Part 4

65 13 1
                                    

Rasmi merasa tidurnya terganggu saat ada seseorang yang memeluk tubuhnya dari belakang. Rasanya seperti mimpi, tapi terasa sangat nyata. Setelah berpikir dan meyakinkan diri bahwa sentuhan ini memanglah nyata, ia pun membuka kedua matanya dengan lebar. Danur tak pulang di rumahnya, lalu siapa yang sedang meneluknya sekarang ini?

Rasmi menggeser tubunya seraya ingin membalik tubuhnya untuk melihat siapa yang sedang memeluk tubuhnya ini, namun suara berat seorang pria berhasil membuatnya menghela nafas lega.

"Kenapa bangun?"

"Kamu kenapa tiba-tiba udah ada di sini? Katanya kamu nggak pulang ke sini?" Kini Rasmi kembali memposisikan tubunya seperti semula. Ia mulai merasa nyaman saat belitan tangan dan kaki Danur semakin erat.

Tak perlu heran jika tiba-tiba Danur bisa keluar masuk rumah Rasmi sesuka hatinya, karena Rasmi telah memberikan satu duplikat anak kunci kepada kekasihnya ini.

"Aku nggak bisa tidur, kebayang sama kamu terus. Makanya aku langsung ke sini." Danur tetap memejamkan matanya namun pelukannya semakin erat pada tubuh Rasmi. Rambut Rasmi yang beraroma strowbery membuat dirinya berkali-kali menghidu.

Rasmi memejamkan matanya seraya tersenyum. Perlakuan Danur selalu saja membuat dirinya merasa seperti seorang ratu. Selama menjadi kekasih Danur, dirinya memang selalu dimanjakan dengan cinta dan kasih sayang yang prianya ini miliki.

Hingga beberapa saat Rasmi mulai merasakan ada sesuatu yang mengganjal di bongkahan pantatnya. Ia pun menghela nafasnya begitu sadar benda apa yang terasa keras menyentuh tubuh bagian belakngnya ini.

"Sayang, punya kamu kerasa ke pantat aku." Ucap Rasmi seraya membuka lebar kedua matanya.

Danur pun tersenyum mendengar teguran dari Rasmi. Memang beginilah jika dirinya berada dekat dengan Rasmi. Reaksi tubuhnya memang selalu berlebihan.

"Kamu kan tahu aku selalu gini kalau dekat sama kamu. Kamu mau nggak?" Pertanyaan Danur memang sangat ambigu. Namun meskipun begitu Rasmi tahu arti dari pertanyaan kekasihnya ini.

"Kalau aku nggak mau gimana?" Bukannya menjawab, Rasmi malah berbalik melontarkan pertanyaan.

"Ya udah, aku tahan aja. Nanti juga lemes sendiri," sahut Danur.

"Kalau nggak bisa lemes juga?"

"Yaa terpaksa main sendiri," sahut Danur.

Rasmi pun terkekeh. "Kamu apaan deh!"

"Ya habisnya mau gimana lagi? Kamunya nggak mau," sahut Danur.

"Ya udah ayo."

Mata Danur pun langsung terbelalak kala lampu hijau sudah mulai Rasmi nyalakan. Takut jika sang kekasih sampai berubah pikiran, ia pun langsung melakukan apa yang ingin ia lakukan. Memadu cinta dengan Rasmi.

***

Keesokan harinya Rasmi lebih dulu bangun karena ia harus menyiapkan sarapan sebelum ia berangkat kerja. Tak perlu memasak yang ribet, karena Danur akan memakan semua makanan yang ia masak. Dalam ini Danur tak pernah mencela hasil masakannya, kekasihnya itu malah selalu memuji hasil masakannya.

"Selamat pagi, Sayang." Danur menghadiahi sebuah kecupan di pipi Rasmi saat ia sampai di dapur.

Danur menjauhkan tubunya dari Rasmi. Ia meneliti pakaian yang kekasihnya ini kenakkan. Ia tersenyum, memakai pakaian apapun Rasmi selalu terlihat cantik. Meskipun pakaian itu berharga murah sekalipun. Sejauh ini ia memang tak pernah melihat kekasihnya ini memakai pakaian yang kurang sopan dan pakaian yang kekurangan bahan. Meskipun hubungannya dengan Rasmi sudah sangat melampaui batas, namun tak sekalipun Rasmi memakai pakaian yang terbuka di hadapan orang lain. Rasmi memang selalu bisa menjaga dirinya sendiri. "Kamu udah rapi aja."

DanuRasmiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang