⎙ Empire Party (1) Ꮺ

1.7K 432 93
                                    

DAN DI SINILAH AKU BERADA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DAN DI SINILAH AKU BERADA. Di atas kasur, bergelut dengan selimut seperti orang sakit. Setelah insiden semalam, aku memutuskan untuk tidak ikut dengan sarapan bersama.

Rasanya, mendengar kata makanan saja aku ingin kembali muntah. Sehingga sedari tadi, aku hanya meminum air.

Johan tidak banyak berkomentar mengenai kejadian ini, tapi berbeda dengan Rena yang terus menerus mengomel. Membuat kamarku penuh dengan ocehan perempuan bersurai putih mata merah itu.

Aku menutup telingaku, "Renaa! berisik!" racauku.

"Nona harus berjanji pada saya untuk membakar habis mereka semua!" seru Rena membanting keranjang berisi wol di atas meja.

"Iyaa!"

Tok! tok!

Tiba-tiba pintu terbuka, aku dan Rena menoleh ke arah pintu yang menampilkan Johan dengan...

Keira?

Apa yang anak itu lakukan di sini?

"Nona," Johan memanggilku dengan senyum tipisnya, "ketika saya ingin masuk, saya melihat Nona manis ini mengintip dari luar."

"Keira." Aku segera duduk di kasur, Johan membimbing Keira ke dekatku. Apa yang dimaksud dengan mengintip? kenapa Keira mengintip?

Keira terlihat manis dengan gaun berwarna ungu muda dan pita putih. Tunggu, sepertinya aku mengenali gaun ini?

Ini kan....

Gaun yang kupilihkan bersama Leilin?

"Kakak..." suaranya yang memanggilku seketika langsung menyadarkanku. "Bagaimana kabar Kakak?"

Aku bergeming sejenak, "lebih baik dibandingkan semalam."

"Maafkan aku!" Keira berujar dengan agak berteriak, membuatku melebarkan mataku terkejut. "Karena Kei, Kakak sampai dicambuk.. pasti sakit, ya Kak?"

"Jika kau bertanya bagaimana rasanya, tentu saja sakit." Balasku malas, aku menyenderkan tubuhku di senderan kasur.

"Kenapa kau mengintip, Keira?" tanyaku, mengabaikan Rena yang menatap tajam ke arahku.

"Kei..!" Keira memilin tangannya dengan gugup, dia semakin terlihat menggemaskan. "Kei, ingin bertemu dengan Kakak..."

"Sudahkan? sekarang lebih baik kau keluar." Usirku, memijat keningku yang rasanya sakit.

Keira menatapku dengan tatapan memohon, sepertinya dia tidak mau meninggalkan kamar ini. "Tapi Kei mau.."

"Nona (Name) membutuhkan istirahat setelah kejadian semalam." Ujar Rena tanpa menatap Keira. Dia sibuk dengan setumpuk wolnya.

Keira merasa bersalah, dan aku tahu itu. Anak ini pasti terlalu dini untuk menyembunyikan perasaannya.

Tapi, "keluar, Keira."

EQUANIMITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang