Bagian 13

6K 761 92
                                    

SETELAH mendapatkan istirahat yang cukup selama satu minggu penuh ini beruntungnya kondisi Taeyong sudah pulih. Ya, Taeyong tidak tersiksa dengan seluruh perintah atau pekerjaan berat, ia bahkan tidur sepuluh jam di setiap harinya, bukankah itu hal yang baik? Terima kasih kepada Jung Jaehyun yang tidak mengusik Taeyong belakangan ini.

Memang benar, meskipun Taeyong tinggal di kamar Jaehyun yang memiliki tempat tidur nyaman—ia tidak mendapatkan gangguan apapun. Taeyong bahkan jarang sekali berpapasan atau bertemu dengan lelaki Jung itu. Seolah Jaehyun sengaja menghindarinya, atau memang sedang banyak pekerjaan saja? Entahlah. Jelasnya, Jaehyun jarang menampakkan wajah, membiarkan Taeyong hidup tenang di bawah pengawasan Johnny. Menurut Taeyong, ketidakhadiran Jaehyun itu adalah anugerah sesaat yang harus ia nikmati sepenuhnya.

Lalu, Taeyong juga tidak dituntut mengerjakan apapun, seperti membuat pupuk dari kotoran hewan, menempelkan sol pada sepatu atau pekerjaan buruk lainnya yang menghasilkan upah kecil. Mungkin saja karena saat ini Taeyong berada di bawah pengawasan Jaehyun dan tinggal di kamar sel si lelaki Jung? Sipir hanya datang untuk memberikan makan siang dan malam, selebihnya Johnny berkunjung demi mengawasi keadaan Taeyong atau membawanya menemui Ten agar kondisinya bisa diperiksa secara keseluruhan.

Taeyong menghirup napas panjang seraya menatap kosong ke arah televisi yang menyala, ini pukul dua dini hari dan ia tidak bisa tidur. Bila di rumah, mungkin sekarang Taeyong sedang memainkan ponsel atau komputer miliknya, tidak bosan seperti sekarang. Benar, hidupnya cukup membosankan karena Jaehyun tidak datang dengan seluruh perintah konyolnya yang tidak bisa dibantah. Ah tidak, Taeyong tidak merindukan Jaehyun, that'll never happen.

Suara pintu sel yang di buka berhasil membuat Taeyong menoleh secara spontan, ia terdiam ketika melihat Johnny datang—namun sedetik kemudian ekspresi di wajah Taeyong berubah tatkala mengetahui bahwa Johnny membopong Jaehyun masuk dengan perut serta dada yang terbalut kain kasa.

Sontak Taeyong berdiri, menghampiri Johnny yang membantu Jaehyun duduk di atas kasur. "Apa yang terjadi?" pertanyaan itu keluar dari bibir tipis Taeyong, penasaran karena kondisi Jaehyun bisa dibilang cukup buruk.

Jaehyun menatap Taeyong dengan datar; seperti biasa. "Bukan urusanm—"

"Yuto menusuk Jaehyun sebanyak tujuh kali menggunakan pecahan kaca." jelas Johnny; sama sekali tidak mempedulikan Jaehyun yang melemparkan tatapan tajam padanya, "kau tidak perlu mengkhawatirkan Jaehyun, karena saat ini kondisi Yuto lebih parah, lelaki itu terbaring koma dengan luka mematikan—aduh!" serunya saat menerima tendangan kencang di bagian tulang kering. Tentu saja pelakunya adalah Jaehyun.

Bibir Taeyong terkatup rapat, mencoba menelan semua pertanyaan yang ada di dalam kepala. Ia memerhatikan Jaehyun yang memiliki lebam kebiruan di pipi serta sudut bibir, tubuh bagian atasnya tidak di tutupi baju—hanya terbalut kain kasa yang menutupi luka tusukan dari Yuto. Ah, ternyata ada orang yang nekat menyatakan perang pada Jung Jaehyun ya? Taeyong baru tahu.

Johnny mengusap bagian betisnya lalu mendengus kesal. "Aku serahkan Jaehyun padamu ya, Taeyong." setelah itu ia keluar dari sel, meninggalkan si lelaki Jung yang kini lebih memilih untuk berbaring nyaman di atas kasur.

Taeyong berdehem kecil. "Kau baik-baik saja?" tujuh tusukan itu pasti adalah luka yang fatal.

Tidak ada jawaban dari mulut Jaehyun, matanya terpejam, seolah ingin mengabaikan Taeyong dan lebih memilih untuk beristirahat.

Suasananya cukup canggung, tapi bukan Taeyong namanya jika tidak bersikeras. Ia memilih untuk duduk di sisi kasur seraya memerhatikan kain kasa di tubuh Jaehyun yang memiliki noda kecokelatan—mungkin bekas obat merah. Otot bagian atas perut Jaehyun menyembul, sementara sisanya tertutup. Taeyong menghela napas lalu menarik selimut, menutupi tubuh si lelaki Jung.

Prison《Jaeyong》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang