Part 14 Mulai Curiga

207 34 0
                                    

Saat Nadi keluar kamar pagi ini, samar samar ia mendengar suara tawa dari seseorang yang sudah lama tak ia dengar. Nadi turun tangga menuju meja makan dimana suara kebahagiaan itu berasal. Langkahnya terhenti saat melihat kebersamaan Abang dan Mama nya yang sepertinya sedang sarapan bersama.

Di tempat Nadi berdiri tak jauh dari meja makan ia melihat kedua orang tersayangnya itu sedang mengobrol dan sesekali terlihat tawa dari sang Mama seperti menikmati moment yang lama sudah tak mereka rasakan.

Wajah Mama nya yang terlihat lebih sehat dan ceria tak seperti biasanya dan gelak tawa Abangnya yang membuat Nadi juga merindukan moment itu. Nadi bersyukur sejak Abangnya ada dirumah Mama nya menunjukkan respon positif, yang biasanya jarang bicara dan sering melamun menjadi lebih bisa diajak berkomunikasi.

Diam diam Nadi menyunggingkan senyum, ada perasaan bahagia sekaliguas iri melihat kebersamaan Mama dan Abangnya. Tak ingin mengganggu, Nadi memutuskan kembali lagi ke kamarnya. Nadi hanya bisa berharap semoga nanti ia bisa membersamai Mama nya lagi saat makan bersama di meja makan.

Setelah selesai sarapan, Jehan pergi ke kamar adiknya. Jehan mengira adiknya belum bangun karena sejak tadi ia belum melihat batang hidung adiknya itu.

Jehan membuka pintu kamar Nadi
"Na.."
di lihatnya adiknya itu sedang fokus dengan PC serta menggunakan headset yang berarti adiknya sedang bermain game.

"Gue kira lo masih tidur" ucap Jehan yang duduk di pinggir kasur Nadi

"Eh Bang, sorry gue gak denger"
"Gue udah bangun dari tadi kok" balas Nadi sambil melepas headset nya

"Udah sarapan belum lo?"

"Belum sempet turun gue bang hehe" ucap Nadi sambil menggaruk tengkuknya

"Bohong"
"Gue tau lo udah turun tadi, kenapa gak gabung aja tadi gue sarapan sama Mama"

Nadi sedikit terkejut
"Kok lo tau bang?"

Jehan terkekeh melihat reaksi adiknya
"Tadi mbak Tika bilang ke gue, dia lihat lo. Tapi lo malah balik ke atas"
"Kenapa gak mau gabung?" tanya Jehan pada sang adik

"Gue gak mau ganggu lo sama Mama, Bang"
"Gue lihat Mama lebih sehat dan ceria saat sama lo" ujar Nadi sembari menunduk

"Na.." belum sempat Jehan melanjutkan

"Gue iri sama lo Bang" ucap Nadi lirih

"Na, lo yang selama ini udah jagain Mama pastinya Mama gak akan nolak kehadiran lo"

Nadi tersenyum getir
"Iya emang gue yang selama ini jagain Mama tapi hati Mama masih belum bisa nerima gue lagi Bang" mata Nadi mulai berkaca kaca menatap abangnya

"Mama sama Papa emang belum bisa nerima apa yang terjadi sama Kak Killa, tapi gue yakin mereka masih sayang sama lo Na. Cuma butuh waktu aja sampe mereka beneran ikhlas sama semuanya"

Nadi menatap Jehan dengan tatapan sendu
"Bang, gue masih dianggep anak mereka kan? Gue masih dianggep anak bungsu Brataditya yang dulu selalu dimanja kan?"

Jehan merasakan sesak saat Nadi mengatakan hal semacam itu.
"Na bagaimanapun lo masih tetap adik gue. Apapun yang terjadi ada gue, gue janji bakalan bisa jadi Abang yang bisa lo andelin. Jadi lo gak usah khawatir" balas Jehan menepuk lengan adiknya untuk menguatkannya

"Bang..."

"Hmm.."

"Gue masih berhak bahagia kan?"

"Semua orang berhak bahagia dan lo memang harus bahagia. Kejar apa yang bikin lo bahagia. Kalo dirumah gak bisa bikin lo bahagia cari diluar sana Na. Nikmatin masa muda lo. Tapi lo juga  harus tau batasnya"

Melody untuk Nadi [Jaeminju Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang