08

781 232 39
                                    

Siswa-siswa D'Graham tak kenal kata menyerah secepat apa pun Elon berlari. Mereka berhenti cukup dekat dari tempat persembunyian Elon. Tak ada cara lain selain menunggu orang-orang itu menjauh.

Saat Elon mengawasi sekitar, keberadaan Aneta yang sedang sendirian mengalihkan perhatian Elon sepenuhnya pada cewek itu. Lokasi mereka sekarang tak bisa dikatakan dekat dari STARA.

"Ngapain dia di sini?" Elon menahan kakinya agar tak gegabah dalam mengambil bertindak. Suara percakapan siswa-siswa D'Graham itu masih terdengar walau samar-samar. Detik demi detik suara mereka semakin jelas. Elon tambah waspada dan tetap bersembunyi di tempatnya.

"Lihat cewek yang di sana?"

Pertanyaan salah satu siswa D'Graham membuat Elon langsung memusatkan perhatiannya pada Aneta.

"Cewek yang di sana anak STARA, tuh."

Elon nyaris berdecak.

"Deketin ayo."

"Buat apaan?"

"Tanyain aja siapa tahu lihat bocah tadi. Ah, lupain aja soal dia. Mending ajak cewek itu kenalan."

"Ide bagus, tuh. Stok cewek STARA di kontak bakalan nambah, nih."

Elon langsung keluar dari tempat persembunyiannya setelah memikirkan cara untuk mengatasi situasi yang menyebalkan ini. Mereka masih saja membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan cewek STARA.

Posisinya sekarang tak disadari oleh empat orang yang sedang bersiap-siap menuju Aneta. Elon tak berlari karena khawatir suara sepatunya akan mengalihkan perhatian keempat siswa D'Graham itu, tetapi Elon langsung berlari kencang menghampiri Aneta setelah keberadaannya disadari oleh salah satu dari mereka.

"ITU DIA! CEPETAN KEJAR!"

Teriakan dari cowok-cowok itu membuat Aneta yang sedang melamun jadi terkejut. Dia lebih terkejut lagi karena kehadiran Elon ditambah cowok itu menyambar tangannya secepat kilat, menggenggamnya dengan erat, lalu membawanya kabur entah ke mana.

"E—lon?" Aneta gelagapan sambil menatap Elon yang memaksanya berlari.

"Lo bisa lari kencang?" Elon tak berhenti berlari dengan cepat hingga membuat Aneta kewalahan.

Aneta tak menjawab apa pun. Dia hanya menoleh dan melihat beberapa cowok mengejar mereka. Tampang mereka secara alami berwajah mesum, membuat Aneta bergidik ngeri dan kembali menghadap ke depan. Lari Aneta yang lebih lambat membuat cowok-cowok itu semakin dekat hingga nyaris menjangkau Aneta. Dia bukan pelari yang baik, tetapi kecepatan larinya hampir bisa mengimbangi kecepatan lari Elon karena diliputi oleh rasa takut akibat kejaran dari cowok-cowok di belakang sana.

Elon berbelok di area yang penuh lorong-lorong kecil dan sempit. Ketika yang dia tuju ternyata buntu, Elon tak ada cara lain selain tetap di sana dengan bersembunyi di balik papan kayu yang terlihat lapuk.

"Argh, di mana! Cari cepetan!"

"Harusnya masih kelihatan. Pasti sembunyi di suatu tempat! Nggak mungkin hilang gitu aja!"

"Lewat sini!"

Suara langkah yang semakin menjauh, membuat Aneta ingin bergerak. Namun, ada suara langkah lainnya yang terasa dekat.

"CARI DI SANA! GUE CARI AREA SINI! MEREKA NGGAK AKAN JAUH!"

Aneta tak bisa bergerak karena antara khawatir ketahuan oleh siswa-siswa D'Graham dan khawatir papan lapuk yang menyembunyikannya itu roboh.

Selain itu posisinya dengan Elon juga terlalu dekat. Bukan sekadar dekat biasa, tetapi nyaris berpelukan.

Ah, tidak.

Mereka memang berpelukan.

Elon benar-benar memeluknya. Cowok itu juga tak bisa bergerak satu inchi sekalipun. Kedua tangannya melingkar di punggung Aneta.

Walau tak melingkar dengan erat, tetapi Aneta bisa merasakan tangan Elon di punggungnya. Kepala Aneta sejak awal berada di dada Elon, membuat Aneta bisa mendengar detak jantung Elon yang kencang. Sekencang dekat jantungnya sekarang.

"Pasti karena habis lari!" seru Aneta dalam hati. "Wajar, sih, tadi tiba-tiba lari. Mereka kayak zombie ngejarnya. Nyeremin banget. Duh, sampai kapan, ya, posisi gini? Mereka udah pergi belum, ya? Suara jantung Elon makin kencang...."

Pikiran Aneta semakin kacau. Dia tak bisa membiarkan pikirannya jadi kosong. Tubuhnya jadi semakin lemas sekarang.

Elon meneguk ludah ketika Aneta semakin bersandar ke dadanya karena Aneta tak lagi menahan tubuhnya seratus persen.

Elon hanya refleks memeluk Aneta tadi dan karena mendengar suara siswa-siswa D'Graham yang mendekat, dia terkunci dalam posisi ini. Dia tak bisa mengontrol rasa gugupnya sampai sekarang. Suara detak jantungnya semakin kencang, membuatnya khawatir jika saja jantungnya tiba-tiba meledak.

Aneta pun sama. Keheningan yang tercipta membuat pikirannya jadi tak keruan. Satu-satunya jawaban yang bisa dia ketahui dari penyebab jantungnya berpesta saat ini adalah karena lari. Dia terus mengulang pembahasan yang sama dalam hati.

Tak ada lagi suara langkah yang mengarah pada sekelompok siswa D'Graham. Keduanya kembali berusaha lebih fokus pada kewaspadaan mereka terhadap siswa-siswa D'Graham dan mengenyahkan sejenak rasa gugup karena kedekatan mereka satu sama lain.

Lingkaran tangan Elon mengendur di punggung Aneta. Aneta menjauhkan kepalanya dari dada Elon dan matanya langsung fokus untuk mengintip lewat celah kecil pada papan. Tak ada siapa-siapa. Tempat persembunyian itu tak gelap. Ada cahaya yang masuk dari arah atas sehingga ketika Aneta menoleh, hal pertama yang dia pandangi adalah wajah Elon yang jelas.

Aneta tertegun dan langsung mengalihkan pandangannya. Dia tak sanggup. Baru kali ini melihat seorang cowok dari jarak sedekat ini.

"Lo kenapa bisa ada di sana?" bisik Elon.

"Hah? Oh. Itu tadi gue ke minimarket terus nunggu Kakak di sana." Aneta mengibas lehernya dengan tangan. Dia merasa gerah. Diliriknya Elon yang sedang sibuk mengamati situasi di luar sana. "Lo sendiri? Kenapa bisa dikejar-kejar sekolah sebelah? D'Graham, kan? Dari seragamnya kayaknya iya."

Tanpa Aneta sadari, dirinya jadi banyak bicara.

Elon mengernyit saat mendengar suara percakapan samar-samar dari beberapa cowok. Meski belum melihat jelas, tetapi yang ada di bayangan Elon setelah mendengar suara percakapan mereka adalah sekumpulan siswa SMA. Meskipun belum pasti mereka adalah siswa-siswa yang mengejarnya tadi, tetapi Elon tetap di tempat karena khawatir Aneta akan terlibat lebih jauh jika ketahuan.

Elon menaruh telunjuknya di depan bibir, lalu menoleh kepada Aneta untuk memberitahukan kekhawatirannya. Bersamaan dengan itu, Aneta juga menoleh kepadanya.

Elon sampai lupa apa yang ingin dia katakan karena telunjuknya baru saja menempel di bibir Aneta secara tak sengeja.

***


thanks for reading!

love,

svrinai

Blooming FlowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang