15. Rahasiakan Ini Darinya

967 45 2
                                    

"Sepertinya dia hamil," kata Tina menatap Liam setelah memeriksa Cempaka.

"Untuk memastikannya coba diusg," lanjutnya.

"Bagaimana bisa?" gumam Liam bertanya pada Istri saudara kembarnya itu.

"Kau lupa jika Cempaka pernah berhubungan dengan Erlangga? Kalian yang menceritakannya saat kau memintaku menemani Cempaka setelah kekerasan yang Erlangga lakukan padanya," santai Tina membuat Liam sadar, seketika ia merasa sesak.

Melihat keterdiaman Liam yang sepertinya merasa sedikit kecewa, Tina menepuk pelan pundak pria itu untuk menyadarkannya.

"Tanyakan baik-baik nanti, jangan tekan dia. Saat ini Cempaka sedang tidak baik-baik saja, kau tak melihat bekas sayatan dipergelangan tangannya?" saran Tina membuat Liam mengalihkan perhatiannya pada pergelangan tangan Cempaka yang terbalut perban.

"Kau mengerti maksudku'kan Liam? Aku tahu kau mencintainya dan akan menerimanya apapun yang terjadi," lanjut Tina kembali memberikan tepukan dua kali dibahu Liam sebelum membereskan peralatannya.

Liam terdiam sesaat sebelum menghela napas pelan lalu menundukkan kepalanya.

"Bagaimana jika Cempaka meninggalkanku?" gumamnya membuat Tina kembali menoleh ke arahnya.

"Kau tak percaya pada perasaan Cempaka?"

"Bukan begit--"

"Jangan berkecil hati. Yang perlu kau lakukan hanya memberikannya semangat dan terus berada di sampingnya apapun yang terjadi. Jika kalian berjodoh aku yakin kalian akan tetap kembali bersama," kata Tina memotong bantahan Liam yang tersenyum tipis karena merasa mendapatkan dukungan untuk mempertahankan hubungannya.

"Terima kasih dan hati-hati di jalan," kata Liam diangguki pelan oleh Tina yang tersenyum tipis.

"Ya sama-sama. Selain Cempaka, kau juga tak boleh stres, karena mungkin saat ini kau bertanggung jawab mengurus dua nyawa," pesan Tina diangguki patuh oleh Liam.

Tak lama setelah Tina pulang, perlahan Cempaka membuka matanya dan menatap Liam yang duduk di samping ranjang sambil menatapnya juga.

"Ada yang sakit?" tanya Liam saat Cempaka sepenuhnya membuka matanya.

Cempaka menggeleng pelan lalu berusaha duduk dibantu Liam yang beranjak dari tempat duduknya untuk membantu wanita itu, lalu kembali duduk saat Cempaka sudah berhasil meyenderkan tubuhnya.

"Apa aku sudah lama pingsannya?" tanya Cempaka diangguki pelan oleh Liam.

"Ya, sekitar satu jam lebih," jawab Liam sambil mengusap pelan pergelangan tangan Cempaka yang terbalut perban.

Saat menyadarinya, Cempaka buru-buru menarik tangannya dan menyembunyikan luka itu dengan menarik lengan panjangnya.

Melihat respon Cempaka membuat Liam terdiam lalu menatap dalam mata wanita di hadapannya.

"Tak perlu menyembunyikannya," ucapnya pada Cempaka yang terlihat gelisah.

"Aku tak menyembunyikannya" elak Cempaka tak berani menatap balik Liam.

"Memang apa yang kau sembunyikan?" tanya Liam menjebak Cempaka agar mau berkata jujur.

"A-aku tak menyembunyikan apapun," gugup Cempaka dengan suara bergetar.

Liam mengangguk pelan lalu berdiri dari tempat duduknya. Liam berniat memberikan ruang untuk Cempaka agar bisa menenangkan dirinya dengan membiarkannya sendirian di kamar.

Tapi sepertinya Cempaka salah paham, ia justru mengejar Liam lalu memeluk erat tubuh pria itu dari belakang sambil menangis sesenggukan.

"Aku mohon jangan tinggalkan aku--"

Dua Tahun Tersulit [END]Where stories live. Discover now