0𝟯𝟱 ; 𝗪ho 𝗮re 𝗬ou?

939 226 24
                                    

TERJEBAK dalam tubuh seorang penjahat yang ditakdirkan mati dalam kondisi menyedihkan adalah sebuah kutukan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

TERJEBAK dalam tubuh seorang penjahat yang ditakdirkan mati dalam kondisi menyedihkan adalah sebuah kutukan.

Aku menjalani kehidupan yang dikutuk oleh Dewa.

Aku tidak mengerti, kenapa aku harus menjalani kutukan ini?

Tidak ada yang mengerti isi pikiranku. Rena, Johan, Isis, tidak ada yang mengerti!

Menjadi satu-satunya yang mengetahui akhir dari dunia ini membuatku gila.

Aku tidak bisa bertahan.

Ketika pertama kali aku masuk ke tubuh ini, setiap malamnya aku selalu berdoa kepada para Dewa untuk segera memulangkan ku ke dunia asli ku, dan berharap setiap pagi yang menyambutku adalah omong kosong belaka.

Aku selalu berdoa.

Berdoa, berdoa, berdoa, berdoa tanpa terputus setiap malamnya.

Tapi sampai sekarang.. aku masih di sini, kan?

Tidak ada yang berubah.

Semuanya menggila. Semuanya, merusakku.

Bahkan ketika aku mulai bersandar pada Jeremy, dan mengharapkan cintanya, semuanya kembali hancur.

Hancur.

Milikku direnggut.

Oleh seorang rakyat jelata.

Kalau begitu, apa artinya seluruh perjuanganku? apa artinya dari aku yang selalu menahan teriakan setiap kali cambukan datang mengarah ke tubuhku?

Untuk apa aku bertahan?

Untuk siapa aku hidup?

Bahkan jika aku berkata pada mereka bahwa aku bukanlah (Name) Agriche, melainkan sebuah jiwa yang terperangkap di sini, mereka hanya akan menganggapku gila.

Karena itu, aku tidak pernah berharap seseorang akan mengetahui aku bukan berasal dari dunia ini.

Tak pernah. Sekalipun.

"... Begitu rupanya," aku meletakkan artefak sihir di meja dekatku. "Jadi anda sudah tahu dari awal kalau saya bukan dari sini?"

"Karena itu anda mendekati saya?"

"Ya." Pak tua itu mengangguk dengan keyakinan yang terpancar jelas di matanya.

"Apa tujuan anda?"

Pak tua itu menatapku, dari atas sampai bawah. Lalu kembali fokus ke wajahku, "membawamu pulang."

Deg!

Detak jantungku berhenti.

"Saya... bisa pulang?" tubuhku kaku, detak jantungku tak bisa berdetak setelah mendengarnya. "Saya? sungguh?"

EQUANIMITYWhere stories live. Discover now