22. Buah Hati Yang Diinginkan

1.3K 48 0
                                    

Larissa berjalan ke meja makan begitu selesai memandikan tubuhnya. Di sana sudah ada Erlangga yang entah sejak kapan menunggu dirinya untuk sarapan bersama.

"Tumben kamu mandinya lama banget," kata Erlangga begitu melihat Larissa mendekat dan duduk di sampingnya.

Larissa hanya tersenyum tipis tanpa membalas perkataan Erlangga, ia memilih mengambil piring dan menyiapkan makanan untuknya dan untuk Suaminya itu.

Melihat Larissa seperti tak ingin berbicara, Erlangga memilih diam dan mulai memakan sarapannya dalam keheningan.

Selesai makan, Larissa menatap dalam Erlangga hingga membuat pria itu merasa sedikit terganggu.

"Ada apa?" tanya Erlangga pada akhirnya.

Larissa menggeleng pelan sebelum mulai berbicara. "Kau menginginkan seorang anak?"

Erlangga diam, ia merasa terkejut dengan pertanyaan Larissa. Pembicaraan ini akan menjadi masalah jika dibahas lebih lanjut.

"Kenapa tiba-tiba membicarakan tentang anak?" tanya balik Erlangga.

"Tidak, hanya saja aku berpikir jika kita bisa konsultasi pada Dokter kandungan agar memiliki anak lebih cepat," balas Larissa berusaha tersenyum di hadapan Erlangga yang menghela napas kasar lalu menyugar rambutnya ke belakang.

"Aku tidak mau," tolak tegas Erlangga tanpa alasan yang jelas membuat dada Larissa berdenyut nyeri mendengarnya.

"Kenapa?"

"Apa karena kau mengharapkan anak dari Cempaka? Kau berharap bisa mendapatkan anak darinya?"

Erlangga menggeleng tak percaya dengan apa yang Larissa ucapkan padanya. Kenapa tiba-tiba Istrinya itu membahas Cempaka? Padahal ia tak tahu jika Cempaka tengah mengandung anaknya.

"Kenapa jadi Cempaka?" kesal Erlangga.

"Kenapa kau tak menceraikannya?" balas Larissa meninggikan nada bicaranya.

"Jika memang tak mencintainya, kau seharusnya telah menceraikannya. Kau tak ingin anak dariku, dan belum menceraikannya sampai saat ini"

"LARISSA!" bentak Erlangga membuat Larissa tersentak kaget.

Erlangga menarik napas panjang, berusaha mengontrol emosinya. Ia memilih beranjak pergi meninggalkan Larissa yang masih diam di tempatnya.
.....

Liam tersenyum saat melihat Cempaka berbicara dengan bayinya. Wanita itu bahkan tak menyadari keberadaan Liam yang tengah membawakan susu untuknya.

"Minum susumu terlebih dahulu," kata Liam membuat Cempaka menoleh lalu tersenyum.

"Terima kasih," ucap Cempaka sebelum meminum susu itu hingga habis.

"Sebentar lagi tujuh bulan. Kurang lebih dua bulan lagi dia akan lahir," perkataan Liam tertuju pada janin diperut Cempaka.

Cempaka tersenyum sambil mengangguk. "Aku tak sabar menantikannya. Saat dia memanggilku Mama dan Memanggilmu Papa"

Liam ikut tersenyum lalu menunduk dan mengarahkan wajahnya di depan perut Cempaka. "Tentu, aku akan jadi Papa yang baik untuknya," yakin Liam membuat Cempaka menatapnya sendu.

"Terima kasih"

Liam menegakkan kembali tubuhnya saat Cempaka berbicara. "Untuk apa?"

"Untuk semuanya. Aku tak tau apa yang akan ku lakukan jika kau tak ada di sisiku," ungkap Cempaka digelengi pelan oleh Liam.

"Akulah yang berterima kasih, karena kau masih mencintaiku sampai saat ini"
......

Melihat Erlangga tak ada di rumah, Larissa berniat pergi ke Dokter kandungan tanpa pria itu. Ia akan memeriksakan dirinya terlebih dahulu, dan menanyakan apa yang harus ia lakukan agar mereka bisa memiliki anak. Jika dirinya tak bermasalah berarti Erlangga'lah yang bermasalah, dan itu artinya anak yang dikandungan Cempaka bukanlah anak Erlangga.

Sampainya di tempat Dokter spesialis kandungan, Larissa langsung masuk ke dalam ruangan saat dipersilahkan untuk masuk.

"Baik Buk Larissa, jadi apa keluhannya?" tanya Dokter perempuan itu saat Larisaa sudah mendudukkan dirinya.

Larissa memilin jarinya gugup, ia berdehem pelan sebelum menjawab pertanyaan Dokter. "Begini Dok_ saya dan Suami saya ingin memiliki anak, tapi sampai saat ini saya belum hamil. Apakah Dokter bisa memeriksa saya?"

Dokter itu mengangguk paham dengan keluhan pasiennya. "Dimana Suaminya Buk? Seharusnya datang bersama agar saya bisa memeriksa kalian bersama, karena terkadang tak semuanya salah pihak perempuan. Bisa saja Suami Buk Larissa yang bermasalah, atau juga bisa keduanya," jelas Dokter itu.

Larissa mengangguk. "Dia lagi sibuk Dok. Untuk saat ini saya ingin saya sendiri yang diperiksa, jika memang tak ada masalah besok saya akan datang bersama Suami saya. Lalu jika tak ada masalah dengan kami berdua, saya ingin meminta bantuanya agar cepat memiliki momongan"

Dokter itu menghela napas pelan sebelum mengangguk. Dokter itu berdiri dan mempersilahkan Larissa agar ia bisa memeriksanya.
......

Di kantor, Erlangga tak berhenti tersenyum saat melihat foto bayinya yang sudah ia cetak dan bingkai. Foto itu Erlangga letakkan di atas meja kerjanya saat tak ada orang, dan saat ada orang masuk ia akan meletakkannya di laci bawah mejanya.

"Ayah menyayangimu nak, lahirlah dengan selamat. Ayah menantikanmu," gumamnya sambil mengelus sayang foto itu.

"Ayah akan cepat menyelesaikan pekerjaan Ayah dan segera menemuimu. Nanti jika waktunya sudah tepat, Ayah akan memberitahu Bundamu soal keberadaanmu. Mungkin akan sedikit sulit meyakinkannya, tapi Ayah yakin suatu saat Bundamu bisa menerima keberadaanmu"

Drrt... Drrtt...

Erlangga menoleh ke arah ponselnya yang berdering, ia mengambil ponselnya lalu mengangkat panggilan dari Istrinya itu.

"Hallo Lar?"

"Er--"

"Iya?"

"Em_ aku ada urusan pekerjaan mendadak. Aku harus mendampingi anak murid lomba. Bisakah aku ikut?"

"Tentu saja sayang, berapa hari?"

"Tak tahu, tapi nggak lama kok"

"Baiklah"

"Terimakasih Er"

Setelah mendapatkan izin Larissa menutup panggilannya. Larissa mengusap air matanya yang terus menetes meskipun ia tak menginginkannya.

"Kenapa hanya aku?"

"Kenapa hanya aku yang tak bisa memiliki anak, sedangkan dia bisa?" lirih Larissa sambil melihat kertas bukti pemeriksaan dirinya.

Rasanya dunia tak adil padanya. Cempaka selalu mendapatkan semuanya. Kasih sayang orang tua, kekasih yang mencintainya, kekayaan, bahkan anak dari pria yang ia cintai.

Selama ini Larissa tak pernah mengeluh meskipun dari lubuk hatinya yang paling dalam ia merasa irih dengan hidup Cempaka. Larissa berpikir jika dirinya sudah cukup dengan Erlangga di sampingnya, tapi ternyata Larissa bisa saja kehilangan Erlangga karena wanita itu.

Larissa akan menemui Cempaka, dan memperjelas tujuan wanita itu. Apa yang wanita itu mau, dan yang dia inginkan.

Cempaka tak bisa mengambil Erlangga dari hidupnya. Larissa masih membutuhkan pria itu, tapi Larissa juga tau jika Erlangga pasti akan lebih memilih buah hatinya daripada dirinya yang tak bisa memberikannya keturunan.

Larissa harus meminta kejelasan Cempaka. Siapa yang akan wanita itu pilih, apakah Cempaka akan memilih Liam atau justru menyakiti semua orang dengan memilih Erlangga.

......
Cerita yang saya buat semata-mata hanya untuk menghibur dan tidak untuk menyinggung pihak manapun. Maaf jika ada salah yang tidak saya sengaja ataupun tidak saya ketahui.
......

☞ ☆ ☜
Lanjut? Tinggalkan jejak ya

Dua Tahun Tersulit [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя