Part 19 Harapan

176 29 0
                                    

Sesampainya di rumah, Nadi yang turun dari mobilnya melihat mobil hitam yang sudah beberapa waktu ini jarang ia lihat terparkir di garasi. Menandakan kalau Papa Agung sudah pulang dari perjalanan bisnis nya. Nadi menghembuskan nafas, baginya tak ada Papa nya di rumah selama ini sedikit membuatnya tenang walaupun terkadang merasa kesepian. Tak dipungkiri, Nadi hanya tak ingin bertengkar dengan sang Papa.

Tak berniat untuk terlebih dulu menyapa sang Papa, Nadi langsung menuju ke kamarnya. Namun saat menuju ke kamar, Nadi melewati kamar Mama Sinta yang pintu nya sedikit terbuka. Nadi mengintip sedikit di balik pintu kamar Mama Sinta. Ternyata, Papa Agung sedang duduk di kursi yang ada di samping tempat tidur menemani Mama Sinta yang terlihat sedang terlelap.

Nadi melihat Papa Agung menggenggam tangan Mama nya dengan lembut. Hati Nadi tiba tiba merasa hangat melihat perlakuan sang Papa yang perhatian pada Mama nya. Sudah cukup lama Nadi tak melihat kehangatan antara kedua orang tuanya itu. Semenjak kepergian Kakaknya, hubungan kedua orangtuanya tak seromantis dulu. Papa yang jadi gila kerja dan Mama yang mengalami depresi membuat keharmonisan keluarga itu seakan memudar begitu saja.

"Maafin aku..."

Saat Nadi akan beranjak, ia mendengar suara rintihan yang ia tau siapa orangnya.

"Sinta, maaf aku gak selalu ada di samping kamu saat kamu terpuruk kayak gini.."

"Kepergian Killa buat aku jadi hilang arah, aku gak tau harus gimana lagi. Aku sayang sama putri kita, Sinta. Aku kangen Killa".

Terdengar suara tangisan yang tertahan. Nadi yang mendengar itu merasakan sesak di hatinya

"Maafin aku, seharusnya kita saling menguatkan satu sama lain. Tapi aku malah ninggalin kamu, Sin"

Hening sejenak.

Masih dengan suara parau akibat tangisannya, Papa Agung masih bermonolog sembari menggenggam tangan sang istri.

"Sayang, tolong bantu aku buat gak benci sama anak aku sendiri. Anak bungsu kita."

Mendengar satu kalimat yang terucap pelan namun masih bisa didengar dari mulut Papa nya, membuat Nadi enggan beranjak dan masih berdiri di balik pintu. Ia penasaran kalimat apa yang akan diucapkan oleh Papa nya tentang dirinya.

"Aku tau, aku gak seharusnya benci dia. Anak itu juga anak aku. Tapi, saat melihat anak itu, bayangan kematian Killa masih terlintas begitu saja. Rasa nya sakit.."

Deg.

Perih hati Nadi saat mendengar perkataan Papa nya. Tanpa sadar, Nadi meremat dada nya untuk menahan rasa sesak yang tiba tiba ia rasakan.

"Sayang, yakinin aku buat bisa maafin Nadi. Hanya kamu yang bisa buat aku ngendaliin emosi aku. Aku butuh kamu Sin, aku butuh kamu buat perbaikin keluarga kita seperti dulu. Sinta, kehilangan Killa buat aku hampir kehilangan semua yang aku punya. Kamu, Jehan dan Nadi. Aku gak mau lagi kehilangan kalian"

"Sayang, jangan tinggalin aku. Aku masih butuh kamu"

Melihat Papa nya yang nampak terpuruk dan mendengar semua keluh kesah sang Papa membuat Nadi juga merasakan rasa sedih. Apalagi saat mendengar jika sang papa ingin berusaha untuk mengembalikan hubungan keluarga ini dan mencoba untuk tidak membencinya.
Hal itu membuat Nadi terenyuh. Tanpa sadar air mata Nadi keluar dari sudut matanya. Tak mau Papa nya mengetahui keberadaan dirinya, akhirnya Nadi segera beranjak dan menuju ke kamar nya.

**

Makan malam kali ini di meja makan keluarga Brataditya tidak terasa kosong lagi. Biasanya hanya akan ada Nadi dan terkadang Mama Sinta yang akan duduk menikmati sajian makan malam yang sudah dipersiapkan oleh ART di rumah Brataditya. Kali ini kursi yang sudah lama tak ditempati itu, di duduki oleh kepala keluarga Brataditya. Walaupun masih belum tercipta sebuah percakapan, tapi bagi Nadi, ditemani Papa dan Mama nya saat makan malam saja sudah menjadi kebahagiaan baginya. Kehangatan yang terasa di meja makan sepertinya juga dirasakan oleh ART yang membantu keluarga Brataditya.

Melody untuk Nadi [Jaeminju Fanfic]Where stories live. Discover now