8. Dosen Galak

655 38 0
                                    

"Wes nasibe kudu koyo ngene, nduwe dosen ora tau ngepenakke. Seneng muring omongane sengak, kudu tak trimo dosenku pancen galak ...."

Lintang bernyanyi seorang diri sembari membersihkan kamarnya. Perempuan itu sungguh kesal mengingat Davit tadi pagi yang sama sekali tidak menghargai masakannya. Lintang juga merutuki dirinya yang mempunyai dosen dan suami seperti Pak Davit yang annoying banget. Terkadang sangat perfect dan terkadang sangat bengek sampai buku saja dibaca terbalik.

Lintang bernyanyi menggunakan lagu yang kini tengah populer itu, khususnya populer di jawa timur dan jawa tengah. Lintang bernyanyi dengan memplesetkan lirik lagunya. Lintang paling suka dengan lagu-lagu koplo yang sering dia dengar dari hpnya. Arti lagu yang dinyanyikan lintang adalah 'Sudah nasibnya harus seperti ini, punya dosen tidak pernah mengenakkan. Sering ngamuk omongannya sengak"

Lintang terus bernyanyi seorang diri sembari menata tempat tidurnya. Setelah selesai, perempuan itu menjatuhkan dirinya di ranjang miliknya.

Davit yang sejak tadi masih di ruang tamu pun mendengar nyanyian dari mahasiswi-nya yang juga istrinya. Davit merasa tersindir dengan nyanyian Lintang, ia merasa kalau Lintang sedang menyindirnya.

"Yowes ben duwe dosen sing galak ... yowes ben sing omongane sengak!" teriak Lintang yang semakin menjadi.

"Lintang, berisik!" teriak Davit membuat Lintang yang berada di kamarnya segera membungkam bibirnya dengan telapak tangannya.

Lintang mendengus. Meski suara Lintang tidak bagus, Lintang memang hobby menyanyi. Setiap saat meski banyak beban yang dia tanggung, ia tidak pernah melupakan untuk bernyanyi.

Davit juga tahu betul arti lagu yang dinyanyikan Lintang. Mahasiswanya sering menyanyikan lagu dengan judul 'Bojo Galak' itu di saat acara wisuda. Dan kini Lintang memplesetkannya menjadi Dosen Galak. Davit tidak pernah merasa menjadi dosen galak. Davit selalu merasa dirinya adalah dosen yang baik hati dan lembut dalam berbicara.

Davit terus mondar-mandir di ruang tamu. Meski Lintang sudah datang, itu tidak serta merta membuat Davit tenang. Lintang masih terlihat marah kepadanya, bahkan mengatainya sebagai dosen galak.

Davit mendekati kamar Lintang, pria itu mendorong pintu kamar Lintang yang tidak dikunci. Davit melihat Lintang tengah memainkan hpnya.

"Lintang!" panggil Davit.

"Iya, Pak?" tanya Lintang.

"Em ... Saya mau masak, kalau kamu mau, saya masakin sekalian. Kamu mau makan apa?" tanya Davit.

"Tidak usah, Pak. Saya sudah makan, tadi Mas Fajar pesenin ayam goreng," jawab Lintang. Davit mengerutkan alisnya.

"Siapa Mas Fajar?" tanya Davit.

"Itu keponakannya pemilik kedai," jawab Lintang. Lintang meletakkan hpnya, perempuan itu menarik selimutnya. Davit tercenung mendengar nama Fajar yang sangat mengganggu telinganya.

"Pak, apa masih ada perlu lain?" tanya Lintang saat menyadari Davit masih berdiri di depan pintu.

"Eh itu ... saya mau ke kamar mandi. Barangkali kamu mau ke kamar mandi juga, kamu boleh duluan," kata Davit.

"Tidak, Pak. Tadi saya sudah mandi sekalian sudah buang air," jawab Lintang.

"Ohh ...." Davit mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Ada lagi, Pak?" tanya Lintang.

Davit kikuk, ia menatap Lintang yang turut menatapnya. Satu ide muncul di kepala Davit. Pria itu tersenyum setan. Tadi Lintang sudah mengacuhkannya seharian penuh, saat ia khawatir Lintang yang tidak kunjung kembali, Lintang malah sama sekali tidak mempedulikannya.

Belah Duren Where stories live. Discover now