His Birthday

206 17 0
                                    

🍏——————————🍏

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🍏——————————🍏

Waktu Mulai: 1995, tahun ke-lima

Netraku sedari tadi menunggu seorang laki-laki untuk masuk ke dalam aula besar. Tetapi, sudah dari beberapa waktu yang lalu, dia tidak menunjukkan kapan dirinya akan muncul. Aku menghela nafasku perlahan-lahan, seseorang di sampingku menepuk pundakku dan menatapku sambil tersenyum. Padma Patil.

“Tenang saja, dia pasti akan ke sini. Kau tidak perlu khawatir,” katanya menenangkan. Aku sedari kemarin tidak tau kemana laki-laki itu pergi–entah pergi atau bukan–yang pasti sudah dari kemarin aku tidak melihat dirinya. Ketika aku menanyakan keberadaannya kepada teman-temannya, tidak ada yang menjawab dan mereka hanya berlalu begitu saja atau menjauhiku.

Maka, rencanaku malam ini adalah pergi ke asramanya secara diam-diam tanpa ada yang melihatku. Sore berganti malam, sesuai waktu yang aku inginkan sedari tadi. Aku keluar dari kamar melalui ruang rekreasi secara perlahan-lahan. Jabatanku sebagai prefect mungkin tetap percuma karena ini bukan saatnya untuk aku berpatroli. Melalui tangga yang bergerak-gerak dari kastil bagian atas dan menuju ke Dungeon sangatlah melelahkan. Aku pernah memiliki ide langsung terjun dari tangga itu dan memperlambat diriku ketika sudah sampai di bawah dengan mantera Arresto Momentum agar tidak terlalu lama di tangga.

Sampai di sebuah lukisan asrama ular ini, aku menyebutkan kata kuncinya kemudian masuk perlahan-lahan, di dalam ruang rekreasi, ada beberapa anak tertidur. Aku berjalan dengan hati-hati, takut bagaimana akan ketahuan ketika aku menyelinap ke asrama mereka malam-malam begini demi bertemu dengan seseorang. Aku berjalan ke arah tangga lagi dan berusaha menemukan pintu kamar seseorang. Saat mataku menangkap pintu itu dengan jelas, aku langsung mengetuk pintunya. Pintu baru terbuka beberapa saat kemudian. Laki-laki dengan rambut berwarna pirang platina muncul di hadapanku dan aku langsung memeluknya erat ketika dia membuka pintunya.

Love, stay away from me. Aku sedang sakit, tidak ingin kau ikut menjadi sakit juga,” katanya kemudian dia melepaskan pelukanku yang baru beberapa detik itu.

Aku mengerucutkan bibirku. “Kalau begitu kita bisa sakit bersama-sama, Draco.” Kulihat, dia tertawa.

Draco menarik bibirku dengan dua jarinya. “Tidak, kalau kita sama-sama sakit siapa yang akan merawat kita?”

“Pergilah ke hospital wing atau mungkin kita bisa mengobati satu sama lain.” Aku berjalan menuju kasurnya kemudian menyenderkan badanku di kepala ranjang milik lelaki itu. “Sudahlah, Draco. Berhenti bersikap kau tidak ingin aku di sini dan tidak ingin memelukku. I know you want it.” Aku menjulurkan kedua tanganku, dia tertawa kemudian merangkak ke kasur dan memelukku sambil tengkurap. Meletakkan kepalanya di dadaku sementara aku memainkan rambutnya.

I'm fucking miss you so much, love. Sakit ini menyusahkanku, aku tidak bisa memelukmu seharian.” Lelaki yang meletakkan kepalanya di dadaku kemudian mendusel-dusel di sana. “Aku rindu aroma mu. Bunga lavender, kopi dan caramel.”

Philocalist | OS Draco MalfoyWhere stories live. Discover now