037 ; It's Nice to Have a Friend

922 233 20
                                    

AKU menatap ke arah Aria yang sedang sibuk menata beberapa bantal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

AKU menatap ke arah Aria yang sedang sibuk menata beberapa bantal. Dengan sesekali dia yang bergumam, melontarkan kata-kata makian.

"Nah, duduk di sini, (Name)." Aria menepuk sebelahnya, aku duduk di sana.

"Ada apa?"

"Tiga hari lagi kakakku akan pergi ke Istana paman Anastacius." Aria bercerita, aku mengangguk mengerti maksud dari ucapannya. "Aku diajak sih, tapi aku menolaknya."

Kakak Aria, Clerivan De Alger Obelia adalah seorang pangeran yang memiliki rambut pirang panjang dikuncir satu, mata birunya dilapisi kacamata.

Walaupun begitu, Clerivan adalah seorang jenius.

"Ibu benar-benar menyukaimu, ya." Aku tersentak ketika Aria mengucapkan itu. "Kamu harus berbicara dengan ayah, ayah tau caranya memenggal kepala orang."

"Tidak butuh," tolak ku, "aku tidak mau mengotori tanganku."

"Lagi pula, sudah ada orang yang akan melakukan itu untukku." Lanjut ku dengan percaya diri.

Aria mendenguskan hidungnya. Merasa agak kesal dengan ucapanku, tapi dia sendiri tidak bisa menolak maksud dari ucapanku.

Aku tersenyum tipis melihat respon Aria. Tiba-tiba Aria menoleh ke arahku, "sebentar lagi ulang tahunmu."

Ah..

"Apa yang kamu inginkan?"

Aku terdiam. Merasa tersentuh dengan sikap Aria yang mengingat tanggal ulang tahunku.

Aku terkekeh, "banyak."

"Huh? sebutkan saja satu-satu," Aria dengan bangganya menunjuk ke arah dirinya sendiri, "jangan meremehkan harta Kekaisaran Obelia!"

"Saya tidak seberani itu untuk meremehkan kondisi finansial, Tuan Putri Aria~" aku berujar, memberikan senyum ledekan ke arah Aria, "saya hanya mengkhawatirkan tindakan boros Tuan Putri~"

"A-APA KAMU BILANG?!" Aria memerah malu dengan ejekan ku, "u-untuk apa ayahku, sang kaisar menghasilkan banyak uang jika tidak dipakai untuk foya-foya?"

"A-APA KAMU BILANG?!" Aria memerah malu dengan ejekan ku, "u-untuk apa ayahku, sang kaisar menghasilkan banyak uang jika tidak dipakai untuk foya-foya?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
EQUANIMITYWhere stories live. Discover now