3. Wasiat

1K 58 7
                                    

Sudah terhitung dua bulan lebih Cempaka memilih menghabiskan waktunya didalam rumah sejak kematian kedua orang tuanya. Cempaka yang dulu suka bermain bersama para sahabatnya dan tertawa bahagia, kini menjadi sosok gadis pendiam yang lebih banyak menghabiskan waktu didalam rumah.

Mungkin hanya sesekali Cempaka keluar jika Liam datang untuk bermain dan menghiburnya. Selainnya Cempaka tak memperbolehkan siapapun untuk mengganggunya, tak terkecuali tetangga dan sahabatnya sendiri, Erlangga dan Larissa.

TOK... TOK... TOK...

"Mbak Cempaka"
"Keluar Mbak, itu diluar ada tamu," kata Mbak yang kerja dirumahnya membuat Cempaka bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan untuk membuka pintu.

"Siapa Mbak?" tanya malas Cempaka setelah membuka pintu kamarnya.

"Banyak Mbak. Ada Mas Erlangga, Tantenya Mas Erlangga, sama Pamannya Mbak Cempaka," jelas wanita itu membuat Cempaka mengeryit bingung. Kenapa mereka tiba-tiba datang ke rumahnya dalam waktu yang bersamaan?

"Ngapain mereka ke sini Mbak?"

"Kurang tau Mbak, cuman tadi ada Bapak-Bapak make baju rapih ikut datang bersama mereka, tapi saya ndak tau siapa," Cempaka mengangguk paham meski sebenarnya dirinya bingung.

"Yaudah aku siap-siap dulu, nanti tolong siapin minum sama camilan ya Mbak," kata Cempaka diangguki oleh wanita itu.
.....

Setelah selesai berganti baju dan membenarkan tatanan rambutnya yang sebelumnya sangat berantakan. Cempaka keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang tamu, dimana saat ini kedatangannya sudah ditunggu oleh banyak orang.

"Kenapa lama sekali Cempaka?"tanya Pamannya saat melihat kedatangan Keponakannya.

"Maaf Paman, tadi Cempaka ganti baju dulu. Masa mau keluar make baju tidur," jawab Cempaka lalu ikut mendudukkan dirinya disamping Erlangga yang justru menundukkan kepalanya sambil memainkan jari-jarinya hingga lecet.

Cempaka berniat menegur Erlangga dengan menyentuh pundaknya, tapi tertunda saat orang yang asing baginya membuka mulut.

"Sebelum meninggal, kedua orang tua kalian menuliskan wasiat untuk kalian agar mau menikah. Setidaknya kalian harus menjalankan pernikahan selama dua tahun," ucapnya pada Cempaka yang mengeryit bingung.

"Menikah? Dengan siapa?" tanya Cempaka pada orang itu.

"Tentu saja dengan Erlangga, Cempaka. Mau dengan siapa lagi? Orang tua Erlangga dan orang tuamu memang berniat menjodohkan kalian berdua setelah menjalankan bisnisnya, tapi mereka justru meninggal terlebih dahulu sebelum mewujudkan keinginan mereka,"jawab Tante Erlangga membuat Cempaka menggeleng tak percaya.

Cempaka beralih menatap Erlangga yang justru menggelengkan kepalanya dihadapan Cempaka dengan tatapan pasrah. Apa maksud pria itu? Apa Erlangga menyetujuinya? Lantas bagaimana dengan Larissa dan Liam.

"Maaf Tante, Paman, sama Om yang menyampaikan wasiat orang tua saya dan orang tua Erlangga. Tapi saya tidak bisa mewujudkannya,"tegas Cempaka berdiri dari tempat duduknya.

Paman Cempaka ikut berdiri dan berjalan mendekati keponakannya lalu memberikan usapan pelan dipundaknya.

"Ini keinginan terakhir mereka Cempaka. Bukan satu, tapi empat orang. Didalam wasiat tertulis jika kalian setidaknya bisa menjalani pernikahan selama dua tahun, jika kalian tak saling cinta bisa bercerai dengan baik-baik. Mereka sudah memikirkan yang terbaik untuk kalian. Mereka ingin kalian hidup bersama dan saling mencintai satu sama lain serta saling melindungi satu sama lain. Tapi mereka juga tidak egois untuk meminta kalian hidup bersama selamanya," jelas Pamannya membuat Cempaka terdiam sambil menundukkan kepalanya. Gadis itu mengigit bibir bawahnya saat mengingat kedua orang tuanya. Papa dan Mamanya itu memang selalu merasa aman jika putrinya bersama dengan anak sahabat sekaligus tetangga mereka.

"Sekarang Paman adalah wali kamu, dan Paman minta kamu pikirkan baik-baik permintaan kedua orang tua kamu itu. Paman harap kalian bisa menikah dan hidup bersama selamanya," ucap sosok pria dewasa yang selalu memberikan Cempaka kekuatan dan juga tak memiliki keserakahan sama sekali terhadap harta yang ditinggalkan oleh Kakaknya. Pria yang membantu Cempaka mengurus usaha Ayahnya dengan sebaik mungkin.

"Besok Paman, Tantenya Erlangga, dan Pak Tyo ke sini lagi untuk menanyakan keputusan kalian. Pernikahan akan segera dilaksanakan, dan kami harap kalian sudah mempersiapkan diri," kata Pamannya sebelum berpamitan pergi, diikuti Tante Erlangga dan pria yang datang bersama mereka.

Selepas kepergian mereka, Cempaka menjatuhkan dirinya dilantai dengan kedua tangan yang menutupi wajahnya yang menyedihkan.

"Mama-- Papa--,"gumamnya disela isakan tangisnya membuat Erlangga bangkit dan menghampirinya lalu membawa tubuh gadis itu ke dalam pelukannya.

"Mari kita coba. Hanya dua tahun,"kata Erlangga digelengi pelan oleh Cempaka.

"Liam--"

"Kau bisa kembali bersamanya setelah dua tahun. Setidaknya kita kabulkan keinginan terakhir mereka," potongnya membuat Cempaka mengeraskan tangisannya dipelukan Erlangga.
......

Saat ini Liam dan Larissa berada dirumah Cempaka setelah mendapatkan panggilan dari Erlangga yang meminta mereka untuk datang dan membicarakan hal yang serius.

"Dimana Cempaka?" tanya Larissa saat melihat Erlangga menemui mereka seorang diri setelah kembali dari kamar Cempaka.

"Tidur. Biarkan dia istirahat dan menenangkan pikirannya. Biar aku saja yang menjelaskan apa yang ingin aku katakan," jawab Erlangga sebelum ikut mendudukkan dirinya.

Liam sadar jika ada yang tak beres disini, atau mungkin saja sesuatu hal yang buruk sedang terjadi. Hal itu terlihat dari raut wajah Erlangga yang terlihat lelah dan frustasi.

"Apa ada masalah?"tanya Liam membuat Erlangga mendongak menatap wajahnya lalu menghela napas panjang sebelum mengangguk pelan.

"Aku dan Cempaka akan menikah,"kata Erlangga membuat Liam dan Larissa mematung tak percaya.

"Itu keinginan terakhir kedua orang tua kami. Setidaknya sampai dua tahun--"

"APA MAKSUDMU ER!"bentak Larissa memotong ucapan Erlangga.

Erlangga terdiam sambil menundukkan kepalanya. Erlangga juga tak ingin melakukannya, tapi ia tetap harus menjalankan wasiat kedua orang tuanya dan juga orang tua Cempaka.

"Hanya untuk dua tahun, lalu setelahnya kita akan bercerai. Mengertilah, kami harus melakukannya," lirih Erlangga menatap Liam dan Larissa dengan tatapan memohon.

Larissa hanya bisa menangis mendengar penuturan Erlangga, sedangkan Liam hanya bisa diam dengan tangan yang mengepal kuat hingga kuku jarinya menusuk dagingnya.

"Apa pernikahan akan tetap dilaksanakan sekalipun semua pihak tak menyetujuinya?" tanya Liam diangguki pelan oleh Erlangga.

"Kau dan Cempaka menyetujuinya?" tanyanya lagi kali ini membuat Larissa ikut menatap Erlangga dan menunggu jawaban dari pria tersebut.

"Aku menyetujuinya, dan akan membujuk Cempaka untuk menyetujuinya juga," jawab Erlangga digelengi tak percaya oleh Larissa.

"Hanya dua tahun, setelahnya kita berpisah. Kita akan tetap sama seperti sebelumnya, yang membedakan hanya saja aku akan tinggal diatap yang sama bersama Cempaka. Selainnya sama saja," lanjut Erlangga berusaha memberikan pengertian pada kedua orang dihadapannya.

"Berjanjilah padaku, jika kau akan menceraikan Cempaka setelah dua tahun," tegas Liam diangguki cepat oleh Erlangga.

"Terimakasih Liam. Aku berjanji tak akan mengganggu hubungan kalian. Kau dan Cempaka akan tetap bersama, bahkan setelah menikah pun kau tetap boleh bersama dengan Cempaka," janji Erlangga pada Liam yang hanya menampilkan wajah datarnya tanpa ekspresi.

"Kau tak membutuhkan pendapatku?" lirih Larissa membuat kedua pria itu menoleh ke arahnya.

"Baiklah, mungkin aku tak diperlukan disini,"lanjutnya sebelum berdiri dan berniat pergi dari tempat tersebut.

"LARISSA!"
"LARISSA BERHENTI !
DENGARKAN AKU DULU!" teriak Erlangga berniat menghentikan Larissa, tapi gadis itu lebih dulu pergi dari tempat tersebut.

.......
Cerita yang saya buat semata-mata hanya untuk menghibur dan tidak untuk menyinggung pihak manapun. Maaf jika ada salah yang tidak saya sengaja ataupun tidak saya ketahui.
......

Dua Tahun Tersulit [END]Where stories live. Discover now