18. Mencari Tau kebenaran

1K 52 0
                                    

"Cempaka?" bingung Erlangga menatap Cempaka yang hanya diam sambil tersenyum tipis setelah memberikan kotak yang tak ia ketahui apa isinya.

"Eh? Cempaka!"

"Cempaka kau mau kemana?!" teriak Erlangga berusaha mengejar Cempaka yang perlahan menjauh.

Hingga langkahnya terhenti saat merasa ada yang bergerak di tanganya. Kotak yang semula ada dalam gendongannya kini berubah menjadi sosok bayi yang tersenyum ke arahnya.
......

"Huh... Huh... Huh..." Erlangga kembali terbangun dari tidurnya, tapi dengan mimpi yang berbeda dari biasanya.

Erlangga menyentuh dadanya yang berdetak kencang, nafasnya masih tak beraturan dengan keringat yang membasahi wajahnya.

"Cempaka--" gumam Erlangga mengingat wanita yang muncul dalam mimpinya.

"Eungh--"

Erlangga menoleh ke samping saat mendengar lenguhan wanita yang dicintainya.

"Kau mimpi buruk?" tanya Larissa ikut mendudukkan dirinya saat melihat Erlangga terduduk dengan wajah penuh keringat.

"Ku rasa ini bukan mimpi buruk, tapi akan menjadi hal yang rumit jika memang terjadi," gumam Erlangga tanpa sadar membuat Larisaa menautkan kedua alisnya bingung.

"Maksudnya?" tanya Larissa membuat Erlangga tersadar lalu menggeleng pelan.

"Tidak, lupakan saja. Tidurlah lagi, ini masih pukul satu," kata Erlangga tersenyum tipis di hadapan Larissa yang mengangguk ragu sebelum kembali membaringkan tubuhnya lalu memejamkan matanya.

Setelah memastikan Larissa tertidur, Erlangga mengusap kasar wajahnya lalu bangkit dari tempat tidurnya dan keluar dari kamar sambil membawa ponsel digenggamannya.

"Paman, dimana Cempaka? Aku yakin Paman tau apa yang terjadi," tanya Erlangga setelah berhasil menghubungi Paman Cempaka.

(Untuk apa kau mencarinya?)

Erlangga menghela napas saat Paman Cempaka justru terdengar terkekeh remeh mendengar keseriusannya dalam berbicara.

"Aku tidak bercanda Paman, kumohon beritahu aku dimana dia sekarang," pinta Erlangga bersungguh-sungguh.

(Untuk menceraikannya? Sepertinya kau sangat tidak sabar menceraikan Keponakanku tuan Wicaksono)

Erlangga diam untuk ini, ia memang berniat menceraikan Cempaka karena mereka berdua sudah bisa bercerai. Tapi bukan itu alasan utamanya ingin cepat-cepat menemukan Cempaka. Erlangga ingin membuktikan sesuatu, dan jika yang selama ini mengganggu pikirannya terbukti, maka ia harus membuat keputusan yang matang agar tidak menyesali apapun.

"Paman...."

"Apakah Cempaka berusaha menjauhkan dan menyembunyikan anakku dariku?"

(.....)

"Paman..?"

(Apa pentingnya untukmu?)

(Jangan mempersulit Cempaka. Dan ingatlah jika kau sudah mendapatkan semua yang kau dapatkan, sedangkan Cempaka tidak. Jika kau sampai berani menyakiti Keponakanku, maka aku tak akan tinggal diam)

Setelah mengatakannya, Paman Cempaka memutuskan panggilan secara sepihak, hal itu membuat Erlangga mengusap frustasi wajahnya.

"Kenapa jadi serumit ini," gumam Erlangga lalu mencari nomor seseorang.

"Cari keberadaan Cempaka Alexcastra," titah Erlangga pada orang yang baru saja ia hubungi.

"Er--"

Dua Tahun Tersulit [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang