33

834 216 34
                                    

Aneta bingung. Elon menjadi berbeda akhir-akhir ini. Tepatnya, hari setelah Elon mengajaknya ke kafe.

Ketika ketiga teman Elon memaksanya untuk bergabung bersama Aneta dan yang lain, Elon langsung pergi entah ke mana. Walau kadang Elon masih memandangnya, tetapi tidak menyapa. Hanya senyum tipis yang diberika Elon pada Aneta, itu pun hanya sekilas. Nyaris tak terlihat jika saja Aneta berkedip di waktu yang bersamaan.

Aneta bertanya-tanya bahkan menyalahi diri sendiri, mungkin saja ada kesalahan yang dia lakukan hari itu hingga membuat Elon menghindar. Akan tetapi, dia mengingat dengan pasti bahwa bahkan mereka berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing tanpa ada masalah sedikit pun.

Bukan hanya Aneta yang menyadari perubahan Elon, tetapi teman-teman dekat Elon maupun Aneta juga merasakannya. Elon yang biasanya berusaha mengambil kesempatan untuk selalu di sisi Aneta kini tak lagi melakukan hal demikian.

"Lo beneran nggak mau ke kantin?" tanya Alona, bingung dan juga khawatir. Dua hari ini Aneta menjadi murung. Alona menduga penyebab semua ini pasti karena Elon yang entah kenapa bersikap tak biasa sampai membuat teman sebangkunya galau.

Sekarang saja Elon pergi entah ke mana. Dia langsung buru-buru keluar kelas sesaat setelah guru keluar melewati pintu.

"Kami tinggalin nggak apa-apa?" Dania membungkuk. Kepalanya menoleh kepada Aneta yang sedang menaruh wajah di atas kedua tangan yang terlipat. "Mau titip nggak? Nanti langsung gue bawain."

"Nggak usah, Dan. Makasih banget," kata Aneta pelan. Tak mau mengangkat matanya yang memanas. "Kayaknya gue ngantuk."

"Ya udah, nanti kalau ada apa-apa atau mau pesan sesuatu langsung chat aja, ya?" tanya Dania dan Aneta langsung mengangguk.

Dania, Alona, dan Geisha segera pergi dari kelas. Aneta melirik kepergian mereka tanpa mengubah banyak posisinya semula. Perutnya terasa sakit. Dia diam-diam menghirup minyak kayu putih sejak tadi. Selain itu, pikirannya sedang tak keruan. Belum lagi perasaan malas yang muncul membuatnya ingin tidur.

"Ke UKS nggak, ya," gumamnya, lalu menghela napas panjang. Dia membayangkan berbaring di kasur UKS dengan nyaman. Aneta akhirnya menegakkan punggung dan perlahan-lahan berdiri untuk keluar kelas. Langkahnya pelan. Ditumpahkannya minyak putih yang banyak ke telapak tangannya, lalu dia usapkan ke seluruh lehernya.

"Eh, eh, si Aneta udah nggak dideketin Elon lagi, ya?"

Aneta langsung menghentikan langkah sebelum melewati pintu. Kelas sedang kosong, tetapi beberapa murid IPA 5 sedang menongkrong di koridor. Tak nyaman baginya jika tiba-tiba lewat. Aneta memutuskan kembali ke bangkunya, tetapi terhenti oleh perkataan seorang siswi.

"Denger-denger, beberapa hari ini Elon lagi PDKT sama kakak kelas."

Aneta memegang bagian tubuh yang melindungi jantungnya. Ada rasa sesak di sana.

"Hah, serius lo? Terus Aneta? Bukannya Aneta cewek yang Elon suka?"

"Kalau gue lihat-lihat, Aneta Elon aslinya temenan biasa. Mereka kan cuma dijodoh-jodohin sama anak-anak di kelas. Aslinya mereka berdua temenan, iya nggak, sih?"

"Ada benernya juga. Masa PDKT-an selama itu?"

"Mereka itu kayak Key dan Alona versi nggak barbar."

Mereka terlalu berisik sampai Aneta masih mendengar perkataan mereka meskipun sudah menutup telinga. Aneta akhirnya memutuskan untuk ke UKS. Kali ini, dia benar-benar keluar kelas sambil memainkan tutup minyak kayu putihnya, menarik perhatian para penggibah yang terkejut melihat kemunculan Aneta yang tak mereka sangka-sangka.

"Astaga. Kok Aneta ada di kelas? Bukannya udia dah pergi bareng Alona dan yang lain?" Bahkan saat mereka terkejut pun terdengar keras.

Sekumpulan cowok di koridor yang akan Aneta lewati membuat Aneta memelankan langkah hingga akhirnya berhenti. Dia memutar tubuh untuk mencari jalan lain, tetapi suara keras yang berasal dari cowok-cowok yang Aneta tak kenali membuat Aneta mengurungkan niatnya untuk segera pergi.

Blooming FlowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang