Lembaran terakhir diary Aldebaran

414 72 10
                                    

Setiap manusia pasti memiliki perjalanan bagi kehidupan mereka sendiri. Dan semua perjalanan tersebut tak ada yang berjalan dengan mulus, ada saja cobaan yang harus dilalui untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi. Namun terkadang sebagai manusia ada saja hal yang membuat saya ingin menyerah dengan kehidupan ini.

Perih, itulah yang saya rasakan selama ini secara fisik dan mental.

Entah takdir apa yang sedang Tuhan rencanakan, karena sungguh rasanya begitu berat. Entah sudsh keberapa kali air mata ini jatuh diam-diam di setiap malam bertemankan dinding dingin kamar mandi neserta curahan air yang membasahi tubuh.

Entah sudah berapa kali mulut ini harus menelan pil pahit yang entah tidak berpengaruh apapun bagi tubuh ini.

Entah sudah keberapa kali, jarum-jarum itu menusuk kulit, entah sudah keberapa kali darah ini di cuci, hanya untuk bertahan hidup.

Entah mengapa nama Saya Harus Aldebaran kalau pada kenyataanya, saya tidak pernah menjadi Bintang di hati orang-orang terdekat saya.

Saya hanya menjadi beban bagi mereka.
Bagi Akung, uti, Dr. Arsyad, Andin, dan Kini Papa.

Entah mengapa banyak orang yang jahat pada saya, padahal saya tidak pernah mengganggu dan memgusik hidup mereka. Bahkan saudara kembar Saya sendiri, yang tega berlaku keji kepada saya.

Ar, andai kamu tahu. Kalau rasanya begitu menyakitkan, Perih...

Mama, apa salah ku ? Sampai mamah begitu membenci ku ?

Harapan hidup ini kini tidak muluk-muluk
" Al, hanya mau mama "

Entah apakah impian ini bisa terwujud untuk bisa kembali merasakan pelukan dan kecupan hangat mu lagi ? Tapi rasanya sudah tidak memungkinkan. Tak ada lagi nama Aldebaran di dalam relung hatinya.
Sungguh sangat merindukan rasa hangat itu. Semoga nanti saya masih bisa merasakannya di hembusan nafas terakhir saya.

Dan teruntuk Andin, wanita yang selalu menjadi teman baik saya, saya sangat mencintai kamu. Sangat mencintai, tetapi saya paham, saya pantas untuk kamu tolak, sebab saya tidak pantas bersanding dengan wanita seperti mu.

Tapi satu hal yang perlu kamu tahu ndin...

" Saya selalu berusaha untuk menjadi beribu-ribu bintang agar kamu jatuh cinta, namun apa daya kamu melihat saya sambil tutup mata "

Satu lagi teruntuk Papa...

Terimakasih untuk pembelaan dan cinta kasihnya selama ini, Aldebaran pamit menjadi bintang sesungguhnya di langit milik Tuhan....

Teruntuk semuanya, surat ini saya tulis. Mungkin adalah surat terakhir di dalam lembaran diary ini.
Raga ini sudah lelah, jiwa ini sudah letih. Tangan ini sudah sangat sulit digerakan, jadi mohon maaf jika tulisan tangan ini sulit untuk kalian baca.

Aldebaran Dewangga
- Vvip Melati 1 [ 10.30 Wib ]

1200 Detik [ End ] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang