Prolog

7K 462 40
                                    


Aria menarik napas sepanjang-panjangnya. Ia menatap Xavier di tengah senja dan langit yang berwarna oranye. "Jadi, kamu akan dijodohkan dengan Tuan Putri Sesilia?" tanyanya pelan. Ada isak tertahan di sana.

Xavier mengangguk pelan. "Aku... maafkan aku, Aria. Aku..." Si putra mahkota tidak dapat melanjutkan kalimatnya. Ia hanya bisa menahan kesedihannya.

"Semua ini untuk kebaikan rakyat, aku tahu, kok." Aria menggelengkan kepala, mencoba bersikap lebih positif. "Dan lagipula, Tuan Putri Sesilia sangat baik dan cantik, bukan?"

"Y-ya." Xavier menelan ludah. Perjodohannya dengan Sesilia adalah untuk kemajuan Edessa, tetapi Sesilia bukan wanita jelek atau jahat. Ia amat lembut, sopan dan cantik. Pemikirannya juga luas dan sangat hebat. Semua itu membuat Xavier merasa, ia bisa belajar mencintai Sesilia untuk kepentingan kerajaan. Walaupun itu berarti, mengorbankan perasaannya dan Aria.

"Aku mengerti. Memang seorang Pangeran harus bersanding dengan Tuan Putri, bukan gadis tidak jelas sepertiku." ucap Aria lagi. Ia memegang kedua belah pundak Xavier. "Kalau begitu, pergilah." Sebuah senyum getir mengembang di bibir Aria. "Pergilah, sebelum aku berubah pikiran."

Xavier menunduk. Ia kelu. Tak bisa berkata apa-apa. Ia berbalik. Lalu pergi meninggalkan Aria yang tersungkur menangis sambil memegangi perutnya sendiri. Berpikir, apa yang harus ia katakan pada nyawa yang kini tertanam di rahimnya terkait si ayah.

****sampai ketemu Februari 2023****

ECLIPSIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang