⎙ 동맹국 Ꮺ

2.6K 571 26
                                    

BAB 3

동맹국 ( Sekutu )

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

KEESOKAN HARINYA AKU BERJALAN KE ARAH JENDELA KAMARKU. Lalu membuka jendela tersebut, sinar cahaya ilahi seketika menghantam mukaku yang berkilauan tanpa dosa- untuk saat ini, kalau udah lama mungkin saja aku bisa ketularan gila.

Hah, betapa indahnya pemandangan ini. Semilir angin sejuk menerpa mengenai mukaku-

Ukh!

Gajadi, aku menarik kembali kalimat ku! Sialan, baru saja mensyukuri aku sudah mencium aroma darah. Pelayan bodoh mana lagi yang pagi-pagi membiarkan darah tercium olehku?!

Aku menatap ke bawah. Ah, aku tau siapa pelayan itu. Itu adalah pelayan nya Leilin, Anne. Aku memangku pipiku, "haaaah, membosankan. Menunggu kepergian Benjamin akan memakan 3 bulan lagi. Aku harus benar-benar matang menyiapkan semuanya."

Saat Benjamin masuk akademi, hanya (Name) lah yang tidak memberikan salam perpisahan. (Name) mengurung dirinya di kamar, setelah Benjamin pergi dengan jangka waktu 2 jam (Name) langsung pergi dari mansion Agriche ini.

Benar-benar tali persaudaraan yang buruk. Aku bertanya-tanya hal apa yang mendasari ini semua, tidak mungkin kan ada asap tapi tidak ada api? Karena itu. Ayo cari sumber apinya.

Karena itu...

Aku harus siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

CAKE MOUNTAIN

KRING!

"Selamat data-" Ucapannya segera terhenti ketika melihatku. Dia dengan segera berdiri dan terlihat gugup sekaligus resah, pelayan yang kemarin masih bersamaku pun juga berdiri tepat di sampingku.

Sepertinya karena dia tau akan ku buang, dia langsung bersikap baik. "Bagaimana dengan pesananku?"

"Sudah kami siapkan, untuk pelayan anda..." Ucapannya ia gantung sambil melihat kearah pelayan yang bersamaku. Aku yakin dia pasti ingin mengusir pelayan ini, melihatku yang menatapnya tegas dia tanpa ragu melanjutkan lagi kalimatnya, "silahkan tunggu di sini. Akan saya siapkan segelas teh hangat dengan roti coklat."

Pelayan itu tidak terima, "apa maksud anda? Saya adalah pelayannya. Dan saya harus selalu-"

"Kau bangga sekali mengakui dirimu sebagai pelayan." Potongku, bagaimana ya, dia ini aneh sih. Bisa-bisanya dengan bangga mengakui sebagai pelayan. Derajat pelayan kan rendah dimata siapapun.

"Jangan ngeyel. Diam di sini." Ucapku tegas. Tanpa menunggu protesannya, aku berjalan masuk ke dalam pintu belakang.

Barista itu tersenyum ̶m̶a̶n̶i̶s kemenangan saat melihat nya, "mau ku tuangkan tehnya?"

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

KRIEEETT

Aku membuka pintunya dengan perlahan, pintu itu mengeluarkan suara decitan. Aku menatap ke arah pria tua yang duduk di sofa dengan sebatang rokok di jarinya, "kau pasti kehilangan arah, nak." Ujarnya tanpa melihat ke arahku.

"Tidak. Saya pikir saya tidak kehilangan arah." Bantah ku. Tapi apalah daya, sepertinya pria tua ini keras kepala. Pasti sandwich generation. Canda.

EQUANIMITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang