Part 2 Melody Sendu

365 37 0
                                    

Melody Mahadewi pianis muda berbakat berhasil membawakan lantunan 3B dengan epic di Jakarta Orchestra Concert

Melody membaca headline majalah yang terbit sekitar 2 tahun yang lalu. Di majalah itu ada nama dan fotonya saat memainkan piano diatas panggung megah kala itu. Saat ini Melody hanya tersenyum pedih ketika membaca kembali kalimat demi kalimat yang tertuliskan dalam majalah ia mulai lusuh karna sudah tersimpan terlalu lama.

"Mel..."panggil Ibu dari pintu kamar Melody yang terbuka. Ibu Melody melihat anaknya yang duduk di kursi rias nampak lesu memegang sebuah majalah.

Ibu mendekati Melody
"Lagi apa sayang hmm?" tanya Ibu yang sebenarnya sudah tau apa yang terjadinya pada putrinya.

"Gak papa kok Bu. Ini Mel lagi bersih bersih aja" jawab Melody sambil menyembunyikan dengan tergesa majalah di dalam lemari.

"Kamu kangen main piano lagi ya?"ucap Ibu pelan

"Kalo Mel jawab gak, pasti Ibu tau kan kalo Mel lagi bohong"

Ibu menghela nafas pelan mendengar jawaban Melody
"Kamu mau coba lagi? Pelan-pelan aja" ujar Ibu menatap putrinya

"Untuk sekarang Mel belum bisa Bu. Tubuh sama hati Mel masih ngerasain sakit setiap denger suara piano" ucap Melody lirih

"Melody, dengerin Ibu"
"Kalo nanti kamu pengen lagi main piano, Ibu sama Kak Aya pasti akan dukung kamu sepenuhnya begitupun sebaliknya kalo kamu udah gak mau lagi main piano. Berarti itu udah jadi keputusan terbaik kamu"
"Jadi, kamu gak perlu takut lagi ya kalo mau memulai sesuatu"
"Ada Ibu sama Kak Aya yang pasti selalu ada buat kamu" ujar Ibu sembari mengelus lembut rambut putrinya

Mendengar penuturan Ibu nya Melody langsung memeluk sang Ibu
"Makasi ya Bu"
"Doain Mel supaya Mel bisa lewatin ini semua"

"Pasti sayang" jawab Ibu membalas pelukan putrinya

Semenjak kejadian itu, Melody harus menahan kesakitannya setiap ia ingat segala hal yang mengingatkannya tentang kejadian malam itu. Bahkan Melody masih harus melakukan konseling untuk menghilangkan semua trauma nya yang masih belum bisa ia atasi sendiri. Terkadang jika tubuh dan emosinya sudah terjebak dalam fikiran negatif Melody harus bergantung pada butiran obat untuk mencegah hal buruk terjadi.

**
"Geya..." panggil Melody yang baru saja turun dari taksi

"Loh kok lo berangkat sih Mel, katanya tadi malem pusing" ucap sahabat Melody itu

"Iya, tadi malem gue emang pusing banget. Tapi, gue gak mau tipsen lagi. Kasian elo hehe"

"Tapi beneran lo udah fit? Mending kalo masih pusing balik aja deh Mel. Hari ini juga cuma 2 kelas" ujar Geya mengkhawatirkan sahabatnya itu

"Gue udah minum obat Ge. Ibu aja udah ngizinin gue berangkat berarti gue udah gak papa" ujar Melody menyakinkan

"Yaudah deh yuk ke kelas"
"Si Winola udah nungguin" ajak Geya

Melody dan Geya dipertemukan saat mereka di rumahsakit. Kebetulan Mama Geya merupakan seorang psikiater yang dulu menangani Melody. Geya menjadi teman pertama Melody setelah kejadian itu. Karena waktu itu Melody sama sekali tidak mau bersosialisasi dengan siapapun. Tentunya Geya sudah paham tentang keadaan Melody. Sejak bersahabat, mereka saling memahami satu sama lain. Begitupun dengan permintaan Melody yang meminta Geya untuk merahasiakan tentang trauma nya kepada orang lain.

"Mel lo udah sembuh?" tanya Winola yang melihat Melody dan Geya masuk ke kelas

"Udah kok Win" jawab Melody

"Syukur deh, soalnya tadi malem gue mau nelfon lo nanyain tugasnya Pak Tedi. Tapi kata Geya lo lagi sakit" ujar Winola

"Iya tadi malem sempet pusing tapi sekarang udah gak papa kok"

Melody untuk Nadi [Jaeminju Fanfic]Where stories live. Discover now