimana saat ini Cempaka sibuk menyuapkan makanan ke mulutnya tanpa memedulikan keberadaan Suaminya.

"Nggak Bik, Erlangga buru-buru," balas sopan Erlangga lalu kembali berjalan, tapi sebelumnya ia melirik ke arah Cempaka sebentar.

Sampainya diapartemennya, Erlangga langsung masuk dan mencari keberadaan Larissa yang ternyata baru saja selesai mandi dan tengah mengganti pakaiannya.

Larissa keluar dari kamar dan sedikit terkejut begitu mengetahui keberadaan Erlangga. Pria itu tak memberi kabar terlebih dahulu sebelum ke sini, jadi mana Larissa tau jika Erlangga akan datang sepagi ini.

"Apa hari ini Kakakmu ada dirumah?" tanya Erlangga ketika Larissa sudah duduk disampingnya.

"Kak Yoga selalu dirumah, dia membuka toko didepan rumah, bagaimana mungkin dia bisa meninggalkannya," balas Larissa diangguki paham oleh Erlangga yang tiba-tiba berdiri dan menarik pelan tangannya.

"Kita ke sana sekarang! Aku akan menjelaskannya," kata Erlangga membuat Larissa menarik nafas panjang lalu menatap matanya.

"Apa yang ingin kau jelaskan? Kakakku tak akan mendengarkanmu, bahkan sekarang aku ragu jika kau akan menikahiku," ucapan Larissa membuat Erlangga kesal, pria itu bahkan merubah tatapan lembutnya menjadi dingin.

"Kau masih tak percaya denganku?"

"Bagaimana aku bisa percaya? Hanya karena wasiat dari orang yang sudah meninggal kau bahkan membuangku begitu saja," balas Larissa menghancurkan kesabaran Erlangga. Tangan pria itu bahkan sudah mencengkram kuat pipi wanita dihadapannya yang katanya sangat dia cintai itu.

"Tutup mulutmu!"
"Orang yang kau bicarakan adalah kedua orang tuaku yang telah merawat dan membesarkanku sejak kecil," tajam Erlangga membuat Larissa terkekeh lalu melepaskan cengkraman tangan Erlangga.

"Aku bahkan sampai bertengkar dengan Kakak agar tidak menikah dengan Pak Rifki. Sedangkan kau? Bahkan untuk tak menuruti orang yang sudah tak ada pun tak bisa," kekeh Larissa tanpa memikirkan perasaan Erlangga.

"Lalu kenapa kau tak menikahinya saja?"

DEG...
Perkataan Erlangga membuat Larissa mematung tak percaya. Bagaimana bisa kalimat itu keluar dari pria yang selama ini telah ia percayai dan cintai?

Erlangga tersadar, dirinya merutuki ucapannya yang tanpa sadar terucap saat melihat setetes air mata yang menetes dari pipi Larissa.

"Maaf--" sesal Erlangga berusaha membawa tubuh wanita itu ke dalam dekapannya, tapi Larissa menolak dan justru mendorong tubuhnya.

"Kau egois," desis Larissa membuat Erlangga memejamkan matanya dalam.

"Maaf, aku tidak bermaksud mengucapkannya. Kaulah yang memancingku," kata Erlangga digelengi pelan oleh Larissa yang terlanjur sakit hati.

"Bagaimana bisa kau mengucapkan hal seperti itu?" ucap Larissa menatap tak percaya ke arah Erlangga yang sudah frustasi dengan mengurai rambutnya ke belakang.

"Kumohon dengarkan penjelasanku terlebih dahulu. Masalah ini tak akan selesai jika kau tak mau mendengarku," mohon Erlangga menatap sendu Larissa yang mengusap pelan air matanya.

"Maukan dengerin dulu?" tanya ulang Erlangga dengan nada yang sangat lembut membuat Larissa mengangguk pelan dan perlahan mendekat.

Erlangga tersenyum senang saat Larissa mau mendengarkannya. Erlangga ikut duduk saat Larissa mendudukkan dirinya, lalu ia perlahan mengusap tangan Larissa yang menatapnya dengan tatapan sendu.

Dua Tahun Tersulit [END]Where stories live. Discover now