Bagian 1

36.9K 4.4K 1.3K
                                    

LEE Taeyong tidak pernah menyangka bahwa tindakan yang ia lakukan untuk melindungi Ibu serta Adik laki-lakinya akan berakibat fatal seperti ini. Ia masuk ke dalam penjara karena sudah membunuh Ayah tirinya; menusukan pisau tepat di jantung lelaki biadab itu. Bukan salah Taeyong sepenuhnya, ia hanya tidak ingin jika lelaki sialan yang menikahi Ibunya itu kembali menyiksa keluarga mereka.

Itu sebuah tindakan yang tidak terlintas di dalam kepala Taeyong sebelumnya. Ia bukan seorang pembunuh! Tapi menusuk Ayah tirinya dengan pisau adalah sesuatu yang harus ia lakukan karena Taeyong tidak mau melihat Ibu atau Adik laki-lakinya terus menerus menderita.

Keputusan hakim atas tindakan gegabah Taeyong adalah hukuman penjara selama delapan tahun. Tapi bila Taeyong bisa menunjukan kelakuan baiknya, ia akan keluar lebih cepat. Namun, bukankah penjara tidak seburuk itu? Setidaknya Taeyong masih mendapatkan makan, minum, serta tidur yang cukup.

"Cepat turun!" seru salah satu sipir yang menggunakan pakaian penjaga. Sipir tersebut membuka pintu bus yang membawa beberapa napi, mereka sudah sampai di tempat tujuan.

Taeyong menghirup napas dalam sebelum bergegas untuk turun. Iris hitamnya menatap ke sekeliling; memperhatikan tempat yang akan ia huni selama delapan tahun. Bangunan besar tanpa cat, hanya di lapisi oleh semen. Taeyong berjalan ketika sipir mendorong punggung belakangnya, ia mengikuti napi yang berjalan di depannya.

Beberapa orang napi yang berada di samping melempatkan tatapan tak bersahabat. Taeyong menegakkan kepala dan menatap tajam ke depan. Ia tidak boleh menjadi seseorang yang tertindas, Taeyong itu kuatㅡia harus melindungi dirinya sendiri.

"Hey kau 101, ini sel milikmu."

Taeyong berhenti berjalan dan melihat sel yang di tunjuk oleh salah satu sipir. Ia mengangguk, menunggu pintu sel tersebut di buka. Pintu nya terbuat dari besi dengan celah kecil di atas; berguna untuk memantau keadaan para napi.

Begitu pintu sel terbuka, Taeyong masuk ke dalam. Ia menatap tiga orang yang menghuni sel tersebut dan tersenyum kecil. Tas kecil yang Taeyong bawa berisi keperluan seperti pakaian ganti serta barang-barang yang tidak terlalu penting. Ada empat kasur di ruangan tersebut.

"Oh, kau orang yang membunuh Ayahmu sendiri?"

"Ayah Tiriku." koreksi Taeyong ketika salah satu dari penghuni ruangan itu bertanya, "dia berusaha menyakiti Ibuku serta Adikku."

Salah satu napi tersenyum miring. "Pahlawan, atau pembunuh?"

"Terserah."

"Namaku Kim Mingyu omong-omong." ujar salah satu napi yang baru saja mengajak Taeyong berbicara, "dan kau Lee Taeyon?"

Taeyong menunjukan nama yang terdapat di baju napi miliknya; terletak di dada kiri. "Lee Taeyong."

"Ini Taehyung," Mingyu menjunjuk seorang lelaki pendiam dengan mole kecil di hidung yang sedang membaca buku. "Dan ini Baro." ia menepuk bahu lelaki bertubuh besar yang duduk di sampingnya.

Baro mengangguk. "Kuharap kau tidak merepotkan atau membuat ulah."

Mendengar itu Taeyong tersenyum miring, ia menaruh tas di atas ranjang kosong yang ia yakini sebagai miliknya. Merepotkan? Oh, Taeyong selalu hidup mandiri, ia tidak mau merepotkan orang lain.

"Apa yang membuatmu masuk penjara?" tanya Taeyong penasaran. Ia menatap Mingyu, Baro serta Taehyung secara bergantian.

Mingyu tertawa pelan. "Mencuri uang yang cukup banyak."

"Narkoba." ujar Baro cepat, tidak menutupi apapun.

"Bukan urusanmu." gumam Taehyung dengan tatapan tajam yang cukup mematikan.

Prison《Jaeyong》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang