CHAPTER 1

546 58 6
                                    

Solar membuka kedua kelopak matanya. hal pertama yang ia lihat adalah, kegelapan. Solar mencoba mendudukan dirinya, "sial. kenapa kepala ku sakit sekali?". Ia bangkit dari duduk nya. Lalu, melihat arloji yang ada ditangan kanannya, waktu menunjukkan menjelang subuh dan suara adzan yang sudah mulai terdengar. sudah pagi ya, pikirnya.

Sang empu mulai berdiri dan meregangkan otot nya, dan ingin sesegera mungkin untuk pulang ke rumah.

"ck! harus cepat sebelum yang lain khawatir" Sepanjang jalan pulang Solar membuka hp untuk mengecek kalau-kalau kakak nya menelpon nya, dan ternyata tidak.

Ia bingung karena tidak ada telepon maupun chat dari kakak-kakak nya. Tanpa di duga ia berlari takut terjadi sesuatu di rumah. Sesampainya, di depan rumah lampu depan yang menyala dan terdengar suara tv yang menyala. Solar berpikir, kalau itu kakak ketiga nya yang memang biasanya terbangun sebelum subuh untuk membuat sarapan dan melakukan kegiatan nya yang lain.

Entah perasaanya saja atau bagaimana? jantung nya berdetak dengan cepat dan keringat dingin yang membasahi wajah rupawan nya. Ia melepaskan visor kesayangan nya untuk menghilangkan rasa canggung dan gugup ketika nanti menghadapi sang kakak, lalu kembali memakainya.

tangan nya bergetar, ia kemudian mengetuk pintu rumah nya perlahan. Ia tidak tau kenapa malah mengetuk pintu, padahal biasanya dirinya akan langsung masuk kerumah setelah mengucapkan salam. Solar mendengar langkah kaki yang kian mendekat di balik pintu.

Kriettt!

Tepat pintu terbuka dengan menampilkan kakak ketiga nya, Gempa. "ya?" hanya itu yang ditanyakan oleh sang empu. Solar benar-benar bingung, serius kakak ketiga nya ini tidak seperti biasanya begitu melihat dirinya yang baru saja pulang, biasanya ia akan langsung memarahinya di tempat dan berakhir dihukum oleh nya.

Karena tak kunjung mendapatkan jawaban, Gempa bertanya kembali dengan senyuman ramah nya, "maaf anda mencari siapa ya subuh-subuh begini?". Solar tersentak ketika Gempa bertanya tentang dirinya, Ia lebih kaget lagi ketika perkataan gempa selanjutnya, "apa kau temannya salah satu saudaraku?"

ia bingung dan memutar otak dengan bertanya-tanya dengan dirinya sendiri. rasa sakit di bagian kepala menghinggapi nya lagi, membuat sang empu meringis.

Gempa terkejut ketika orang yang di depannya ini justru seperti sedang menahan sakit. Ia membawanya masuk dan mendudukannya ke sofa ruang tamu.

Gempa pergi ke dapur berinsiatif membuatkan teh hangat untuk sang tamu yang masih memegang kepalanya.

"Kak?", Panggil Solar pelan. Gempa yang tidak tau kalau dirinya yang dipanggil bingung harus menjawab apa. "Hmm itu..apa kamu sudah lebih baik?" Tanya nya lembut.

Solar rasanya ingin menangis saja. Kakak nya ini tidak seperti biasanya, meski bicara dengan lembut rasanya berbeda ketika ia tidak memandang mu seperti bukan siapa-siapa.

Gempa kalang kabut ketika sang empu ingin menumpahkan air mata. "Dek ada apa? Apa ada yang sakit!?", Gempa refleksi bangkit dari duduknya sambil sedikit berteriak karena panik.

Solar tidak membalas dan hanya berdiam diri saja.

Beberapa kemudian ada suara langkah kaki yang turun dari tangga, "Ada apa ini gem?" Tanya Halilintar, selaku kakak sulung.

Manik ruby miliknya melirik ke arah seorang pemuda yang juga menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. "Kak hali?" ucap nya lirih ketika mata ruby itu menatap langsung ke arah nya.

"Kau...siapa?", tanya Hali serius.

Bukan main sakit nya ketika kedua kali nya ia mendengar kalimat itu yang dilontarkan sang kakak. Solar sungguh tidak paham kenapa kedua kakaknya ini tidak mengenali dirinya yang berstatus adalah adik bungsu mereka.

Terlupakan || BOBOIBOY SOLAR ||Onde histórias criam vida. Descubra agora