050 ; the Long Night

843 211 22
                                    

TW // BLOOD, HARSH WORDS, SEXUAL ABUSE

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

TW // BLOOD, HARSH WORDS, SEXUAL ABUSE. Semua yang ada di sini bertujuan untuk entertainment dan tidak ada sangkut pautnya dengan karakter asli.

Tolong ingat bahwa tindakan yang ada di sini tidak diperbolehkan dipraktekkan di dunia nyata maupun dibahas di platform lain maupun di akun lain, selain di Wattpad dan akun @Asyaaliennie.

Mohon pengertiannya, Sunnies. Karena chapter ini mengandung hal yang amat sangat sensitif dan tidak nyaman. Terima kasih, selamat membaca ❤.

━━━━━━━━━━━━━━━━

KEIRA menangis dipelukanku. Aku menemukan gadis itu di belakang aula. Ketika gadis itu melihatku datang, dia langsung berlari ke arahku dan memelukku.

Aku tahu kondisi Keira sulit. Jennette adalah sahabatnya, tapi di sisi lain, Jennette telah merebut tunangan kakaknya.

Dan hubungan kami baru membaik, itu membuat Keira pasti merasa bersalah padaku, juga pada Jennette.

Aku tidak berucap apapun, aku hanya membiarkan gadis itu menangis di pundakku.

Aku tidak bisa membenci gadis ini.

"Keira.. (Name).." Leilin datang dari belakang, wanita itu dengan segera menghampiri kami berdua.

Leilin mengusap-usap kepala Keira, berusaha untuk menenangkan gadis itu, sementara tangan satunya lagi dia letakkan di bahuku.

"Maafkan aku, Kak.. maafkan aku.." Keira bergumam di sela-sela isakan tangisnya.

Aku dan Leilin hanya terkekeh, "dasar cengeng," ejek Leilin, "kejadian itu bukan kesalahanmu."

"Benar." Aku mengangguk setuju, masih berusaha untuk menenangkan gadis itu.

Keira menggelengkan kepalanya, "aku.. aku bersalah, kak (Name), maaf..."

Ah, yang dia maksud itu kejadian itu. Aku mengangguk, "aku tidak pernah bisa membencimu."

Karena faktanya, aku hanya bisa menerima Leilin dan Keira sebagai keluargaku.

Tidak ada perasaan amarah di dalam tubuhku jika itu mengenai mereka berdua.

***

Kami mengantarkan Keira ke kamar asramanya. Di dalam sana sudah ada Athanasia, sepertinya dia sudah diantarkan oleh kedua kakaknya.

Walaupun sempat terkejut melihat kehadiranku, Athanasia tetap menunjukkan perilaku sopan-nya padaku. Dia bahkan berterima kasih karena sudah mengantarkan Keira ke kamar.

Aku menghela napas, kami berdua sekarang sedang jalan bareng. Tidak ada pembicaraan lebih lanjut di antara kami berdua.

Leilin mengantarkan ku ke kamar asrama. "Kamu tidak keracunan, kan?"

EQUANIMITYWhere stories live. Discover now