Status Kemiskinan

13 1 2
                                    

Bohong bila kamu berada pada titik terendahmu, sementara nyawamu masih bersarang di rumah tua tak terawat. Bohong bila kamu mengatakan kamu mampu, sebenarnya kamu sedang mencari alasan untuk menutupi gengsi terbesarmu.

Padahal, katakan saja, kamu belum memiliki apa-qpa dan belum melakukan apa-apa pada saat semua orang sibuk bekerja, kamu justru bersantai dengan menghabiskan waktu luangmu hanya untuk menonton siaran televisi tak berguna.

Lihat, sekarang kamu tak seperti manusia hebat di luar sana yang selalu mengenakan jas dan sepatu mewah, kan? Bukan karena kamu tak mampu, kan? Lalu apa?

Kamu hanya sedang menikmati hari liburmu dengan alasan malas bergerak. Setidaknya, itu jauh lebih baik dari pada kamu harus mengatakan kalau kamu tak memiliki apa pun. Status Kemiskinan seseorang terkadang bukan dilihat dari bagaimana penampilannya. Terkadang, penampilan bukan sebuah jaminan kalau orang itu miskin atau tidak. Nyatanya, miskin dari sudut manapun akan jauh terlihat bodoh, karena tak sesuai dengan ekspetasi.

Miskin itu bukan caranya berpakaian, bukan juga dengan caranya membeli suatu barang. Miskin, karena memiliki pola pikir yang tak mau memanusiakan, manusia itu juga miskin. Miskin hati, miskin juga cara berpikirnya.

Selalu merendahkan orang lain, bukan semata kamu bisa menjatuhkan harga diri orang lain, dan merasa dirimu paling mampu dalam segala hal. Tidak!

Lakukan saja apa yang kamu bisa, karena hidupmu, hanya kamu yang tahu bagaimana ke depannya. Lakukan saja apa yang kamu ingin, karena tujuanmu, hanya kamu yang mampu mencapainya.

Setiap manusia memiliki sisi lemahnya masing-masing, kan? Kamu pun demikian, sama halnya seperti prajurit di perbatasan sana. Mereka memilih bertahan karena mereka mampu, mereka memilih bangkit karena mereka sanggup, bukan tanpa alasan, mengapa mereka semua gugur lebih dulu.

Ya ampun, aku terlalu banyak bicara rasanya, sampai aku lupa kalau aku sedang menjaga perbatasan yang beberapa hari lalu di serang musuh.

"Hari ini ceritamu tentang orang-orang rendah hati atau sebaliknya?"

Aku menoleh, membiarkan sisa-sisa udara dingin menyelimuti kami. Aku pun menunduk sejenak.

"Cerita, ya? Sepertinya bukan, aku hanya berkisah tentang kehidupan yang sebentar lagi akan runtuh."

"Memangnya seperti apa? Maksudku, pandanganmu tentang kelam dunia darat saat ini."

Aku terdiam, benar. Bagaimana pendapatku, dan bagaimana suara jerit yang selalu menjadi alasanku bercerita selama ini.

Aku kembali mengangkat kepalaku, menatap gelapnya jalanan yang ada di depanku.

"Tak ada yang tahu tentang kisah manusia setelah kita pergi, tapi aku tahu bagaimana rasanya pahit sebelum manis, dan itu sangat menyedihkan."

Roda, itu yang aku ingat. Hidup bagaimana roda yang berputar, atau ada hal yang lain? Kaya atau miskin itu sama saja, tergantung bagaimana menyikapinya.

✨✨

Hai, kembali lagi, terima kasih sudah berkunjung. Sebelum Januari tiba, kisah ini akan berakhir. Karena tidak banyak jadi  sisihkan tenagamu ya. Perjalanan masih panjang, salam hangat prasasti.


Publish 29. 12. 2022

Bukan Prasasti  ✅Where stories live. Discover now