16

774 239 51
                                    

Semua guru yang seharusnya mengajar sedang rapat di jam pelajaran kali ini. Guru yang mengajar di kelas X IPA hanya memerintahkan kepada murid kelas itu untuk belajar sendiri sampai rapat selesai. Hanya beberapa orang yang menjalankan perintah tersebut, termasuk Aneta yang saat ini berusaha fokus untuk membaca teori dari buku paket.

Benar. Dia sedang berusaha fokus. Di belakang sana ada beberapa murid yang terdengar asyik bercengkerama walau terkadang ada yang bertengkar kecil. Alona, Dania, Rangga, Mulyo, Key, dan bahkan Geisha yang pasrah saja ketika Dania menariknya untuk duduk di lingkaran itu.

Dan satu lagi yang tak mungkin tak ikut; Elon.

Cowok itu yang menjadi penyebab Aneta menolak ajakan Alona untuk ikut dalam permainan truth or dare. Meskipun Aneta belum pernah memainkan permainan itu. Ketika SMP, dia hanya melihat para murid melingkar dan memainkan permainan itu dengan berbagai keseruan. Hanya saja Aneta tak begitu memperhatikan karena dia lebih fokus mengerjakan tugas sekolah.

"Aneta! Lo juga sini, dong. Ikut main!" seru Alona sembari bangkit dari duduknya, lalu dia menghampiri Aneta dan memeluk lengan cewek itu. "Ayooo, biar genap delapan orang. Geisha aja mau masa lo sebagai teman sebangku gue nggak mau?"

Aneta meneguk ludah. Tampaknya memang menarik. Dia menoleh pelan ke belakang sana dan melihat Elon sedang duduk bersila sambil bertopang dagu dan melihat ke arahnya dengan alis terangkat tinggi-tinggi.

"Enggak, ah," balas Aneta saat dia kembali menatap ke depan dengan buru-buru.

"Ayo, dooong!" Alona menarik pelan lengan Aneta.

"Ya udah." Aneta menutup bukunya dan menatap Alona dengan tatapan pasrah.

Alona tersenyum. "Ikhlas, kan?"

"Iya," balas Aneta, lalu dia berdiri dengan gugup.

"Yeeey, akhirnya Aneta mau ikut. Sekali-kali main biar seru jangan belajar mulu!" Dania bertepuk tangan dengan senang sembari melirik Elon. "Kayaknya ada yang senang banget, nih."

Semua yang mendengar Dania tak mengatakan apa-apa. Mereka cukup tahu saja siapa yang Dania maksud. Aneta mengisi bagian yang kosong, tepat di samping Alona. Akan tetapi, dia jadi bergeming sesaat ketika menyadari dirinya berhadapan lurus dengan Elon.

"Oke, sekarang kita berdelapan, ya." Alona menepuk tangannya satu kali. "Sesuai kesepakatan awal gue yang akan mulai putar botolnya."

"Gue, woi!" sahut Key.

"Kan dari awal udah sepakat kalau gue bisa manggil yang lain main gue yang mulai!"

Mulyo memegang ujung botol. "Kalau gitu gue aja."

Rangga merampas botol. "Ah, berisik kalian."

"Geisha handphone lo mana? Mau foto dulu." Dania menengadahkan tangannya ke arah Geisha.

"Ah, gue kan lupa bawa," balas Geisha.

Para pemain sedang sibuk dengan urusan masing-masing, kecuali Aneta dan cowok yang ada di depannya. Hanya mereka yang diam. Walau tak melihat langsung, tetapi Aneta merasa bahwa Elon sedang menatapnya. Aneta mencoba berani dengan memandang cowok itu dan benar saja Elon tengah memandangnya. Bahkan cowok itu tak memalingkan pandangan sedikit pun ketika ketahuan.

Aneta mengangkat alisnya. Ketika Elon tersenyum kecil, Aneta langsung mengalihkan perhatiannya ke arah lain.

Dia kalah telak.

"Oke!" Alona penepuk tangannya dengan kencang sehingga yang lain diam dan memperhatikannya. "Kita buat kesepakatan. Dare nggak boleh yang aneh-aneh apalagi sampai bikin pemain atau orang lain celaka. Bagi yang nggak bisa jawab pertanyaan truth, harus dihukum dengan cara hem... ada saran?"

Blooming FlowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang