31

729 195 21
                                    


Aneta melirik ke sekitar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aneta melirik ke sekitar. Elon membawanya ke sebuah kafe yang penuh dengan orang-orang berseragam SMA. Walau pembicaraan tak bisa dihindari, tetapi tempat ini memang tenang. Tak ada yang terbahak-bahak atau mengeluarkan suara yang mengganggu. Kalau pun ada perkatan yang keras, yang terdengar hanyalah beberapa orang yang sedang bertukar pikiran tentang pelajaran.

Itu tidak mengganggu. Tempat ini memang dikhususkan hanya untuk para pelajar.

"Lo tahu tempat ini dari mana?" tanya Aneta penasaran.

"Internet." Elon mengeluarkan lembaran soal Kimia yang telah dia siapkan semalaman. "Katanya sih cocok buat orang kayak lo."

"Orang kayak ... gue? Emangnya gue kayak gimana?" tanya Aneta sambil berbisik.

"Eum, gimana, ya?" balas Elon sambil berbisik juga.

Tempat ini mirip seperti perpustakaan, tetapi yang membedakannya adalah perpustakaan lebih tertutup, menyediakan buku-buku, dan tidak boleh makan atau membawa makanan. Sementara tempat ini bagian depannya berdinding kaca, tidak menyediakan satu pun buku, dan yang terpenting adalah bisa memesan makanan. Meja-meja di kafe ini juga memiliki penyangga khusus minuman untuk menghindari hal-hal tak diinginkan seperti minuman yang tersenggol tangan saat asyik belajar. Meskipun ada bagian dinding kaca, tetapi suara-suara dari luar tak begitu berisik karena lokasi tempat ini menjorok ke dalam sebuah lorong kecil.

Sebenarnya, kafe ini seperti kafe pada umumnya. Hanya saja tempat ini khusus bagi para murid SMA. Aneta jadi berpikir apakah tempat ini mendapatkan untung karena bagaimana pun murid SMA memiliki waktu terbatas untuk di luar rumah dibanding para mahasiswa. Tak heran pengunjungnya sedikit.

"Katanya, tempat ini dibuat bukan buat nyari untung," kata Elon pelan. Aneta mengernyit, menunggu penjelasan lebih. "Katanya sih dibuat sama orang yang dulu pengin punya tempat khusus kayak gini."

"Hei, lo tahu banyak banget, ya, soal kafe ini?"

"Gue baca ulasannya di google." Elon menaruh kertas HVS kosong di depan Aneta, lalu tersenyum miring. "Ayo, jawab soal-soalnya. Nanti yang jawabannya banyak salah harus nurutin 1 kemauan dari yang jawabannya lebih banyak benarnya."

"Serius, nih? Nggak curang, kan, lo?"

"Iya, serius. Gue berusaha nggak lihat soalnya. Langsung gue download dari web langganan, terus print sambil ngalihin pandangan, terus gue masukin ke dalam tas."

Aneta mengerutkan hidung menatap Elon. "Kalau pun lo nggak curang, mana menang gue lawan peringkat 1 di kelas?"

Elon memajukan tubuhnya, lalu berbisik. "Gue lemah di Kimia."

Aneta langsung memandang kertas kosongnya. "Ayo kita mulai kalau gitu."

Tepat saat mereka mulai fokus, kafe itu kedatangan seseorang pelanggan baru. Seseorang yang juga masih mengenakan seragam SMA. Mata Aneta masih bisa menangkap di sekitarnya walau samar-samar. Fokus Aneta semakin menipis ketika cewek berambut di bawah bahu yang memakai seragam SMA itu mendekat ke arah meja yang dia gunakan bersama Elon.

Blooming FlowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang