Extra Part

637 96 5
                                    

Siang itu hujan turun dengan sangat derasnya membasahi bumi kota Surabaya. Raharja masih sibuk dengan urusan perkantoran Aldebaran yang belakangan ini di handle olehnya. Sementara putranya berada di rumah bersama Perawat Indah dan Juga Andy. Raharja tak tahu bahwa Ardikta datang di siang hari tadi. Kedatangan Ardikta bukan tanpa tujuan, ia datang dengan maksud untuk menemui Aldebaran. " Mau apa lagi lo ? " tanya Aldebaran dengan sarkasnya pada Ardikta. Ardikta hanya diam dan tersenyum devil pada Aldebaran saudara kembarnya itu.


" gausah kepo Al, gue kesini cuma mau kasih sesuatu aja ke Andy dan Indah, salah deng buat lo, gue cuman titip aja sama mereka " jelas Ardikta berlaga senga di hadapan Aldebaran yang duduk di atas kursi roda.
Aldebaran tersenyum menatap Ardikta, " Apa lagi ? mau kasih obat apa lagi sih Ar ? Kenapa harus secara perlahan lo bunuh gue ? habisin gue sekarang Ar! Gw dihadapan lo! " ucap Aldebaran yang sudah muak dengan semua tingkah Ardikta.

Ardikta justru malah tertawa devil. " Gak seru kalau lo langsung mati Al, gue mau lo mati perlahan-lahan, nikmatin semua rasa sakit lo, gue suka liatnya! HAHAHA! "

" Psikopat! " Celetuk Aldebaran. Namun Ardikta terlihat tak perduli dengan kata itu, ia langsung mengambil secangkir gelas yang sudah di campur dengan obat yang tadi ia berikan kepada Indah dan Andy. Lantas Ardikta meminta Indah dan Andy untuk membantunya, memaksa Aldebaran untuk meminumnya. Dan tak lama Aldebaran pun terlelap sampai malam bahkan di saat Raharja pulang dirinya belum juga terbangun.

Ardikta terbangun dadi tidur malam nya, dirinya selalu di hantui rasa bersalah dan penyesalan teramat dalam di dalam lubuk hatinya, bahkan sering kali ia bermimpi tentang semua yang ia lakukan selama ini kepada Aldebaran. Saat sedang sendirian, ia juga selalu mendengar suara rintihan tangis dan permintaan tolong, seperti vidio yang selama ini Indah dan Andy kirim vidio kepadanya. " Al gue mohon cukup, kalau lo terus datang di mimpi gue, gue busa gila Al! " Ardikta nampak memohon sambil menatap langit-langit sel gerugi besi itu.

Orang disebelah Ardikta pun tertawa sinis. " Se jahat, jahat nya gue, ga pernah gue nyakitin keluarga gue sendiri. Manusia paling tega dan bejat yang pernah gue temuin yaitu lo! " ucap orang tersebut, yang sudah lebih lama daripada Ardikta. Mendengar itu Ardikta hanya diam membisu, saat ini ia kembali sadar atas semua sikapnya selama ini ternyata salah pada Al. Tak ada yang menyangka bahwa Aldebaran pergi karena ulah adiknya sendiri.

Sidang Ardikta semakin dekat, dirinya sebentar lagi akan di jatuhi hukuman atas semua perbuatannya.

Hari ini adalah hari dimana Ardikta melakukan sidang, cukup lama sidang itu berjalan karena Ardikta yang terus menyela, dan membela dirinya karena ia tanpa seorang pengacara. Dan dari hasil sidang tersebut. Ardikta di jatuhi hukuman Mati, atas semua perbuatannya selama ini. Bukan hamya Ardikta yang di jatuhi hukuman mati tetapi juga Indah dan Andy. Karena mereka masuk kedalam Pembunuhan berencana. Dan kesialan lainnya yang Ardikta dapatkan adalah, sebelumnya Renatta juga sudah mengguggat cerai dirinya.

" Saya membenci kamu seumur hidup saya! " ucap Marissa mengucapkan kebenciannya pada Ardikta.

" Dimana hati kamu ?! Tega kamu lakukan semua itu pada anak saya?! Salah apa Al sama kamu! Dasar Binatang! Bisa-bisanya kamu mengganti obat anak saya dengan obat tidur, dan binatang! Anak saya manusia! Anda yang binatang! " ucap Marissa sangat terbawa emosi dengan Ardikta.

Sambil menunduk ia meminta maaf kepada Marissa dan juga Raharja. " Maaf mah, Ar salah " ucapnya dengan raut wajah penuh penyesalan, namun semua kata maaf nya tak di respon sama sekali oleh Marissa dan Juga Raharja, mereka masih sangat terluka oleh Ardikta yang menyebabkan kepergian salah satu putra mereka.

Kini Marissa dan Raharja hidup berdua kembali setelah mereka memutuskan untuk kembali rujuk dan kembali bersama. Setelah kehilangan Aldebaran, Andin dan Renatta mereka anggap seperti anak mereka sendiri.









- S E K I A N -
Friday, 30 Desember 2022

Terimakasih, telah mengikuti perjalanan hidup Aldebaran Dewangga, Aldebaran pamit ya 🌼























Surat untuk Tuhan

Tuhan...
Terimakasih untuk nafas selama 28 tahun yang engkau berikan ini kepada saya
Terimakasih telah membawa saya pada keluarga yang begitu istimewa dan lengkap

Tuhan...
Bolehkah saya memeluk mamah untuk terakhir kalinya sebelum saya kembali pada mu ?
Bolehkah saya merasakan kasih sayang nya sehari penuh, sebelum waktu itu tiba ?

Tuhan...
Bolehkah kaki ini kembali menapak bumi ?
Bolehkah tubuh ini kembali sehat seperti sedia kala ?
Bolehkah Mamah dan Papah kembali bersatu demi  masa tua mereka ?

Tuhan...
Semua pasti akan kembali kepadamu
Dan andai saya kembali nanti kepada mu, bolehkah saya meminta satu hal kecil pada mu ? Saya hanya ingin tak ada tangisan berlarut atas kepergian saya.

Saya hanya ingin mereka berbahagia, karena saya bahagia bersamamu disana...

- Aldebaran Dewangga -

1200 Detik [ End ] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang