Bagian 15

3.9K 529 33
                                    

Flashback

JUNG Jaehyun tentunya tidak terlahir dari keluarga yang gemar melakukan kekerasan, ia tumbuh di dalam keluarga miskin yang bahkan tidak bisa membeli sepotong ayam untuk makan. Di musim dingin dua puluh dua tahun lalu, ibu serta ayahnya dibunuh oleh sekelompok penjahat mabuk yang mencoba masuk ke rumah kumuhnya—membuat Jaehyun menjadi yatim piatu dan berkeliaran tanpa arah.

Malam itu yang Jaehyun ingat hanyalah hembusan udara dingin di musim salju, tubuhnya terbalut jaket usang kotor yang sedikit basah karena lebatnya salju, Jaehyun berjalan menelusuri gang sepi untuk pulang kerumah setelah mengemis di jalanan. Bukankah sangat miris bagi anak berusia lima tahun yang berusaha keras agar bisa hidup meskipun hanya mengganjal perut dengan sepotong roti atau ubi? Wajah kotornya terkesan datar, tidak ada emosi yang terpancar dari bola mata cokelat tua itu.

Suara percakapan berisik yang terdengar dari arah depan membuat Jaehyun sedikit mendongak, menatap lima orang yang mengepung satu lelaki paruh baya yang hanya diam—seolah mengamati. Lima orang lelaki tersebut mengenggam pisau yang terlihat begitu tajam, Jaehyun berjalan perlahan; seolah tidak memiliki rasa takut atau apapun itu yang menghalanginya untuk pulang ke rumah.

Obrolan orang-orang itu terdengar semakin jelas, tapi Jaehyun sama sekali tidak ambil pusing, kaki kecilnya melangkah melewati segerombolan lelaki tersebut yang mulai menyerang si lelaki paruh baya. Jaehyun tidak menatap; pandangannya lurus ke depan, fokus pada jalanan. Tapi ia bisa mendengar teriakan pilu dari beberapa orang di belakangnya sebelum berubah menjadi kesunyian pekat yang membuat langkah Jaehyun terhenti sejenak.

Merasa tidak perlu menoleh, Jaehyun mengehembuskan napas—mengepulkan udara di mulutnya.

"Bocah."

Panggilan dari suara berat dan serak berhasil membuat Jaehyun menoleh, wajahnya masih menampilkan ekspresi datar, iris cokelat tuanya menatap genangan darah dan lima tubuh tanpa nyawa dari segerombolan yang semula memegang pisau. Tidak ada yang membuat Jaehyun takut, hidupnya bahkan lebih mengerikan daripada ini, ia juga sempat melihat mayat orang tuanya dengan kondisi mengenaskan. Ya, tidak ada lagi yang bisa membuat Jaehyun kecil takut, bahkan kematian sekalipun.

"Kau tidak takut?" tanya si lelaki paruh baya seraya berjalan menghampiri Jaehyun dengan pisau penuh darah di genggaman tangan.

Sebelah alis Jaehyun terangkat. "Kenapa harus takut?" tanyanya penasaran, matanya mengerjap lalu memerhatikan lima mayat di belakang si lelaki paruh baya, "Ahjushi juga akan membunuhku? Tidak apa, bunuh saja, tapi setelah aku memakan roti ini," ia mengangkat plastik putih yang sejak tadi digenggam erat. "Karena aku kelaparan, belum makan sejak dua hari yang lalu."

Sangat tidak pantas bagi anak berusia lima tahun untuk bicara seperti itu, tapi mau bagaimana lagi? Jaehyun bahkan pernah dipukuli karena mencuri buah di pasar, bukan hanya sekali, tapi berkali-kali hingga ia tidak bisa merasakan tubuhnya sendiri. Jangan tanya apakah Jaehyun memiliki saudara atau tidak, ia saja mengadakan pemakaman kedua orang tuanya seorang diri berkat bantuan polisi.

Si lelaki paruh baya berjongkok di hadapan Jaehyun, menatap wajah tanpa ekspresi yang begitu mengerikan. Benar, Jung Jaehyun kecil terlihat sangat menakutkan karena tidak takut padanya. "Bocah, di mana orang tuamu?"

"Sudah mati."

Tawa menggelegar mengisi kesunyian lorong gelap tersebut, si lelaki paruh baya mengenggam erat bahu Jaehyun. "Jadi kau sendirian?"

"Ya."

"Mau ikut bersamaku?"

Jaehyun mengerjap, memerhatikan lelaki paruh baya di hadapannya yang terlihat seperti orang kaya—meskipun tubuhnya dilumuri cairan merah pekat. "Kemana?"

Prison《Jaeyong》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang