0𝟯𝟰 ; 𝗪ho 𝗮re 𝗬ou?

1K 238 32
                                    

DAN DI SINI LAH AKU BERADA

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

DAN DI SINI LAH AKU BERADA. Di dalam kereta kuda yang berjalan dengan kecepatan rata-rata, dengan kereta kuda yang berada gorden dan kursi yang empuk.

Aku sudah membulatkan tekad ku untuk pergi ke Kekaisaran Obelia. Tentu saja dengan mengirimkan surat ke keluarga Kekaisaran dan menunggu balasan.

Ketika balasan itu sudah tiba, aku langsung menghadap ke Lante dan menunjukkan surat itu ke depannya.

Entah kenapa, aku bangga menunjukkannya. Lante juga menyeringai dan berkata, "pergi sana, cucu tolol."

Tapi, bagian buruknya itu...

Jeglek

Jeglek

Aku... satu kereta kuda dengan Grizelda.

Mau menghilang saja. Rasanya sangat sesakk! aku meringis dalam hati.

Bukan tanpa alasan aku dan Grizelda berada di kereta kuda yang sama. Karena Deon dan Medea pasti mengirimkan mata-mata untuk mengawasi ku, aku ditempatkan bersama Grizelda.

Mereka tidak akan macam-macam jika tahu aku tidak sendirian.

Dan lagi, Grizelda juga diberikan tugas oleh Lante untuk pergi ke daerah perbatasan. Jadi, untuk sekalian menipu mata-mata yang dikirimkan, aku dikirim bersama Grizelda.

Ini rencana efektif, namun juga berbahaya. Aku meringis dalam hati.

"Kekaisaran Obelia terkenal dengan ciri khas mereka, yaitu mata permata." Grizelda tiba-tiba berucap.

"Ah, saya sudah dengar." Aku mengangguk mengerti.

Grizelda menatapku. "Santai saja. Seperti tidak pernah mengancamku saja."

JUSTRU KARENA ITU!! aku berteriak. "Terserah."

"... Deon itu.." Grizelda membuka suaranya, "anak yang menyebalkan, penuh ambisi, kejam, dan berdarah dingin. Dia tidak memiliki perasaan sama sekali."

"... aku tahu."

"Aku sangat terkejut ketika mengetahui Deon akan menikahi Medea." Grizelda masih menatap ke arah bukunya, tidak melihat sedikitpun ke arahku. "Aku sudah tahu ini akan terjadi."

"Aku sudah tahu, pasti akan ada yang memberontak." Grizelda mengulas senyum tipisnya, "dan ternyata itu kamu, keponakanku."

"Darah memang tidak bisa berbohong, ya." Grizelda menutup bukunya, matanya menelisik ke arahku.

Sepertinya dia melihat seseorang di dalam diriku.

Tapi, aku memilih untuk diam.

Begitupula dengan Grizelda yang diam.

Kereta kuda akhirnya berhenti, membuat Grizelda bersiap-siap untuk turun. Sebelum itu, Grizelda memakai tudungnya dan mengambil tas miliknya.

Klek

EQUANIMITYWhere stories live. Discover now