Part 5

62 12 0
                                    

Rasmi berjalan tergesa menuju ke ruangannya. Dirinya masih karyawati baru, jadi ia tak ingin terlambat. Melihat pintu lift yang hampir tertutup, ia pun langsung berlari akan memasuki lift.

"Maaf." Ucap Rasmi meminta maaf kepada orang yang ada di dalam lift. Ia juga sedikit tersenyum dan sedikit membungkukkan kepalanya saat ia sudah berhasil memasuki lift. Ia langsung membalikkan tubuhnya menghadap pintu lift sehingga ia tak sadar jika ada seseorang yang tersenyum ke arahnya.

Sampai di lantai berikutnya dua orang yang ada di dalam lift itu pun keluar. Ruang kerjanya berada di lantai lima, untuk itulah Rasmi masih tetap pada posisinya berdiri di dekat pintu tanpa menoleh ke arah belakang. Ia buru-buru memencet tombol dengan angka lima saat pintunya mulai tertutup.

"Sombong sekali." Seorang pria tersenyum menatap pantulan wajah Rasmi dari pintu lift.

Merasa jika ia mengenal suara seorang yang sedang berbicara di belakangnya pun akhirnya Rasmi menolehkan kepalanya.

"Selamat pagi." Pria itu melambaikan tangannya seraya tersenyum lebar ke arah Rasmi.

Rasmi begitu terkejut bisa bertemu dengan seorang yang sangat ia kenal di tempatnya bekerja ini. "Abiyana?" gumam Rasmi.

Rasmi tersenyum lebar saat melihat pria yang selama ini sudah sangat ia kenal sebagai sahabat dari Danur. "Kok kamu bisa ada di sini?" tanya Rasmi.

"Oohh ... jangan-jangan kamu juga kerja di sini?!" seru Rasmi setelah ia sedikit berpikir.

"Iya. Aku memang kerja di sini. Kamu juga?" sahut Abiyana.

Rasmi menganggukan kepalanya seraya tersenyum. "Seneng banget bisa satu kantor sama kamu. Dilihat dari penampilan kamu, kamu pasti bukan staf biasa kan?!"

Abiyana tersenyum. "Aku manager di sini."

"Sudah aku duga. Tapi kok Danur nggak bilang kalau kamu juga kerja di sini?" tanya Rasmi.

"Danur nggak pernah perhatian sama aku. Dia mencampakan aku setelah dia ketemu sama kamu." Abiyana sengaja memsang wajah yang sedih untuk mengoda Rasmi.

"Kamu bisa saja."

Pintu lift terbuka.

"Aku sudah sampai," ucap Rasmi.

"Oke. Ruanganku ada di lantai tujuh. Jangan lupa traktirannya di gaji pertamamu. Oke?!"

"Iya. Tentu saja." Sahut Rasmi seraya tersenyum.

"Selamat bekerja." Ucap Abiyana sebelum pintu lift tertutup.

Rasmi tersenyum senang. Ia tak menyangka jika ia akan bekerja di kantor yang sama dengan sahabat Danur.

***

Osman berjalan ke luar kantor. Jam makan siang ini ia sudah membuat janji dengan Lesmana.

"Pa."

Osman menghentikan langkahnya saat ia mendengar suara putranya. "Danur?"

"Papa mau makan siang di luar?" tanya Danur.

"Iya. Kamu mau ikut? Papa mau makan siang sama Om Lesmana," sahut Osman. Tawarannya kepada Danur hanya basa-basi, sebab sebenarnya ia tak ingin jika Danur ikut makan siang dengannya karena ia dan Lesmana harus membicarakan hal penting mengenai masa depan anak-anak mereka.

"Nggaklah, aku makan di kantor aja," sahut Danur. Ia tersenyum saat ia mengingat bekal makan siangnya yang Rasmi bawakan untuknya. Setelah ini ia akan menyantap makan siangnya sendiri di ruangannya.

"Oke kalau begitu." Osman tersenyum lega saat putranya tak ingin ikut bersamanya.

"Pa!"

Osman menolehkan kepalanya ke asal suara. Ia terkejut saat mendapati istrinya berjalan ke arahnya. "Mama?"

DanuRasmiWhere stories live. Discover now