10. Tetaplah bersama ku

123 33 186
                                    

"Eumhh." Suara leguhan terdengar dari mulut Nana, dia sangat lelah akibat belajar matematika semalam.

Karena saat Sean pulang dia langsung menghampiri Nana yang sedang rebahan di sofa sambil bermain hp, padahal televisi nyala.

"Heh kebiasaan! Main hp tapi tv nyala." Sean mengambil remot tv di atas meja lu mematikan nya.

"Abis nya sepi banget, ih kamu bau banget sih. Mana bau darah gitu amis, jangan bilang abis--" belum selesai Nana berucap Sean sudah memotong nya.

"Abis apa hah, kamu nggak lihat aku abis dari pasar beli daging sapi? Tadi aku milihin daging nya terus nggak cuci tangan langsung ku lap baju." Sean nyengir sambil menunjukan kantong belanjaan nya.

Sudah seperti pasangan suami istri saja.

"Belanja apaan sih banyak banget, mending beli." Usul Nana, Nana tipe tidak mau ribet.

"Nggak sehat sayang."

"Yaudah iya, udah sana ah bau." Nana menutup hidung nya dengan satu tangan dan tangan satu nya mengibas-kibas kan layaknya orang yang ke bauan itu.

Setelah Sean selesai mandi Nana malah di ajak belajar lagi, walaupun Nana kesal dia tidak berani membantah.

2 menit Nana membayangkan kejadian malam tadi memang sangat memusingkan rasanya ingin kabur.

"Bangun Al jelek." Nana memukul-mukul pantat Sean yang sedang tidur tengkurap di sofa.

"Kamu cabul." Ujar Sean sambil memegangi bagian pantat nya.

Setelah mereka berdua mandi dan sarapan mereka pun duduk di sofa depan tv.

"Al itu apaan, kok banyak banget pembunuhan. Mana itu cewek korban nya." Ucap Nana sambil menunjuk televisi.

"Mana aku tau." Sean tetap menjawab dengan tenang, walau dia sendiri yang sebenarnya membunuh wanita itu.

"Banyak banget pembunuh apa ya, lama lama mati juga kali aku di bunuh." Mendengar ucapan Nana, Sean pun tertawa.

"Apasih ketawa, bunuh aja aku biar masuk berita terus jadi artis kan masuk tv, begini Breaking news: Seorang pria membunuh pacar nya sendiri."

"Nggak mungkin lah aku nyakitin kamu." Sean mengacak-acak gemas rambut Nana.

"Nggik mingkin lih iki nyikitin kimi. Kamu nggak ada beda nya sama buaya buaya darat lain nya, psikopat stress, jelek. Huh dasar." Nana menjulurkan lidahnya mengejek Sean.

"Ngomong apa kamu!" Sean mendekatkan wajah nya ke wajah Nana, Nana reflek memundurkan tubuhnya hingga akhirnya tertidur di atas sofa.

"Bukan apa apa, maaf." Nana memalingkan wajah nya.

Sean makin mendekatkan wajah nya dan tidak lama kemudian mencubit hidung Nana. "Kenapa takut gitu ih? Aku enggak makan manusia." Sean tertawa, setelah nya Nana kesal dan mencubiti Sean abis abis an.

*****

2 Minggu kemudian.

Sekolah sudah kembali dibuka, karena merasa sudah mulai mereda berita pembunuhan tersebut. Namun sekolah Nana menjadi banyak rumor yang bertebaran dimana-mana.

Dari sekolah yang angker, penunggu marah hingga menyuruh sang murid bunuh diri, dan masih banyak lagi.

"Kamu nggak usah takut ya, kan ada aku." Sean tersenyum menyemangati Nana.

"Iya Al."

"Yaudah yuk ke kelas." Mereka berdua pun langsung berpisah dan memasuki kelas masing masing.

Nana menghembuskan nafas pelan, ntah kenapa perasaan nya saat ini hanya ingin bersama Sean, dan semenjak bersama Sean. Nana tidak pernah memimpikan Raka lagi.

Setelah lama berfikir Nana pun pusing, dia segera berjalan ke arah kamar mandi untuk mencuci muka di wastafel.

Setelah mencuci muka, Nana mengangkat kepala nya, namun di kaget kan oleh beberapa kakak tingkat nya yang dikenal sebagai ratu bullying.

"Heh bocah ingusan, lo murahan banget. Udah deket sama Sean, deket juga sama Melvin." Reva menarik rambut Nana hingga Nana mendongakkan kepala nya ke atas.

"Sakit kak lepasin." Nana berusaha memukul dan ingin melepaskan tangan Reva yang sedang menarik rambut nya, namun teman teman Reva malah memegangi Nana sehingga tidak bisa bergerak.

"Anak kayak gini enak nya di apain teman teman?"

"Di kasih pelajaran dong, biar kapok." Jawab teman teman Reva kompak.

Reva dan teman teman nya menyeret Nana ke dalam bilik kamar mandi lalu mengambil gayung dan menyiramkan nya di atas kepala Nana.

"Masih kurang." Ucap Reva sambil membuka satu persatu kancing baju Nana, lalu lanjut menyiram kan air lagi.

Setelah itu Reva mengambil spidol permanent lalu menuliskan nya di jidat Nana dengan kata MURAH. Setelah selesai Reva menggembok pintu kamar mandi lalu pergi tanpa rasa bersalah.

Di dalam kamar mandi, Nana hanya bisa pasrah dan berfikir apakah hidup nya akan berakhir di sekolah juga?

*****

"Nay, Nana ada di kelas?" Ujar Sean kepada Nayra teman Nana.

"Wah kamu nyariin kak? Apa kalian pacaran?" Nayra malah balik bertanya.

"Gue gak ada waktu buat jawab, pertanyaan gue itu ada atau enggak?" Sean menegaskan kata kata nya di akhir.

Nayra yang ketakutan itu langsung menjawab, "tidak ada, Nana dari pagi bel enggak masuk kelas. Tapi tas nya ada disini." Nayra menjelaskan panjang lebar, pasal nya. Nana sudah di cari juga tetapi tidak ketemu.

"Terima kasih." Sean langsung berlari ke arah ruang cctv, Sean langsung melihat rekaman pagi tadi. Dimana sang pacar sedang berjalan ke arah kamar mandi, namun setelah ditunggu 5 menit tak kunjung keluar juga.

Tanpa pikir panjang Sean memasuki kamar mandi wanita, lalu melihat satu pintu yang tergembok dari luar.

"Na! Kamu di dalam Na?" Sean mengetuk pintu di depan nya, berharap ada jawaban dari dalam.

Tuhan mengabulkan doa nya, karena dia mendengar suara yang sangat amat lirih.

"Iya aku di dalam." Setelah mendengar suara Nana, Sean pun mengambil kunci di tempat ibu pembersih bagian kamar mandi.

Karena Sean masih memikirkan sopan santun, Sean pun meminta tolong kepada ibu itu. "Bu tolong buka kan pintu kamar mandi yang terkunci itu. Di dalam nya ada orang bu."

Ibu itu mengernyitkan dahi nya. "Eh iya, tadi soalnya pas ibu bersih bersih semua pintu di buka, yaudah ayo nak." Ibu itu segera memasukan kunci ke dalam gembok lalu memutarkan nya dan tidak lama kemudian terbuka lah pintu di depan nya. Menampilkan kondisi Nana yang sudah sangat berantakan.

| | |

Haloo! Gimana ni chapter kali ini? Btw,

Jangan lupa vote ya, thank you.

ALSEANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang