16. B i m b a n g || 1200 Detik ⏲

652 146 34
                                    

Matahari kini sedang terik-terik nya, sepanjang jalan komplek semua rumah tampak dipenuhi dengan Jemuran Pakaian mereka. Mungkin karena selama beberapa hari ini Surabaya di guyur Hujan deras hampir setiap hari, Jadi ketika Matahari sedang terik mereka langsung mencuci dan menjemur Pakaian mereka yang nampak nya sudah mulai habis.

Aldebaran memasuki mobil nya dan mem parkir kan nya di garasi nya. Terlihat di halaman rumah itu Raharja sedang mengambil buah belimbing dengan menggunakan galah. Aldebaran menghampiri Raharja, ia mulai memasang topeng di wajah nya, berpura-pura semuanya berjalan lancar dan baik-baik saja.

" Hay Al, udah pulang nak ? " tanya Raharja saat Al menyalami tangannya.

" Udah pah, udah makan siang juga di luar tadi " Jawab Aldebaran.

Raharja tersenyum. " Pantes Jogging kok sampe siang, ternyata sekalian jalan dan makan siang ya sama calon Istri " Celetuk Raharja membuat Aldebaran kikuk.

Al menggaruk kepala nya yang tidak gatal itu. " E-enggak pah, apaan sih. Orang kita cuman temenan aja kok, yaudah ya pah. Al mau mandi, lengket badannya keringetan " Ucap Al yang langsung masuk ke dalam rumah.

Cuaca siang ini memang cukup panas. Al mendinginkan badannya terlebih dahulu di lantai kamar nya bahkan tepat di bawah AC kamar nya, ya itulah kebiasaan buruk Aldebaran, sering berbaring di lantai yang dingin. " Huft, adem banget " Ucap Al begitu menikmati dingin lantai kamar nya itu.

" Aldebaran, Jangan tiduran di lantai gak baik. Bangun cepet! " Perintah Raharja yang membuat Al kaget karena tiba-tiba saja Raharja masuk, padahal sebelumnya ia masih sibuk dengan buah belimbing di Pohon.

" Papah, bikin kaget Al aja " Balas Aldebaran yang langsung beranjak dari posisi nya.

Raharja menaruh sebuah gelas diatas meja samping ranjang Aldebaran. " Nih papah buatin Es teh manis, panas-panas gini seger minum yang dingin " Ucap Raharja sambil tersenyum membuat lipatan di Ujung matanya semakin terlihat.

" Makasih Pah " Balas Aldebaran singkat.

Raharja pun lantas keluar dari kamar Aldebaran, Al pun juga langsung meneguk Es teh manis buatan Raharja itu sambil tersenyum. " Papah ga berubah ya, tetep sweet dari dulu " Ucap nya.

Ya memang benar yang di Ucapkan oleh Aldebaran, diantara Marissa dan Raharja. Raharja lah yang lebih sweet terhadap anak-anak nya, saat Al dan Ar kecil dulu. Meskipun Raharja sibuk bekerja Ia selalu saja menyempatkan waktu untuk anak-anak nya, bermain, Membuat Kue, bermain Hujan bohongan dengan selang, bahkan men dongeng kan cerita Kepada anak-anak nya.

Tak salah, Jika kini Al lebih membuka hati dan maaf untuk Raharja ketimbang Marissa. " Makasih Ya Pah " Ucap nya Sambil menatap Es teh manis tersebut.

Tring!

Handphone Al berbunyi, ada notifikasi Pesan masuk. Ia pun langsung membuka nya. Ternyata pesan tersebut dari Ardikta. Ardikta mengirimkan sebuah foto kepada Aldebaran. Foto yang dikirim tersebut entah mengapa mampu membuat Jantung Al berdegub dengan kencang, dan sesak.

" Al please, lawan rasa ini! "
" Lo kuat! Lo bisa! "

Ia mengatur nafasnya, memejamkan mata nya. Berusaha untuk tetap tenang dan mengontrol diri nya sendiri. Meski Isi kepalanya terus kembali kepada moment itu. Moment dimana Marissa memarahinya kemudian memukulinnya. Ya, Ketakutan dan Trauma itu kembali.

Foto Yang dikirimkan oleh Ardikta itu adalah sebuah foto sepeda berwarna biru dengan roda 4 nya. Itu memang hanya sebuah foto tetapi di dalam foto tersebut, menyimpan luka yang cukup dalam bagi Aldebaran.

Aldebaran terus berusaha mengontrol rasa di dalam dirinya. Ia menuruni Ranjang nya kemudian Membuka laci meja, mencari dimana obat nya berada. Lalu kemudian menelan obat tersebut guna menenangkan dirinya. Al menyandarkan kepalanya pada meja tersebut. Mengatur nafas nya agar lebih tenang.

1200 Detik [ End ] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang