32. Gelap-gelapan

690 26 4
                                    

 "Pak Davit, jangan dimasukin!" teriak Lintang.

"Kalau gak dimasukin bisa kedinginan, Lintang."

"Tapi ya gak usah kasar-kasar kali, Pak. Saya pergi nih kalau Pak Davit kasar,"

"Jangan pergi, dong. Lagi mau enak-enaknya," jawab Davit.

"Ya jangan ditindih. Berat, Pak."

"Lintang, kamu yang menindih saya," geram Davit.

"Eh iya, maaf," jawab Lintang.

"Jangan ditarik-tarik, Lintang."

"Ya bapak masukinnya dalam banget, saya ya jelas narik tubuh saya," oceh Lintang.

Sepasang suami istri itu tengah ribut di atas ranjang dengan lampu yang padam semuanya. Hanya bermodalkan satu lilin yang menyala yang menerangi keduanya.

Davit dan Lintang tengah ribut di bawah selimut karena Davit memasukkan tubuhnya di selimut yang dipakai Lintang, sedangkan Lintang menarik dirinya. Namun kaki Lintang malah menindih tubuh Davit saat Davit lebih masuk dalam selimut.

Saat Davit meletakkan Lintang di ranjang, lampu malah padam hingga gelap gulita. Untungnya ada satu lilin yang bisa mereka gunakan untuk penerangan meski hanya temaram.

"Pak Davit tidur di kamar sebelah sana. Kenapa tidur di sini," ucap Lintang.

"Kalau di sana gelap gulita. Lintang. Berbagi ranjang semalam saja apa susahnya sih," jawab Davit semakin mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Lintang.

"Saya masih marah sama Pak Davit," kata Lintang memalingkan wajahnya.

"Aku tidak peduli saat ini kamu masih marah. Karena yang saya pedulikan adalah berusaha membuat kamu jatuh cinta sama saya," kata Davit menatap wajah Lintang dengan serius.

Davit mengangkat paksa kepala Lintang, pria itu merentangkan lengan-nya dan membaringkan lagi kepala Lintang di lengan-nya.

"Pak, ini terlalu intim," ucap Lintang.

"Kita suami istri, Lintang. Sudah sewajarnya kalau kita begini," jawab Davit.

"Dan saya mau bicara serius sama kamu. Apa selama ini tidak ada secuil pun perasaan kamu untuk aku?" tanya Davit seraya sedikit memiringkan tubuhnya agar leluasa menatap Lintang. Lintang tergagap, perempuan itu menatap ke segala arah karena canggung dengan pertanyaan Davit.

"Lintang, tatap aku!" titah Davit dengan tegas.

"Gak ada apa-apa, Pak. Aku hanya menganggap Pak Davit sebagai dosenku," jawab Lintang.

"Lintang, pertama aku ingin minta maaf sama kamu atas semua perlakuan burukku. Mulai dari memaksamu menikah hanya demi karirku agar tidak hancur, lalu perlakuanku di rumah ini yang tidak baik, masih menyimpan uang mahar, dan menyakitimu dengan kata-kataku. Dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku minta maaf," jelas Davit.

"Lupakan saja. Saya malah ngeri kalau Pak Davit minta maaf begini," kata Lintang memalingkan wajahnya.

"Lintang, aku suka sama kamu. Aku mengatakannya tidak ada maksud terselubung, tapi murni di dalam hatiku kalau aku memang menyukai kamu," jelas Davit lagi.

"Pak, sudahi rasa suka bapak sama saya!"

"Aku tidak bisa, Lintang. Kalau aku bisa, aku juga tidak akan menyukai kamu. Namun tanpa aku sadari, aku sudah jatuh hati sama kamu sejak awal," ucap Davit.

"Pak, saya gak ada perasaan apa-apa sama bapak," kata Lintang.

"Gak apa-apa. Aku akan membuat kamu jatuh cinta sama aku. Kita mulai dari awal kisah kita. Aku tidak peduli seberapa kuat kamu ingin pisah, aku akan berusaha lebih kuat mempertahankan hubungan ini," ucap Davit memeluk tubuh Lintang dengan erat.

Belah Duren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang