Jendral 003

21 2 0
                                    

Lain kali kalau masuk ke rumah pastikan kakimu bersih. Lihat berapa banyak kuman yang menempel dan berakhir menyebarkann banyak penyakit yang menempel. Hidungmu tidak selamanya akan, kan? Jadi, pastikan lingkunganmu bersih.

Ah, bodoh sekali. Aku menggeleng mendengar penekanan mental yang berakhir batinku yang tersiksa. Jejak-jejak  kalimat jenaka seakan membuatku ragu untuk mengulang hari besar yang sangat menyenangkan sebenarnya. Namun, juara dunia yang lain selalu menegaskan bahwa, kamu bisa melakukannya walau terjatuh di tengah lapangan berkali-kali.

Jujur saja, itu bukan ungkapan seorang personil berbintang, apalagi seorang jendral besar berwibawa. Mereka hanya terlihat bebas dengan baju kebesaran ala prajurit berloreng.

Aku pernah mendengar, di tepi sungai dekat pos penjagaan seseorang pernah berdialog lantang dengan senjata berat di tangannya. Dia hanya mengatakan, kalau semua prajurit akan gugur dimedan pertempuran paling berbahaya.

Balik kanan, lepas landas, kaki jenjang itu melangkah sambil berkata lebih singkat. Katanya, upaya menjatuhkan musuh itu mudah, tapi membawa perdamaian yang abadi itu perlu perjuangan. Terkadang, manusia masih Sulit membedakan mana musuh dan mana kawan.

Seperti kehidupan sekarang, aku rasa itu benar. Memilih untuk berteman atau menjadi musuh, itu benar-benar sulit. Terlihat baik, padahal, tidak sama sekali.

"Ini cerita masa lalumu, kah?"

Tunggu, aku lupa kalau aku sedang beristirahat menikmati matahari yang akan kembali pada rumahnya. Aku menoleh, lalu tersenyum.

"Sebenarnya bukan, tapi jalan panjang setelah ini akan aku sebar jika kau mau," kataku.

Tertawalah, itu yang selalu aku sampaikan. Mendengar ucapan mengenaskan hanya sebagai barang bukti kalau kamu pernah berpijak di sana.

"Rasanya, hidup kelam membuat sebagian manusia menutup sisi paling rapuhnya, benar begitu? Tapi, kenapa kau berbeda?"

Aku hanya diam, mendengar sisa-sisa pemaparan payah yang dilontarkan Bagas, rekan setimku. Dia jendral 003 yang diberi mandat untuk menjaga wilayah perbatasan, sama seperti adikku, tidak dia telah berlalu bersama kapasitas mengerikan yang pernah aku lihat.

"Ada apa? Ada yang salah?" tanyanya.

Aku menggeleng, lalu duduk di sudut kursi panjang yang tersedia di posku.

"Aku berbicara santun hanya denganmu, mengerti?"

"Memangnya ada yang aneh?"

Ya ampun, dia ini spesial sekali, selalu menjawab pertanyaan dengan pertanyaan. Terkadang membuatku gila jika terus berada di sebelahnya. Dia sama sekali tidak terlihat  seperti pemimpin besar yang mengurus banyak agenda, tapi tetap saja, bagiku dia tetap sosok prajurit berbintang yang memiliki ciri khas tersendiri.

✨✨

Terima kasih telah berkunjung, selamat berlibur.

Publish, 28 Desember 2022

Bukan Prasasti  ✅Where stories live. Discover now