Part 6

52 11 0
                                    

Deepa berjalan mengikuti Abiyana saat mereka sudah sampai di rumah Abiyana. Deepa tak perlu sungkan karena di rumah ini tak ada siapa pun selain mereka berdua. Orangtua Abiyana tinggal di kota lain karena mereka memang memutuskan untuk meninggalkan kota ini untuk membangun impian mereka di kota lain. Kedua orangtua Abiyana adalah seorang dokter dan kini mereka sudah berhasil membangun klinik. Dan rumah ini terpaksa Abiyana tinggali sendiri lantaran dua saudaranya yang lain telah berkeluarga dan juga sudah memiliki rumah mereka masing-masing.

"Aku mau mandi dulu." Abiyana memasuki kamar meninggalkan Deepa yang masih berdiri di ruang tengah.

Deepa berjalan menuju ke arah ruang makan yang bersebelahan dengan dapur. Ia membuka lemari makan dan mendapati ada beberapa makanan di sana. Abiyana memiliki asisten rumah tangga yang membersihkan rumah dan memasak makanan untuknya, namun asisten rumah tangganya itu hanya datang saat pagi hari dan akan pulang setelah semua pekerjaannya selesai.

Tak ada yang bisa Deepa lakukan. Sejak kecil ia tumbuh bagaikan putri raja. Ia tak pernah melakukan pekerjaan rumah karena di rumah mewahnya ia memiliki beberapa asiten rumah tangga. Selain itu orangtuanya juga tak pernah memperbolehkannya melakukan pekerjaan rumah tangga. Bahkan sampai detik ini pun ia juga tak pernah bekerja. Papanya tak mengijinkannya bekerja di mana pun setelah ia lulus kuliah.

Bosan karena ytak ada yang bisa ia lakukan, Deepa pun berjalan menuju kamar Abiyana. Saat sampai di kamar kekasihnya, ia pun tersenyum melihat foto dirinya dengan Abiyana terpasang indah di dinding kamar.

Suara pintu terbuka membuat Deepa mengalihkan perhatiannya. Ia terkesima saat melihat Abiyana yang keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk untuk menutupi tubuhnya bagian bawah. Beberapa sisa air menetes melewati tubuh Abiyana. Hal itu membuat dirinya meneguk air liurnya hingga beberapa kali. Tanpa sadar ia melangkah mendekat ke arah Abiyana. Tatapan matanya fokus menatap wajah tampan kekasihnya itu.

Kini sudah tak ada jarak lagi antara Deepa dengan Abiyana. Aroma harum sabun menguar menusuk indra penciumannya. Perlahan Deepa mengangkat tagannya untuk menyusuri dda bidang Abiyana. Sebagai seorang pria yang normal, diperlakukan seperti ini oleh seorang gadis tentu saja Abiyana mulai merasa terangsang. Apalagi yang melakukan adalah gadis yang ia cintai, kekasihnya.

Satu kecupan mendarat tepat di dada Abiyana sebelah kiri. Hal itu membuat dirinya mengerang tertahan.

Mendengar erangan Abiyana, Deepa pun mengangkat kepalanya untuk menatap mata Abiyana. Bagaikan tersihir, Abiyana pun semakin mendekatkan kepalanya hingga bibir Deepa bisa meraih bibir Abiyana dengan sangat mudah. Deepa mulai mengalungkan kedua tangannya ke leher Abiyana. Sedangkan Abiyana memeluk pinggang Deepa agar mereka semakin tak memiliki jarak.

Perlahan Deepa melangkah mundur menggiring Abiyana untuk menuju ke ranjang tanpa melepas tautan bibir mereka. Mereka terjatuh di atas ranjang dengan posisi Deepa yang terkurung oleh tubuh kekar Abiyana.

Ciuman Abiyana berpindah menyusuri leher jenjang Deepa. Tangannya pun mulai menjelajahi tubuh Deepa. Dalam hati Deepa tersenyum, hal seperti ini sudah ia nantikan sejak lama. Namun Abiyana selalu bisa mengatasi hasratnya dan tak melakukan hal yang melehibi batas.

Deepa begitu manikmati cumbuan Abiyana hingga tanpa sadar erangan keluar dari bibir manisnya.

Mendengar erangan kenikmatan dari Deepa membuat Abiyana tersadar bahwa dirinya tak bisa melakukan hal yang lebih. Ia pun segera menjauhkan bibirnya dan menjauhkan tubuhnya dari Deepa. Ia berdiri menatap Deepa yang tergeletak pasrah di atas ranjang dengan pakaian yang sudah sedikit terkoyak.

Abiyana membuang nafas beratnya seraya menyugar rambut basahnya ke belakang.

Deepa bangkit dari pembaringannya lalu menatap Abiyana penuh tanya. "Ada apa?"

"Maafin aku, Sayang. Aku sudah melewati batas," ucap Abiyana.

Deepa memeluk tubuh Abiyana. "Kamu nggak salah karena aku juga menginginkan hal ini terjadi. Bahkan aku menginginkan lebih," sahut Deepa.

"Nggak bisa. Kita belum menikah,' sahut Abiyana.

"Kenapa? Bukannya kita sebentar lagi akan menikah? Kamu sudah dapat pekerjaan yang bagus dan sebentar lagi kamu mau melamar aku kan?! Danur juga melakukannya dengan Rasmi karena mereka saling mencintai. Jadi kenapa kita nggak melakukannya juga?!"

Abiyana melepas pelukan Deepa. Kedua tangannya ia tangkupkan di pipi gadis yang dicintainya itu. "Orangtua kamu belum memberi restu pada hubungan kita. Hubungan kita berbeda dengan hubungan Danjur dengan Rasmi."

"Oke ... tapi orangtua aku pasti akan menerima kamu sebagai menantu mereka, Sayang. Nggak ada yang bisa mereka tolak dari kamu. Kamu sempurna," ucap Deepa untuk meyakinkan Abiyana.

"Latar belakang kita jauh berbeda, Deepa. Aku bukan anak yang lahir di keluarga konglomerat seperti kamu," ucap Abiyana.

Deepa melepas tangan Abiyana dari wajahnya. Kini suasana hatinya berubah menjadi buruk. Berulang kali Abiyana selalu membahas tentang perbedaan latar belakang di antara mereka berdua.

"Selalu itu yang kamu bahas!" Deepa membalikkan tubuhnya menghindari Abiyana. Ia tak ingin semakin terbawa suasana yang semakin membuat dirinya marah.

Abiyana membalikkan tubuh Deepa agar menghadap ke arahnya. "Aku janji akan melakukan yang terbaik untuk hubungan kita. Aku juga akan berusaha mendapatkan restu dari orangtua kamu. Tapi sebelum itu kita nggak boleh melakukan hal yang melewati batas. Aku nggak mau merusak kamu karena kamu sangat berharga buat aku." Abiyana menatap Deepa dengan penuh cinta. Hal itu membuat Deepa luluh dan langsung berhambur memeluk tubuh Abiyana.

"Aku yakin hanya kamulah laki-laki terbaik yang pastas menjadi pendampingku," ucap Deepa.

Abiyana tersenyum lega karena keksihnya tak lagi marah kepadanya. Sebenarnya sebagai pria normal ia juga menginginkan lebih pada Deepa, namun ia tetap harus menahan dirinya. Ia harus memikirkan jauh ke depan apapun akibat dari apa yang akan ia lakukan.

"Oh iya, aku lupa ngomong sama kamu."

Deepa mengurai pelukannya agar bisa menatap wajah Abiyana. "Apa?"

"Ternyata Rasmi kerja di tempat kerja aku," ucap Abiyana.

"Oh iya?! Sejak kapan?"

"Sejak kemarin," sahut Abiyana.

"Menyenangkan sekali bisa kerja. Aku juga ingin kerja sekantor bareng sama kamu," ucap Deepa.

Abiyana tertawa mendengar ucapan Deepa. "Kalau kita kerja di satu kantor yang sama, yang ada kita malah nggak bisa kerja. Kamu pasti nggak bisa nahan diri buat ngajak aku mojok pacaran."

"Aaaa! Sakit ...." Deepa berteriak saat Abiyana menarik hidungnya.

"Ayo kita pergi malak Rasmi." Deepa tersenyum ceria saat membayangkan jika mereka akan melakukan kencan ganda.

"Aku sudah kirim sinyal palakan sama dia kalau dia sudah terima gaji pertama," sahut Abiyana.

Deepa mencabikkan bibirnya. "Nggak perlu tunggu sampai Rasmi gajian. Pacarnya orang kaya, jadi nggak akan masalah kalau kita minta traktirannya sekarang. Cepat pakai pakaian kamu sebelum aku kembali bergairah." Deepa mengedipkan satu matanya untuk menggoda Abiyana. Setelah itu barulah ia berjalan keluar dari kamar Abiyana.

Abiyana tersenyum melihat kekonyolan kekasihnya ini. Ia pun segera mengambil pakaian yang cocok dan mengenakannya tanpa membuang waktu lagi.

***

Semarang, 23 Januari 2023

Repost 31 Agustus 2023

Silvia Dhaka

DanuRasmiDonde viven las historias. Descúbrelo ahora