4. SAH!

788 32 1
                                    

Hari ini pernikahan akan digelar. Pagi-pagi sekali Lintang sudah duduk di kamar Hukma yang digunakan sebagai kamar rias pengantin. Perempuan itu menatap dirinya di cermin yang sedang didandani. Air mata menggenang di pelupuk mata Lintang. Di hari yang seharusnya bahagia ini, ia tidak memiliki satu pun sanak keluarga yang akan dia ajak berbagi kisahnya. Ayah dan Ibunya sudah tiada, hanya dia sendiri yang akan menjalani kehidupan yang rumit ini. Terkadang Lintang sangat iri, semua orang yang pernah dia temui bisa sangat bahagia dengan keluarga mereka. Sedangkan Lintang, bahagia pun Lintang sudah lupa bagaimana rasanya. Dulu meski ia hidup kekurangan, tapi ada orang tuanya yang ada di sampingnya. Namun semua berubah saat di masa putih abu-abu, kedua orang tuanya meninggal karena sakit. Hidup di kota yang besar dan seorang diri, harus membuat Lintang extra bekerja keras. Kehidupan yang sulit ini akan lebih sulit saat ia tersandung pernikahan kontrak. 

“Lintang, kenapa kamu menangis?” tanya salah satu perias segera mengambil tisu dan mengusap pipi Lintang. Lintang tersenyum kecil, perempuan itu menghapus air matanya. 

“Lintang, ini hari bahagia kamu. Kamu jangan menangis,” ucap yang lain ikut menenangkan. 

Davit yang sudah ada di depan pintu kamar Hukma pun mematung mendengar pembicaraan perias itu. melihat ke cermin, ia melihat Lintang tengah menundukkan kepalanya seraya mencoba menghapus air matanya. 

“Kenapa?” tanya Bu Shela yang mengagetkan Davit. Davit menggelengkan kepalanya, sedangkan Bu Shela yang masih kepo melihat Lintang dengan seksama. Tampak sekali calon menantunya tengah berusaha menghapus air matanya. 

“Davit, hibur istrimu!” pinta Shela.
 
“Lah, kenapa, Ma?” tanya Davit. 

“Pasti istrimu sedang sedih. Seharusnya di hari pernikahannya, ada orang tua yang mengantarnya, memberikan restu dan menyerahkan dengan tangannya sendiri Lintang padamu. Namun keadaannya berbeda, Lintang hanya sendirian,” jelas Shela. Davit tercenung, benar apa yang dikatakan mamanya. Dan kini Davit merasa menzalimi Lintang karena mereka akan melakukan hubungan kontrak. 

“Davit, di dunia ini kamulah yang akan menjadi orang terdekat Lintang. Jaga dia, sayangi dia, dan cintai dia sepenuh hati. Mama mohon sama kamu, bila nanti kamu sudah tidak cinta sama Lintang, jangan katakan apapun. Tetap perlakukan dia sebaik mungkin,” ucap Shela memegang tangan anaknya sarat akan permohonan. 

Davit menatap mamanya dan Lintang bergantian. Andai mamanya tahu, saat ini pun Davit tidak mencintai Lintang sedikit pun. Menikahi Lintang hanya murni karena kesalahan Lintang yang membuatnya seperti dosen mesuum mencari mangsa. 

“Davit, kamu mau menuruti permintaan mama?” tanya Shela mendesak. 

“Ma, aku sebenarnya sedikit kesal dengan Lintang yang menganggapku sebagai Duda,” ucap Davit. Shela membulatkan matanya. 

“Kenapa begitu? Kamu kan belum pernah menikah, kenapa dia menganggap kamu duda?” tanya Shela bertubi-tubi. Shela saja menyuruh anaknya menikah saat anaknya berusia dua puluh lima tahun, sampai anaknya berusia tiga puluh tahun baru membawa perempuan kemarin dan langsung dinikahi. 

“Salah kak Davit, Ma. Kak Davit menyebar rumor di kampus kalau dia duda agar tidak ada mahasiswi yang mengutarakan perasaannya pada Kak Davit, tapi karena status duda bukannya para mahasiswi berhenti mengejar, malah semakin mengidolakan,” jelas Hukma yang tiba-tiba bergabung di pembicaraan. Davit menggaruk tengkuknya. Ia juga tidak menyangka status duda malah membuatnya semakin digilai perempuan. Dulu Davit menyebar rumor duda karena malas menanggapi mahasiswi yang terus menyatakan perasaanya padanya. Dan yang terjadi semakin banyak yang mengidolakannya. 

“Bu Shela, ini sudah selesai,” ucap salah satu perias menolehkan kepalanya pada Bu Shela. Bu Shela segera mendatangi Lintang, begitu pun Davit yang mengarahkan pandangannya pada calon istrinya. 
Lintang berdiri membalikkan tubuhnya, mata Davit nyaris copot saat melihat Lintang. Lintang tampak cantik dan anggun mengenakan kebaya berwarna putih dan rambut yang disanggul rapi. Lintang yang biasa rambutnya terurai atau dikuncir kuda, kini lebih cantik saat disanggul rapi. Davit telat menyadari bahwa mahasiswinya yang sering telat itu sangat cantik. 

Belah Duren Where stories live. Discover now