12. Tertangkap

91 35 219
                                    

"Mikir yang bener dong! Kamu mau bunuh diri? Jelas jelas itu tinggi ngapain mau loncat gitu?" Ucap Sean marah.

Sean melihat Nana yang ingin menaikan satu kaki nya ke besi balkon, namun melihat itu Sean pun segera menarik nya sehingga lah Nana terjatuh di pelukan Sean.

Nana diam tidak menjawab pertanyaan Sean.

"Ikut aku!" Sean menarik tangan kanan Nana dan membawa nya ke arah meja makan.

"Ini obat apa?" Nana memegang obat tersebut sambil mengernyitkan dahi nya, dia merasa tidak asing dengan obat tersebut.

"Ini obat kamu, tadi aku abis dari rumah sakit yang pernah kamu kunjungi dulu. Kata dokter setelah minum itu akan mengurangi rasa cemas mu."

Nana tertegun mendengar penjelasan Sean, namun dia tidak mau seperti dulu tidak bisa lepas dengan obat obatan, dia sudah muak.

"Enggak! Aku enggak mau minum ini, aku udah baik baik saja." Ujar Nana sambil menutup bibir dengan menggunakan kedua tangan nya.

Sean yang melihat itu pun kesal dan akhirnya Sean memasukkan obat itu ke dalam mulut Sean sendiri. Lalu dia menatap Nana sedari dekat.

"Kamu mau ngapain? Kenapa kamu minum?" Di sela sela pertanyaan Nana, Sean pun langsung menempelkan bibirnya kepada bibir Nana dan dengan segera memindahkan obat itu dari mulut nya ke mulut Nana.

"Telan! Di muntahin awas aja." Sean memberi Nana segelas air. Dengan rasa takut dia pun segera meminum air putih agar obat nya cepat tertelan.

Setelahnya Nana pun perasaan Nana menjadi lebih tenang. "Al aku mau sekolah besok." Ucap Nana pelan.

"Udah belajar dirumah aja sama aku sayang." Sean khawatir jika kejadian itu terulang kembali.

"Ayolah sekali aja kamu nurutin aku, aku mau sekolah ya besok." Bujuk Nana terhadap Sean, Nana menatap mata Sean dengan mata puppy eyes nya.

Dengan begitu Sean pun tidak tega melihatnya hingga akhir nya dia pun mengalah dan membiarkan Nana besok sekolah.

Tetapi tidak semudah itu, dia akan menyuruh beberapa penjaga rumah nya untuk menjaga Nana dan selalu memperhatikan nya dari jauh.

"Aku ngantuk." Gumam Nana.

Sean yang mendengar itu tersenyum, Sean akui bahwa gadis nya itu sangat lah menggemaskan, Sean langsung mengangkat tubuh mungil Nana dan membawa nya ke kamar.

Nana diam dan tidak memberontak di gendongan Sean, Sean tau ini adalah efek samping obat tersebut yang memberikan rasa kantuk.

****

"Mau lo tuh apa sih?! Setelah mencelakai orang tua gue saat itu? Masih belum puas juga?!"

"Ya gue nggak akan pernah puas, gue pengen seumur hidup lo menderita." Jawab lawan bicara orang tersebut.

"Asal jangan lo ganggu orang terdekat gue, lo boleh sakitin gue aja."

"AHAHAHA tidak semudah itu, siapapun yang dekat dengan lo akan kena juga. Lo gak ingat? Lo bunuh cewek gue sialan." Orang itu berkata sambil menekan beberapa kata di setiap kalimat nya.

"Gue bunuh cewek lo? Lo udah salah paham sama gue, gue gak sejahat itu. Udah gue bilang itu kesalahan dia sendiri."

"Terserah! Gue gak akan pernah percaya sama yang katanya SAHABAT."

***

Hari ini akhirnya Nana kembali ke sekolah, kabar nya sih Reva udah di drop out. Nana agak sedikit bersedih mendengar itu karena pasti setelah nya akan susah di terima di sekolah mana pun.

"Kamu enggak usah takut lagi, dia udah di keluarin dari sekolah." Sean berkata sambil mengelus kepala Nana.

Menanggapi nya Nana hanya menganggukan kepala nya, "kamu udah minum obat nya?" Sean kembali bertanya.

"Udah, aku enggak mau ketergantungan sama obat Al. Kamu selalu nyakitin aku kalau aku ngelakuin salah dikit aja, tapi aku udah terlalu sayang sama kamu, nggak tau rasa sayang itu muncul pas kapan."

Mendengar jawaban kekasih nya itu Sean terdiam, dia sadar karena sifat dan ego nya itu selalu menyakiti perasaan Nana. Dia juga ingin berubah tetapi rasanya sangat sulit.

"Aku minta maaf, mau sembuh bareng bareng Na?" Tawar Sean sambil tersenyum. Mendengar jawaban Sean, Nana pun mengangguk sambil tersenyum sumringah.

Tidak lama kemudian mereka berdua pun terpisahkan karena masuk ke kelas masing masing.

Nayra yang melihat sahabat nya itu muncul di ambang pintu pun sangat senang.

"Lo kemarin kemana aja? Kok bisa sampai kejadian kayak gitu? Sekarang udah baik baik aja kan? Lo sama kak Sean pacaran?" Nana sudah dibuat pusing dengan pertanyaan bertubi tubi seperti itu.

"Aku jawab nanti, kamu bikin pusing pagi pagi." Jawab Nana dengan nada bercanda nya, dan Nayra dengan polos nya hanya menyengir lalu mata nya pun sampai ikutan tersenyum.

Tak lama kemudian guru mata pelajaran pun memasuki kelas karena bel sudah berbunyi, murid murid pun duduk dengan rapih.

"Nay kepala aku pusing, pikiran ku nggak tenang." Ucap Nana tiba tiba sambil gemetaran menangis, Nayra yang melihat nya pun bingung.

Termasuk Thalia teman sekelas Nana yang tempat duduk nya di baris sebelah Nana. "Na, are you okay? Ke toilet yuk?" Dengan cepat Thalia pun membawa Nana ke toilet dan Nayra dengan segera ke kelas Sean.

"Lo bisa cerita disini sama gue kalau lo mau, gue enggak akan maksa lo buat cerita." Ucap Thalia sambil terus mengusap punggung Nana.

"Aku enggak bisa cerita, aku susah buat cerita ke orang lain. Aku bingung sama diri aku sendiri." Jawab Nana terus membasuh muka nya di wastafel.

"Thal rasanya aku masih gemetaran, pusing banget." Lanjut Nana sambil duduk dan memegangi kepala nya.

"Gue nggak tau lo kenapa, tapi inget terus ya kalau lo ngerasa nggak berharga, lo itu sebenernya berharga banget. Mau bilang semangat juga lo nya nggak akan semangat kan karena bosen denger kata semangat? Jadi gue cuma mau bilang terima kasih buat diri lo yang udah bisa bertahan sampe sekarang."

Mendengar ucapan panjang dari Thalia, Nana terdiam. Seumur hidup nya dia benar benar baru mendengar kata kata seperti itu.

| | |

Jangan lupa vote nyaa ya, terima kasih!

Sampai jumpa di chapt selanjutnya.

ALSEANOWhere stories live. Discover now