⎙ 새로운 동맹 Ꮺ

2.2K 559 34
                                    

Chapter 6

새로운 동맹  ( Sekutu Baru )

❝HUH ? BENJAMIN AKAN PERGI KE AKADEMI 1 MINGGU LAGI ? ❞ Aku menatap terkejut ke arah Johan, Johan mengangguk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

HUH ? BENJAMIN AKAN PERGI KE AKADEMI 1 MINGGU LAGI ? ❞ Aku menatap terkejut ke arah Johan, Johan mengangguk. Gawat! Aku benar-benar lupa! Aku melempar begitu saja koran/majalah(?) yang sedang ku baca itu. "Sialan! Kalau Benjamin sudah pergi, ini tandanya akan ada banyak kesialan terjadi padaku!"

Bagaimana tidak?! Lucas si anak cowok satu-satunya di mansion ini pasti akan membuat ulah.

"Johan, kita harus menemui Rena!" Seruku, kita harus ke ibu kota. Sekarang juga!

Johan mengangguk, "akan segera saya siapkan kereta kuda, nona."

Pintu dibuka begitu saja, seorang perempuan yang kuyakin lebih tua 2 tahun dariku muncul dengan muka badmood nya, "hey, kau. Dipanggil sama Tuan Duke."

"Bilang aku sibuk." Acuh ku, mengikat rambutku kuncir kuda, lalu menyembunyikannya di sela-sela gaun simpelku.

"Lagi?" Tanya perempuan itu, Johan memutar bola matanya malas. "Anda harus bergegas. Tuan Duke memanggil mu."

Aku melangkah kakiku maju ke depannya, "minggir." Dia tidak bergeming.

Huft, dasar. "Johan." Hanya dengan panggilan itu aku yakin Johan paham, Johan langsung menyingkirkan secara paksa perempuan itu.

Aku berjalan ke arah kanan, baru beberapa langkah, aku menemui Deon. Langkahku berhenti, jantungku mencelos seketika, sosok yang paling ku hindari.

Aku menggeram, "Deon.." Lirih ku, yang beruntungnya hanya terdengar oleh Johan.

"Aku memanggilmu." Ucapnya menatapku dalam.

"Saya menolaknya." Balasku tegas, berusaha mengabaikan rasa gemetar yang menyelimuti tubuhku dari atas sampai bawah. Tanganku tremor, tapi aku berusah menyembunyikannya.

"Aku tidak menerima penolakan."

"Dan saya tidak menerima sanggahan."

Kilat permusuhan seolah dapat dilihat dari kami berdua, sebelum akhirnya Deon menghela nafas dan berucap. "Kau akan dijodohkan dengan Jeremy."

"Ditolak." Balasku langsung, tanpa berpikir berkali-kali. Jawaban itu sudah tersedia di otakku.

Deon mengangkat alisnya, "kau yang merengek-rengek kepadaku. Dan sekarang kau menolaknya? Kau mau mati?"

"Iya." Jawaban yang sepertinya diharapkan keluar dari mulut ku, "saya memang mau mati."

Baru tau? Kampungan!

Deon mengulas seringai nya, tatapan intimidasi itu berhasil membuat seluruh pertahanan ku hancur begitu saja. "Kalau begitu, mati sana." Dia pergi meninggalkan ku, setelah dia pergi hanya ada keheningan.

EQUANIMITYWhere stories live. Discover now